INDRAMAYU -- Gelombang tinggi dan cuaca ekstrem diduga menjadi penyebab tenggelamnya kapal KM Marina 2B di perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan. Para nelayan dan operator transportasi laut diminta mewaspadai fenomena gelombang tinggi yang juga terjadi di berbagai perairan nusantara.
"Di wilayah perairan utara Indramayu dan Cirebon, anginnya saat ini kencang," ujar prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Ahmad Faa Iziyn kepada Republika, Ahad (20/12). Angin kencang itu, katanya, berpotensi memicu gelombang tinggi hingga mencapai 2,5 meter.
Sedikitnya, dua kali kecelakaan telah menimpa nelayan Indramayu saat mencari ikan di laut dalam sepekan terakhir. Pada Senin (14/12) lalu, KM Sumber Baru 5A yang dihantam gelombang tinggi di perairan Brangbang atau sekitar 40 mil dari dari lurusan Truntum, Kabupaten Indramayu. Beruntung, 17 nelayan yang merupakan nakhoda dan anak buah kapal (ABK) berhasil diselamatkan setelah sempat terkatung-katung beberapa jam di laut.
Peristiwa serupa juga menimpa nelayan asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, saat melaut menggunakan kapal KM Tawakal. Tujuh nelayan yang menjadi awak kapal itu awalnya berangkat dari perairan Muara Angke, Jakarta, menuju perairan Karawang, Senin (14/2).
KM Marina 2B yang tenggelam di Teluk Bone pada Sabtu (19/12) sore juga diduga dihantam gelombang tinggi terlebih dahulu. Kapal itu berangkat dari Pelabuhan Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, menuju Pelabuhan Bansalae, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, sekitar pukul 11.00 WITA, Sabtu (19/12).
Pada Sabtu (19/12) pukul 14.40 WITA, saat itu kapal berada di perairan Pasusua, Teluk Bone, sekitar 12 mil laut dari Pelabuhan Siwa, sinyal kapal hilang. KM Marina dipastikan tenggelam pada Ahad (20/12) dini hari.
Kepala Basarnas Sulawesi Selatan Roki Asikin mengatakan, dari keterangan para penyintas (penumpang yang selamat), kondisi ombak saat kejadian memang cukup tinggi. Ombak kemudian menerjang kapal sehingga bagian depan kapal retak dan dimasuki air.
"Kapal ini pecah di bagian depan dan kemasukan air sehingga mesin mati. Ini kemungkinan besar tenggelam karena air masuk terus," ujar Roki, Ahad (20/12). Roki mengatakan, sejauh ini penumpang yang tercatat dan diinfokan pihak Pelabuhan Kolaka Utara sebanyak 106 orang.
Hingga Ahad petang, tim SAR berhasil mengevakuasi 40 penumpang. Dari jumlah itu, tiga orang dinyatakan tewas, yakni Muh Firdaus (sembilan tahun) asal Pinanggo, bayi Mutmainnah (sembilan bulan), dan perempuan tanpa identitas yang berusia sekitar 50 tahun. Sedangkan, 33 penyintas lainnya yang berhasil dievakuasi dilarikan ke RS Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Empat penyintas lainnya yang ditemukan nelayan dirawat di Rumah Sakit Siwa.
Fenomena cuaca ekstrem dan gelombang tinggi juga terlihat di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sejak beberapa hari lalu. Fenomena serupa tampak di perairan Selat Sunda, tiga hari belakangan. "Sekarang lagi cuaca ekstrem, jadi kami terus memantau kondisi cuaca di perairan Selat Sunda," kata Manajer Operasional PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (IF), Bakauheni, Lampung, Heru Purwanto.
Terkait cuaca ekstrem dan gelombang tinggi tersebut, ASDP mengoperasikan kapal feri berlambung besar. Selain itu, kapal tugboat disiagakan untuk menarik kapal feri yang terbawa arus atau kesulitan bersandar di dermaga.
BMKG Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengimbau nelayan di wilayah itu agar mewaspadai gelombang tinggi yang diperkirakan mencapai 2,5 meter, mulai Senin (21/12) pukul 07.00 WIB. BMKG Hang Nadim Batam, Kepulauan Riau, juga memperkirakan gelombang di Perairan Natuna dan Anambas mencapai 3,5 meter dengan kecepatan arus 85 sentimeter per detik ke arah utara. n ita nina winarsih/mursalin yasland/antara ed: fitriyan zamzami
***
infografis
Kecelakaan Setahun Belakangan
6 Oktober 2014
- KM Jabal Nur berisi 51 penumpang tenggelam di perairan Madura-Bali.
- Korban: 22 meninggal, 21 hilang.
17 Februari 2015
- Perahu cepat berisi 26 penumpang terbalik di Perairan Pulau Rima, Sumatra Selatan.
- Korban: 7 orang tewas.
23 Februari 2015
- Kapal penyeberangan berisi 21 penumpang tenggelam di Sungai Jeneberang, Bowa, Sulawesi Selatan.
- Korban: 2 tewas 1 hilang.
1 Juni 2015
- Perahu cepat Berkat Usaha berisi 27 penumpang tenggelam di Sungai Sesayap, Kalimantan Utara.
- Korban: 3 orang tewas
23 September 2015
- Perahu Mugi Berkah berisi 19 nelayan tenggelam ditabrak kapal tongkang di perairan Kendal, Jawa Tengah.
- Korban: 8 orang tewas.
13 Desember 2015
- Kapal cepat berisi 70 penumpang tenggelam di perairan Olak-olak Pinang, Kalimantan Barat.
- Korban: 4 orang tewas, 18 hilang.
Sumber: Pusat Data Republika