Jumat 27 Mar 2015 13:13 WIB

Saudi Gempur Houthi

Red: operator
Anggota milisi Houthi berjaga-jaga di sekitar lokasi pemboman bunuh diri di Masjid Al Hashahush, Sana'a, Yaman, Jumat (20/3).
Foto: EPA/Yahya Arhab
Anggota milisi Houthi berjaga-jaga di sekitar lokasi pemboman bunuh diri di Masjid Al Hashahush, Sana'a, Yaman, Jumat (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA - Arab Saudi bersama negara sekutunya mengerahkan pesawat tempur menggempur Yaman, Kamis (26/3). Serangan udara ini menargetkan sejumlah area di Sanaa, termasuk bandara, istana presiden yang sudah dikuasai pemberontak Houthi serta basis mereka.

Ledakan keras terdengar di Sanaa, ibu kota negara, saat serangan menghantam Pangkalan Udara Dailami serta lokasi lainnya yang dikuasai Houthi. Di sisi lain, Houthi membenarkan serangan itu dan menyatakan membalasnya dengan rudal antipesawat.

Tiga komandan militer Houthi, yakni Abdel Khaleq Badereddine Al-Houthi, Yousef Al-Madani, Yousef Al-Fishi dilaporkan tewas dalam serangan itu. Namun, Houthi membantah terlukanya pemimpin mereka, Mohamed Ali Al Houthi.

Di wilayah selatan, warga mengaku mendengar ledakan keras di Pangkalan Udara Al-Anad yang sehari sebelumnya dikuasai Houthi. Selain itu, pesawat-pesawat Saudi dan sekutunya, menyerang instalasi militer di seluruh negeri yang dikuasai Houthi.

Sedikitnya, 18 orang tewas dan 24 lainnya luka akibat serangan ini. Siaran televisi milik Saudi, al-Hadath, menunjukkan kilatan cahaya dan suara seperti bunyi senjata mesin. Di tengah kondisi kacau serangan berlangsung sepanjang Kamis pagi.

Editor Yaman Post, Hakim Al Masmari, menuturkan, orang-orang ketakutan. “Pengeboman ini tak hanya di lokasi-lokasi tertentu di Sanaa melainkan di seluruh wilayah ibu kota,” katanya seperti dikutip laman berita CNN.

Dalam serangan ini, Saudi mengerahkan 100 pesawat tempur, 150 ribu tentara, dan sejumlah unit angkatan lautnya. Negara lainnya, seperti Maroko, Yordania, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Sudan, dan Pakistan turut serta.

Serangan ini merupakan langkah besar setelah selama beberapa bulan Houthi menguasai ibu kota Yaman, Sanaa. Kelompok Syiah ini juga menguasai wilayah selatan hingga Aden yang saat ini menjadi pusat pemerintahan Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi.

Bahkan, pasukan Houthi berhasil merebut Pangkalan Udara al-Anad yang sebelumnya digunakan AS untuk mengendalikan serangan pesawat nirawak. Pada Rabu (25/3), mereka terus bergerak hingga membuat Presiden Hadi harus menyelamatkan diri.

Laju Houthi inilah yang memicu Saudi dan sekutunya segera melakukan serangan udara. Ini merupakan serangan udara kedua Saudi ke Yaman. Pada 2009, pesawat tempur Saudi menggempur Houthi dekat perbatasan. Houthi dituding menyerang penjaga perbatasan. Serangan kali ini diumumkan Dubes Saudi untuk AS Adel al-Jubeir di Washington, Rabu (25/3) malam. Ia mengatakan, serangan bertujuan menjaga pemerintahan yang sah dan menghentikan upaya Houthi menguasai sepenuhnya Yaman.

“Mereka sekarang mengusai rudal balistik dan senjata berat, termasuk pesawat-pesawat Pemerintah Yaman,” kata Jubeir seperti dilansir Washington Post. Ia menegaskan, AS tak terlibat dalam operasi militer ini.

Meski demikian, Gedung Putih pada Rabu mengungkapkan, Presiden Barack Obama mengizinkan pasukan AS memberikan dukungan logistik dan intelijen. AS pun menuding mantan presiden Ali Abdullah Saleh berkomplot dengan Houthi untuk menggulingkan Presiden Hadi.

Selama ini, selain harus menumpas Houthi, Hadi juga mesti mengatasi Alqaidah. Sementara, Alqaidah bersaing dengan Houthi merebut pengaruh dan minyak. Dia memang meminta intervensi dari negara teluk dan mendesak PBB mengizinkan masuknya pasukan asing.

Meski Saudi menerjunkan pasukan darat di sepanjang perbatasan pada pekan ini, intervensi pasukan darat dinilai membutuhkan waktu lama untuk menyelematkan Aden. Sebab, sebelum mencapai Aden, mereka harus melalui basis-basis Houthi.

Kepada Aljazirah, Pemerintah Yordania mengonfirmasi, mereka bergabung dalam serangan udara ini. Mesir pun demikian. “Selain dukungan kapal perang dan pesawat udara, kami siap mengerahkan pasukan jika diperlukan,” demikian pernyataan Mesir.

Jubir Houthi, Mohammaed al-Bukhaiti menyebut aksi Saudi merupakan deklarasi perang. “Ini jelas-jelas agresi dan kami akan melawan,” kata pimpinan saya politik Houthi, Ansarullah, Ali Al Imad. rep: Gita Amanda ap/reuters/c07/c23 ed: Ferry Kisihandi

Konflik Yaman

Akar Masalah

- Perebutan akses kekuasaan dan sumber daya alam.

- Houthi menginginkan otonomi lebih luas di Provinsi Saada.

Faksi Utama

- Houti atau Ansarullah

Gerakan yang dibentuk pada 1992 untuk membela hak Syiah Zaidi dan melawan pemerintah.

- Abd-Rabbu Mansour Hadi

Terpilih menjadi presiden interim pada 2012 menggantikan Ali Abdullah Saleh untuk memimpin transisi politik. Ia menjalankan pemerintahan di Aden setelah Sanaa dikuasai Houthi.

- Ali Abdullah Saleh.

Memimpin Yaman bersatu sejak 1990 dan dipaksa mundur melalui aksi massa pada 2011, tetapi hingga 2012 tetap menjabat presiden. Saleh beraliansi dengan Houthi melemahkan Hadi.

- Alqaidah Semenanjung Arab (AQAP).

Mereka bermusuhan dengan pemerintah dan Houthi. 

- Southern Hirak.

Gerakan yang menghendaki reunifikasi seperti 1990, menguasai wilayah selatan Yaman.

- Islah.

Partai yang menggabungkan kepentingan kesukuan dan Islam, menuai dukungan di hampir seluruh Yaman.

Koalisi Decisive Storm

Arab Saudi: 100 pesawat tempur, 150 ribu tentara, dan unit angkatan laut

Uni Emirat Arab: 30 pesawat tempur

Bahrain : 15 pesawat tempur

Kuwait: 15 pesawat tempur

Qatar: 10 pesawat tempur

Maroko: 6 pesawat tempur

Yordania: 6 pesawat tempur

Sudan: 3 pesawat tempur

Mesir: Sejumlah kapal perang dan dukungan udara

Pakistan: Dukungan udara dan sejumlah kapal perang

Sumber: reuters/bbc/alarabiya

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement