JAKARTA -- Pengemudi Metro Mini hari ini berencana melakukan aksi mogok besar-besaran. Mereka memprotes kebijakan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta yang mengandangkan Metro Mini berusia lebih dari 10 tahun.
Mogok tersebut merupakan lanjutan aksi sejak Sabtu (19/12) hingga Ahad (20/12) yang dilakukan pengemudi Metro Mini 69, 70, 71 72, 74, 75, 77, 610, dan 611. Kemarin, hanya puluhan armada Metro Mini yang tampak hilir-mudik di Terminal Blok M.
Metro Mini yang memutuskan masih beroperasi sebagian pada Ahad, yakni nomor 71 jurusan Blok M-Bintaro, 69 jurusan Blok M-Ciledug, dan 75 jurusan Blok M-Pasar Minggu. Penumpang mengeluh dan mesti menunggu hingga setengah jam lebih untuk mendapatkan Metro Mini.
Hanya dua sampai tiga Metro Mini yang beroperasi hingga lokasi tujuan, lainnya memilih tetap mogok. Penumpang Metro Mini 610 jurusan Blok M-Pondok Labu, terpaksa berjalan kaki ke Melawai untuk mencari alternatif angkutan.
Sopir Metromini 69 jurusan Blok M-Ciledug, Supri, mengatakan sebagian masih yang ada beroperasi termasuk dirinya. Namun, mereka hanya mengantarkan penumpang hingga Cipulir, tak sampai tujuan akhir. Baru hari ini, kata dia, aksi mogok penuh berlangsung.
''Tidak akan ada Metro Mini yang boleh beroperasi,'' kata Supri. Saat ditanya sampai kapan mogok bakal berlangsung, ia tak dapat menjawab. Ia hanya menegaskan, mogok dipicu petugas Dishub yang sedikit-sedikit mencari kesalahan.
Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menuturkan, kemungkinan semua kendaraan Metro Mini akan mogok. Dishub DKI Jakarta, kata dia, akan menyediakan kendaraan untuk mengangkut penumpang yang telantar.
Namun, tak semua sopir mau diajak mogok. Sopir Metro Mini 74 jurusan Blok M-Rempoa, Supraitno, mengatakan sudah mendengar kabar soal mogok dari rekan-rekannya. Namun, ia mengaku akan menolak kalau diajak mogok.
Menurut Supraitno, jika tidak beroperasi, pasti ia tak memperoleh uang hari itu. "Rugi juga sih sebenarnya kalau ikut mogok, kan tidak dapat duit hari itu.'' Di sisi lain, ia meminta Dishub tak sewenang-wenang mengandangkan Metro Mini.
Sopir Metro Mini S71 jurusan Blok M-Bintaro, Ari Wiguna, khawatir dengan kebijakan pengandangan karena bisa membuat satu-satunya sumber penghasilannya sebagai sopir, akan hilang. Ia mengaku hanya lulusan SMP, tentu sangat sulit mencari pekerjaan lain.
Ia mengatakan, setuju saja andai Dishub melakukan perbaikan sekaligus penataan Metro Mini. Ia pun tak keberatan kalau harus ada tes sebagai sopir. ''Kalau mau cari sopir yang profesional, saya siap dites, yang penting bisa terus kerja," pintanya.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengaku tidak mempermasalahkan aksi mogok sopir Metro Mini. ''Kalau mau mogok ya silakan mogok daripada dia bunuh orang,'' kata Basuki yang biasa disapa Ahok seperti dilansir laman Berita Jakarta, kemarin.
Ahok mengaku telah memberikan kesempatan kepada pengusaha Metro Mini bergabung dan berintegrasi dengan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) selama dua tahun ini. Sopir mereka akan dibayar rupiah per kilometer dan digaji dua kali UMP agar tidak kebut-kebutan.
Dengan sistem rupiah per kilometer, sopir bisa jalan terus meski tak ada penumpang. Namun, tawaran tersebut tidak dihiraukan. Akibatnya, ujar Ahok, banyak korban jiwa di Jakarta yang disebabkan ulah ugal-ugalan sopir Metro Mini.
Ahok juga meminta masyarakat tidak perlu khawatir apabila aksi mogok Metro Mini berkepanjangan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini menyiapkan ratusan armada bus baru untuk beroperasi melayani warga.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah, menuturkan, aksi mogok telah diantisipasi. Dishub berkoordinasi dengan PT Mayasari Bakti untuk menyiapkan Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus Transjakarta (APTB) sebanyak 100 unit.
Selain itu, ada armada pendukung sebanyak 50 unit dari perusahaan lainnya. Sebanyak 150 bus tersebut akan efektif beroperasi pada pekan terakhir Desember tahun ini.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, menyatakan, sekarang adalah momentum untuk memperbaiki sistem transportasi di DKI Jakarta. Dengan demikian, seluruh angkutan yang tidak laik diganti agar tidak membahayakan keselamatan.
Penertiban ini, menurut Djarot, tak akan dihentikan. "Mau demo ya nggak apa-apa, masa dilarang. Kita siap kok mengantisipasi," katanya.
Pemilik Metro Mini, Daus Sumantri, meminta perbaikan sistem transportasi dilakukan secara jelas. Jika Gubernur DKI dan Kepala Dinas Perhubungan sudah menuntut perbaikan, ia siap bekerja sama. ''Kita bersedia, ayo benahi Metro Mini sama-sama,'' ujarnya.
Bahkan, kalau untuk diminta gabung ke Transjakarta, ia juga siap. Ia menambahkan, dengan adanya perbaikan akan semakin banyak penumpang yang naik Metro Mini karena mereka tak takut celaka lagi dan keuntungan bagi pemilik melonjak.
Sopir juga ia yakini akan taat saja pada aturan yang berlaku karena membutuhkan pekerjaan. ''Kita minta untuk dibina bukan dibinasakan. Saya pikir, sopir pun mau dibina karena mereka butuh penghasilan untuk membiayai keluarganya," ujar Daus.
Ketua Institut Studi Transportasi (INSTRA) Darmaningtyas menyarankan, sebaiknya Metro Mini berbenah diri karena saat ini penumpang tidak lagi bergantung pada Metro Mini seiring semakin beragamnya moda transportasi.
Jadi, kalau tak mau melakukan perbaikan, kelak Metro Mini semakin sulit mendapatkan penumpang. ''Kalau tidak mau ditata ulang, penumpang bakal malas naik Metro Mini karena tidak aman dan nyaman,'' katanya.
Ia juga meminta Metro Mini tak mogok karena hanya akan menambah kerugian mereka. Saat mogok, jelas dia, tentu mereka tak memperoleh penghasilan. Sedangkan penumpang, tak akan terlalu terganggu dengan mogok massal.
Ia mendengar, pemda menyediakan transportasi pengganti seperti angkutan dinas PNS atau kendaraan militer. Bahkan, operator bus lain yang memiliki unit cadangan, direncanakan turun tangan mengisi kekosongan jika Metro Mini tetap mogok. n c21/c33 ed: ferry kisihandi