Selasa 17 Mar 2015 13:00 WIB

Harga Beras Turun Panen raya menjadi salah satu penyebab turunnya harga beras di sejumlah daerah.

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Harga Beras Turun

Panen raya menjadi salah satu penyebab turunnya harga beras di sejumlah daerah.

JAKARTA -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyatakan, harga beras di sejumlah provinsi sudah turun. Penyebabnya, pada Maret 2015 ini sudah mulai memasuki musim panen raya sehingga kebutuhan beras di masyarakat tercukupi.

"Kita sudah mulai panen, sekarang tinggal bagaimana kesiapan Bulog menyerap hasil panen, penyerapannya sekitar sepuluh persen," ujar Rachmat ketika berkunjung ke Republika, Senin (16/3). Ia optimistis harga beras terus menurun sampai mencapai harga normal.

Menurutnya, kekurangan stok beras mendekati musim panen merupakan hal  wajar sehingga tidak perlu impor. Apalagi, Indonesia sudah memiliki rencana produksi setiap musim. "Masalah benih, pupuk, saluran air semua sudah diperbaiki sehingga produktivitas bisa naik.’’

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustin mengatakan, Kementerian Perdagangan telah memantau 165 pasar di 34 provinsi di Indonesia. Harga beras rata-rata nasional per 16 Maret 2015 turun satu persen dibandingkan pekan lalu.

Harganya Rp 10.540 per kilogram menjadi Rp 10.430 per kilogram. Penurunan tersebut disebabkan pasokan pasar bertambah karena terjadi musim panen di sejumlah daerah lumbung padi, seperti Indramayu, Karawang, Demak, Pinrang, dan Sidrap.

Harga beras di 11 ibu kota provinsi sudah turun antara 0,6 persen sampai 6,3 persen. Harga terendah terjadi di Surabaya yakni dengan kisaran harga Rp 8600/kg. Sedangkan kenaikan harga beras hanya terjadi di Kendari sebesar 0,6 persen, dari Rp 10.350 menjadi Rp 10.410 per kilogram.

"Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang juga turun, karena pasokan bertambah 86,4 persen dari 2.280 ton menjadi 4.252 ton," ujar Srie.

Kepala Pasar Induk Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat,  Dodi Indra, mengatakan bahwa harga tertinggi beras kualitas pertama Rp 11.500/ kg, sebelumnya Rp 12 ribu/ kg.

Beras kualitas nomor dua semula Rp 11 ribu menjadi 10.500/ kg. Sedangkan, beras kualitas ketiga Rp 10 ribu/ kg. Musim panen raya ia sebut sebagai penyebab turunnya harga beras. Ia memperkirakan panen raya berlangsung pada Maret, April, atau paling lambat bulan Mei.

Pascapanen petani memiliki banyak stok beras dan tidak terjadi kelangkaan. Selain itu, kalau distribusi tak ada kendala maka harga kembali normal. Beras bisa dibeli dalam kisaran Rp 9.000/ kg. “Distribusi lancar, harga beras akan turun,” ujar Dodi, Senin (16/3).

Sejak mengalami kenaikan pada September 2014 di sejumlah pasar tradisional Indramayu, Jawa Barat, harga beras berangsur turun. Musim panen raya menjadi salah satu penyebabnya. Berdasarkan pantauan di Pasar Baru Indramayu, beras medium bisa dibeli lebih murah.

Kualitas I harganya turun dari Rp 11 ribu/ kg menjadi Rp 10 ribu/ kg. Kualitas II juga mengalami penurunan Rp 1.000, yakni dari Rp 10.500/ kg menjadi Rp 9.500/ kg, dan kualitas III dari Rp 10 ribu menjadi Rp 9.000/ kg.

“Harganya mulai turun sejak sepekan lalu,” ujar pemilik kios beras Alaydroes, Wahyudi. Ia menjelaskan, masyarakat biasanya kurang menyukai beras medium karena jika dimasak, menghasilkan nasi yang benyek. Mereka, kata Wahyudi, lebih suka beras premium.

Untuk beras premium, Wahyud melanjutkan, hingga kini harganya belum turun. Untuk beras kualitas I, harganya masih di angka Rp 12 ribu/ kg, beras kualitas II Rp 11.500/ kg, dan beras kualitas III mencapai Rp 11 ribu/ kg.

Zaenal Fahrudin, bandar beras asal Desa Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Subang, menyatakan, sejak sepekan telah terjadi penurunan harga. Di tingkat penggilingan, beras kualitas super mencapai Rp 9.500/ kg, saat puncak kenaikan, mencapai Rp 11 ribu/ kg.

Sedangkan beras medium, bandar melepas dengan harga antara Rp 8.800 hingga Rp 9.000/ kg. Menurut Zaenal, operasi pasar oleh pemerintah pada Februari lalu berdampak pada kondisi ini, selain mulai masuknya panen raya.

Ia menambahkan, untuk di tingkat pedagang sampai ke konsumen akhir, harga tersebut selisihnya sekitar Rp 1.000-1.500 per kilogram. Jadi, sampai saat ini rata-rata penurunan harga beras berada di level Rp 1.500 per kilogram.

Berdasarkan data PD Pasar Jaya, Jakarta, harga beras IR I (IR 64) per 15 Maret Rp 12.332/ kg, sehari sebelumnya Rp 12.355/ kg. Sedangkan, beras IR 42 harganya Rp 13.530/ kg dari sebelumnya Rp 13.480/ kg. Di Bogor dan Tangerang penurunan harga beras rata-rata Rp 1.500/ kg.

Operasi Pasar

Di Medan, Sumatra Utara, para pedagang beras meminta pemerintah lebih ketat mengawasi spekulan beras. Menurut mereka, salah satu penyebab naiknya harga beras, yakni penimbunan beras yang dilakukan tengkulak beras berskala besar.

“Kalau dah didisimpan semua berasnya, kan naik itu. Tengkulak beras itulah yang bikin. Mana kita bisa lawan,” ujar salah seorang pedagang beras di Pasar Sukarame, Medan, Neibaho. Saat ini, beras sudah lebih murah. Jenis biasa seharga Rp 9.500/ kg.

Beras kualitas lebih bagus dijual dengan harga Rp 10.500/ kg. Menurut Neibahu, beras Bulog ditebus dengan harga Rp 8.500/ kg. Namun, kondisi berasnya kurang bagus karena warnanya hitam-hitam.

Secara terpisah, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta, Suyana, mengatakan, pihaknya bersama Bulog Divisi Regional DIY siap menggelontorkan 16 ton beras untuk keperluan operasi pasar pekan ini. “Kegiatan operasi pasar akan dilakukan melalui kecamatan dimulai dari Kecamatan Umbulharjo pada Selasa (17/3) dengan dua ton beras,” kata Suyana, kemarin. Operasi pasar akan dilanjutkan di 13 kecamatan lain pada hari berikutnya. n c10/c18/c21/c60/Lilis Sri Handayani/antara ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement