Jumat 08 Jan 2016 13:00 WIB

Indonesia Galang Kekuatan Damaikan Arab Saudi-Iran

Red:

JAKARTA - Pemerintah Indonesia merangkul negara-negara lain dalam menyelesaikan konflik Arab Saudi-Iran yang terus menghangat. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan telah menjalin komunikasi dengan menteri luar negeri  Iran, Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, dan Rusia untuk membicarakan masalah tersebut.

Retno juga melakukan kontak dengan Sekjen Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Iyad Ameen Madani. ''Kami juga akan berkomunikasi dengan negara lainnya,'' katanya kepada Republika di Kantor Kementerian Luar Negeri, Kamis (7/1).

Dalam pembicaraan dengan semua menteri luar negeri yang sudah dihubungi, jelas Retno, Indonesia menyampaikan kekhawatiran mengenai memburuknya hubungan Saudi dan Iran. Hal itu akan berpengaruh pada stabilitas di kawasan Timur Tengah.

Retno menambahkan, Indonesia sedang mencari bentuk pertemuan yang bisa menyelesaikan secara damai perseteruan Saudi-Iran. Namun sejauh ini, Retno menilai situasinya belum kondusif. ''Yang terpenting adalah komunikasi dengan negara-negara yang saya sebutkan," ujarnya.

Sebagai teman baik Saudi dan Iran, Indonesia menawarkan diri siap membantu bila ada hal yang dapat dilakukan Indonesia untuk menjadikan suasana lebih baik. "Kita meminta kedua negara untuk menahan diri sehingga situasi tidak memburuk," ujarnya.

Tidak tinggal diam

Sementara di Timur Tengah, pada Rabu (6/1), Perdana Menteri Irak Haidar al-Abadi mengutus Menlu Ibrahim Jaafari ke Teheran, Iran. Irak menawarkan diri sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik ini.

Baghdad khawatir perseteruan Saudi-Iran justru akan melemahkan upaya memberangus Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Jaafari kemudian melakukan pembicaraan dengan Menlu Iran Javad Zaarif dan menyatakan krisis ini akan berdampak luas.

''Kami memiliki hubungan dengan Iran dan saudara Arab kami. Karena itu, kami tak bisa tinggal diam menghadapi krisis ini,'' kata Jaafari dalam konferensi pers seusai bertemu Zarif. Meski demikian, Saudi belum beraksi atas tawaran Irak itu.

Berbicara di samping Jaafari, Zarif menuding Saudi menolak mentah-mentah keinginan Iran bekerja sama dalam memerangi terorisme dan ekstremisme. Bahkan, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, Riyadh memicu ketegangan di kawasan.

''Saudi mencoba menutup kekalahan dan masalah dalam negerinya dengan menciptakan ketegangan di kawasan,'' kata Rouhani dalam sebuah pidato yang disiarkan secara nasional oleh televisi milik pemerintah, Rabu.

Pada hari yang sama, ribuan orang berunjuk rasa di Baghdad menentang eksekusi ulama syiah di Saudi, Nirm al-Nimr. Aksi massa dalam jumlah lebih sedikit juga terjadi sejumlah kota Syiah yang berada di bagian selatan Irak.

''Tolak al-Saud. Tolak Kedubes Arab Saudi,'' teriak para pengunjuk rasa yang berkumpul di Lapangan Tahrir, Baghdag. Mereka juga membawa bendera tiga milisi terbesar yang mendapatkan sokongan Iran, yaitu Badr Organisation, Asaib Ahl al-Haq, dan Kataib Hezbollah.

Dari sisi berlawanan, sejumlah pengusaha Saudi menyerukan agar konsumen dan pedagang memboikot semua barang asal Iran. Sekjen Komite Perdagangan Internasional Kamar Dagang dan Industri Saudi Omar Bahlaiwa mengatakan, lebih baik membeli barang dari negara Muslim dan Arab.

''Ekonomi Saudi tak akan terpengaruh oleh aksi boikot itu,'' katanya seperti dilansir Arab News, kemarin. Menurut dia, boikot justru membuat perdagangan Iran terganggu karena Saudi memiliki posisi penting di antara negara Muslim.

Pengusaha lainnya, Khalid bin Ali Saif, menyatakan, boikot secara otomatis mengurangi jumlah ekspor barang Iran ke negara-negara Teluk. ''Kita harus memboikot semua produk Iran yang masuk Saudi sebagai solidaritas terhadap Pemerintah Saudi,'' katanya.

Khalid  memuji Pemerintah Saudi yang menerapkan kebijakan luar negeri yang rasional dan bijak. Saudi menentang Iran yang berusaha membuat kawasan tidak stabil.

Bertambah

Sementara itu, negara yang menyatakan solidaritas terkait serangan terhadap kedutaan dan konsulat Saudi di Iran bertambah. Pada Rabu, Djibouti memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Demikian diberitakan stasiun televisi Al-Arabiya.

Djibouti menjadi negara keempat setelah Saudi, Sudan, dan Bahrain yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Uni Emirat Arab memutuskan untuk menurunkan hubungan, sedangkan Kuwait memanggil pulang duta besar mereka dari Teheran.

Qatar juga memanggil pulang dubes mereka dari Teheran. Pemerintah Yordania memanggil dubes Iran di Amman dan menyampaikan kecaman serangan terhadap kedubes dan konsulat Saudi. Yordania pun menentang campur tangan Iran terhadap negara-negara Arab.

Oman menyatakan, serangan terhadap pos diplomatik Saudi di Iran tak bisa diterima. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebutkan bahwa eksekusi ulama Syiah di Saudi, Nimr al-Nimr merupakan urusan dalam negeri.

Erdogan pun menyindir Iran. Menurut dia, mereka yang selama ini diam atas kematian warga Suriah akibat perang sipil di sana, kini berteriak-teriak menentang eksekusi satu orang di Saudi. n ap/reuters ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement