Jumat 08 Jan 2016 13:00 WIB

Sebagian Daerah Baru Tanam Padi

Red:

BANDAR LAMPUNG -- Curah hujan yang belum stabil akhir tahun lalu membuat petani di sebagian besar sentra produksi padi di Lampung telat memasuki musim tanam. Mereka baru mengelola sawahnya pada awal Januari 2016.

"Seharusnya Desember sudah masuk musim tanam, tapi hujannya masih tidak normal, masih banyak daerah yang kering," kata Wardoyo, petani di Palas, Kabupaten Lampung Selatan, Kamis (7/1). Karena itu, ia bersama petani lainnya baru menanam padi pada Januari.

Dengan musim tanam awal Januari, Wardoyo memperkirakan panen akan berlangsung pada April mendatang. Padahal, bila Desember sudah masuk musim tanam, awal Maret sudah ada petani yang memanen padi.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengakui musim tanam mundur. Mestinya, petani menanam pada Oktober 2015, tapi mereka baru menanam pada November hingga Desember. Karena itu, iayakin paceklik atau masa kekurangan pangan bisa berlangsung lebih lama. Biasanya paceklik pada Januari hingga Februari, kini berubah menjadi Januari sampai Maret.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Lampung Selatan, Mugiyono, menyebutkan, luas tanam baru sudah mencapai 9.000 hektare. Sedangkan, target luas tanam petani di kabupaten tersebut seharusnya 62 ribu hektare.

Pada Januari ini, DTPH Lampung Selatan berharap petani dapat mempercepat proses tanam sehingga target tanam musim rendeng tersebut tercapai. Tahun lalu, DTPH menyebutkan, masih banyak sawah petani yang kering sehingga telat memasuki musim tanam pada Desember.

Telatnya musim tanam rendeng membuat target dua kali tanam pada musim rendeng di beberapa kecamatan tidak tercapai. Sebab, kata Mugiyono, memasuki April diperkirakan sudah mulai masuk musim kemarau.

Di Malang, Jawa Timur, musim tanam juga mengalami keterlambatan seperti di Lampung, yaitu baru berlangsung pada Januari 2016. Kondisi ini menyebabkan musim panen mundur dan berimbas pada naiknya harga beras.

Kepala Bulog Divre Malang Arsyad mengatakan, memasuki tahun 2016, harga beras mengalami kenaikan Rp 100 hingga Rp 300 per kg. "Saat ini harga beras yang semula Rp 9.200 menjadi Rp 9.500 per kilogram," katanya.

Ia menduga musim panen baru akan datang pada Maret sampai April. Meski telat panen, ia menyatakan stok beras yang kini mencapai 15 ribu ton bisa memenuhi kebutuhan warga hingga tiga bulan ke depan.

Pemprov Jawa Tengah terus mewaspadai cuaca yang dapat mengganggu proses distribusi komoditas pangan strategis. Ini untuk memastikan kecukupan pasokan di masyarakat. Sebab, sejumlah wilayah masuk dalam pemetaan potensi bencana banjir.

Terkait paceklik yang bakal panjang, Kepala Bulog Divre Jawa Tengah Usep Karyana menyatakan siap menghadapinya. Hingga kini stok beras masih relatif cukup. Di sisi lain, proses panen juga masih tetap berlangsung.

"Mulai pekan depan, sejumlah daerah di Jawa Tengah mulai panen meski volumenya belum terlalu besar," kata Usep. Daerah tersebut meliputi Kabupaten Demak, Grobogan, Pati, dan Kudus. Sedangkan, panen raya kemungkinan pada Maret-April.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Sulawesi Selatan Aris Mappaeangin mengklaim masa tanam di provinsinya sesuai jadwal, bahkan sudah mulai pada September 2015. Dengan demikian, dalam waktu dekat ada sebagian daerah yang panen.

Aris menyatakan stok beras Sulsel akan aman. Saat ini beberapa kabupaten tengah panen raya, yaitu Pinrang, Wajo, dan Bone. "Panen padi di Sulsel tidak akan terpengaruh cuaca seperti di Pulau Jawa," katanya.

Mulai terisi

Sebagain besar waduk di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, sudah kembali terisi air. Sebelumnya, waduk-waduk itu mengering akibat musim kemarau berkepanjangan sehingga memengaruhi pola tanam petani di wilayah tersebut.

Kepala Dinas PU Pengairan Kabupaten Lamongan, Supandi, mengatakan, sampai saat ini stok air di sebagian besar waduk sudah terisi 19,24 persen. Waduk yang sudah terisi air adalah Waduk Gondang sebanyak 8,23 juta meter kubik dari kapasitas maksimal 23,712 juta meter kubik.

Kemudian, Waduk Prijetan yang berkapasitas maksimal 9 juta meter kubik, sudah terisi 3,729 juta meter kubik. Pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan serta Komisi Irigasi membuat Rencana Tata Tanam Global (RTTG). Dalam RTTG disepakati prakiraan musim hujan terjadi pada November dan Desember 2015, sedangkan penetapan musim tanam I tahun 2016, yakni 10 hari setelah penetapan prakiraan musim hujan.

Lebih terperinci disebutkan, puncak curah hujan diperkiraan terjadi pada Februari atau Maret 2016, sedangkan curah hujan terendah pada Juli, Agustus, dan September. n debbie sutrisno/ lintar satria/antara ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement