JAKARTA - Pemerintah mengakui, musim tanam periode Oktober 2015-Maret 2016 mundur. Musim tanam mestinya sudah berlangsung pada Oktober, tetapi petani baru mulai menanam padi mereka pada November hingga Desember 2015.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman memperkirakan, mundurnya masa tanam membuat musim paceklik tahun ini bakal panjang. ''Puncak paceklik biasanya jatuh pada Januari-Februari, bisa menjadi Januari-Maret 2016,'' katanya, Rabu (6/1).
Namun, ia meminta masyarakat tidak khawatir karena stok beras masih ada 1,2 juta ton yang diklaimnya cukup untuk dua hingga tiga bulan ke depan. ''Nanti Februari kita juga panen sejuta hektare. Kalikanlah enam, berarti Februari ada 6 juta ton beras," katanya.
Karena itu, Amran berharap musim hujan yang melanda Tanah Air tak begitu mengganggu sehingga panen bisa tepat waktu. Untuk mengantisipasi gagal panen akibat banjir, pemerintah menyiapkan embung untuk penampungan air dengan anggaran Rp 400 miliar.
Mentan juga menyebut akan melakukan penormalan sumber-sumber irigasi seperti sumur dangkal, sungai, dan bendungan. Penampungan air tersebut berguna untuk kawasan persawahan tadah hujan. "Doakan agar lahan sawah yang banjir jangan banyak-banyak," tuturnya.
Curah hujan yang relatif masih di bawah normal hingga Januari 2015 dikhawatirkan berpengaruh pada produktivitas tanaman pangan di Jawa Tengah (Jateng), termasuk di Kabupaten Cilacap yang menjadi salah satu daerah lumbung beras di selatan Jateng.
Koordinator Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Cilacap Surur Hidayat menjelaskan, curah hujan normal pada musim hujan saat ini mestinya di atas 300-400 mm/Hg. Namun, pada kenyataannya, curah hujan di bawah angka normal.
Memang, ada kemungkinan curah hujan di wilayah selatan Jateng meningkat pada Januari 2016 setelah pada akhir Desember 2015 hujan tak mengguyur wilayah tersebut. Namun, ia mengingatkan, musim hujan itu berlangsung pendek.
Alasannya, pada Bulan Maret 2016 sudah musim pancaroba menuju musim kemarau. ''Menghadapi musim yang tidak menentu ini, kami minta petani menanam jenis padi genjah, yakni padi yang berumur pendek dan tahan terhadap kondisi kekurangan air,'' kata kemarin.
Surur menambahkan, di beberapa daerah yang beririgasi teknis, petani sudah ada yang akan memasuki panen pada Januari ini, antara lain di Maos dan Sampang. Namun, petani di daerah lainnya kebanyakan baru memulai musim tanam pertengahan dan akhir Desember lalu.
''Bahkan, karena curah hujan yang tidak terlalu banyak, petani di wilayah Cilacap Barat terpaksa mundur dalam memulai musim tanam,'' kata Surur. Di Indramayu, Jawa Barat, musim tanam rendeng atau musim hujan 2015/2016 masih rendah. Kondisi ini disebabkan masih berlangsungnya El Nino di musim hujan dan minimnya pasokan air dari Bendung Rentang, Kabupaten Majalengka.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Firman Muntako menjelaskan, hingga akhir Desember 2015, realisasi tanam musim rendeng baru mencapai sekitar 11 ribu hektare. Sedangkan, target musim tanam rendeng minimal 116 ribu hektare. ''Kami sudah mengupayakan percepatan tanam,'' kata Firman.
Ia mengungkapkan, permulaan musim tanam rendeng 2015/2016 terlambat. Biasanya, musim tanam rendeng sudah dimulai sejak Oktober. Namun, saat ini musim tanam baru dimulai Desember 2015.
Impor beras
Kemarin, Menteri Perdagangan Thomas Lembong menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Pemerintah Pakistan untuk impor beras. Sebagai tindak lanjutnya, Bulog melakukan inspeksi dan verifikasi. ''Bulog sekarang sedang mempelajari dan menata detail teknis stok beras yang ada di Pakistan," ujar Thomas. Pemerintah juga sedang berupaya menandatangani MoU dengan India. Apalagi, Indonesia dikenal sebagai eksportir beras terbesar di dunia.
Mereka mengekspor beras dengan nilai 4 miliar dolar AS per tahun untuk jenis non-basmati rice. Terkait jumlah impor, Thomas masih enggan menyebutkannya. Ia beralasan, saat ini masih dalam proses penghitungan antara Bulog dan Kemenko Perekonomian.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga masih dalam proses tawar-menawar dengan Pakistan dan India. "Jadi, ini adalah contoh inisiatif dari Kementerian Perdagangan untuk mendiversifikasi pasokan beras," kata Thomas.
Direktur Pengadaan Bulog, Wahyu mengatakan, saat ini belum ada perintah untuk tambahan impor beras, termasuk dari Pakistan. Menurut dia, penandatanganan nota kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Pakistan belum bisa dijadikan sebagai dasar impor beras.
Menurut Wahyu, saat ini Bulog masih menjajaki perkiraan harga beras dari Pakistan maupun India. Ia menjelaskan, proses negosiasi dan penjajakan merupakan langkah awal melakukan MoU dengan Pakistan. Tindak lanjut dari MoU masih dalam tahap pembahasan.
Sampai saat ini, jelas Wahyu, stok beras di Bulog mencapai 1,38 juta ton dan dapat memenuhi kebutuhan empat bulan ke depan. n eko widiyatno/lilis sri handayani ed: ferry kisihandi