Kamis 29 Oct 2015 12:00 WIB

Pemerintah Akui Salah

Red: operator
Presiden Joko Widodo
Foto: Reuters/ Yuri Gripas
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID,Pemerintah Akui Salah

Kemensos mencatat 19 korban jiwa akibat kabut asap.

JAKARTA -- Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan mengakui pemerintah pusat melakukan kesalahan prediksi dampak El Nino tahun ini. Hal tersebut membuat penanganan kebakaran lahan yang kemudian menyebabkan bencana kabut asap tak tertangani segera.

"Maaf, saya harus jujur mengatakan bahwa kami tidak tahu, BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) juga tidak tahu bahwa El Nino yang sekarang ini jauh lebih parah dari prediksi mereka," ujarnya dalam konferensi pers di Graha BNPB, Rabu (28/10). Menurutnya, pemerintah sempat berharap pada September-Oktober, hujan mulai turun seperti tahun-tahun sebelumnya dan kebakaran lahan tertangani. 

Sebagai penebus kesalahan tersebut, Luhut menegaskan, Presiden Joko Widodo melalui menteri-menterinya sudah melakukan kerja maksimal untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan. Menurutnya, langkah pemadaman dan turunnya hujan sudah mulai menunjukkan hasil di lokasi-lokasi kebakaran lahan. BMKG dan Badan Pusat Penelitian Teknologi (BPPT) juga diinstruksikan meningkatkan upaya menurunkan hujan buatan.

Luhut menegaskan, kesalahan itu akan menjadi bahan evaluasi pada tahun-tahun mendatang. Pemerintah akan mendatangkan para ahli untuk mencegah kebakaran lahan, terutama di lahan gambut, kembali terjadi. "Tetapi, kami akui bahwa pemerintah salah prediksi sehingga kami harus bekerja keras," katanya. 

Ia juga menginginkan soal siapa yang salah terkait kebakaran lahan besar-besaran tahun ini dan kabut asap yang menyertainya tak usah dipermasalahkan terlebih dahulu. Menurutnya, yang paling penting saat ini adalah menanggulangi masalah-masalah kemanusiaan yang menimpa korban kabut asap di Sumatra dan Kalimantan.

Sementara, BNPB melansir bahwa tingkat pencemaran udara di sejumlah daerah sudah mulai turun, kemarin. Di Palangka Raya, indeks kualitas udara menunjukkan angka 348,82 mikrogram per meter kubik (ugram/m3). Jumlah itu masih di atas batas sangat tak sehat, tetapi lebih rendah dari angka pada hari-hari sebelumnya yang mencapai lebih dari 1.000 ugram/m3.

"Masih di wilayah Kalimantan, Pontianak 106.39, Banjarbaru, 85.85, kualitas keduanya sedang," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei, kemarin. Untuk wilayah Sumatra, Pekanbaru 95,20 ugram/m3, Jambi 304,49 ugram/m3, dan Palembang 276,90 ugram/m3. Sejauh ini, jumlah penderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) terdata sebanyak 533.605 orang.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, sejauh ini bencana asap telah menelan 19 korban jiwa. Mereka meninggal dunia karena terpapar asap dampak dari pembakaran hutan.

Menurutnya, dari 19 korban meninggal dunia itu, 5 orang di antaranya berasal dari Kalimantan Tengah, 5 dari Sumatra Selatan, dan 5 orang dari Riau. "Lalu, satu orang dari Jambi dan tiga orang dari Kalimantan Selatan," kata Khofifah, kemarin.

Untuk mengurangi jumlah korban meninggal dan jumlah penderita ISPA, ia mengimbau agar pemerintah daerah proaktif dalam melakukan peringatan-peringatan dini kepada masyarakat. Khofifah meminta Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) untuk membuat peringatan terhadap masyarakat jika kabut asap berada di ambang batas. "Bapedal tiap 30 menit update ISPU berapa langsung dikomunikasikan dengan RRI," ujarnya.

Sementara itu, hujan mulai turun di sejumlah daerah yang terdampak kabut asap, di antaranya di Palangka Raya, Jambi, Padang, dan Medan. Hujan yang turun tersebut berhasil mengurangi titik api dan menurunkan kepekatan asap. "Alhamdulillah, asapnya jadi berkurang," ujar Mastuti, seorang warga Jambi di Lapangan Gubernur Jambi, kemarin. n c27/sonia fitri/sapto andika/umi nur fadhilah/c13/eric iskandarsjah/antara ed: fitriyan zamzami

***

infografis

Rekam Peringatan

13 Mei 2015

Biro Meteorologi Australia merilis prediksi El Nino tahun ini akan cukup besar.

18 Juni 2015

Ratusan titik panas mulai terdeteksi di Kalimantan Tengah.

24 Juni 2015

BMKG merilis prakiraan bahwa El Nino tingkat moderat akan berlangsung hingga November 2015.

1 Juli 2015

Belasan titik api mulai terdeteksi di Riau, Sumatra Selatan.

1 Juli 2015

Kementerian LHK menyatakan, kebakaran lahan tahun ini tertangani dan tak sebesar tahun sebelumnya.

13 Juli 2015

BNPB memperkirakan fenomena El Nino turut menjadi faktor pemicu meningkatnya potensi kebakaran hutan.

26 Juli 2015:

BMKG memprediksi El Nino akan menguat dan musim hujan bisa mundur hingga Desember. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2015. 

6 Agustus 2015

Lapan mendesak pemerintah mengantisipasi dampak yang ditimbulkan El Nino, termasuk kebakaran lahan.

4 September 2015

Presiden Joko Widodo menyerukan operasi darurat asap. Ribuan personel TNI/Polri/Manggala Agni diterjunkan, belasan pesawat pengebom air dikerahkan.

8 Oktober 2015

Pemerintah menerima bantuan asing untuk memadamkan kebakaran lahan yang tak kunjung tertanggulangi.

22 Oktober 2015

Pemerintah pusat mulai merencanakan evakuasi setelah kebakaran lahan tak tertangani dan korban jiwa muncul.

Sumber: Pusat Data Republika 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement