Antara/M N Kanwa
BADUNG -- Penerbangan Lion Air di sejumlah bandara mengalami keterlambatan yang membuat penumpang menumpuk, Selasa (10/5) pagi. Ratusan pilot maskapai ini memutuskan tak terbang dengan alasan lambatnya pemberian uang transportasi dari pihak manajemen.
Humas PT Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, Sherly Yunita, mengungkapkan, terjadi keterlambatan penerbangan dan penumpukan penumpang di bandara akibat mogok. ''Ini karena rotasi pesawat Lion yang akan mengangkut penumpang belum tiba di Bali,'' kata Sherly.
Berdasarkan informasi yang diperolehnya, jelas dia, pilot mogok di sejumlah kota, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Hingga pukul 13.00 WITA, sejumlah pesawat terlambat terbang, di antaranya pesawat tujuan Denpasar-Surabaya JT-929 yang mestinya tiba pukul 06.10 WITA.
Selain itu, JT-927 rute Denpasar-Aceh pukul 08.55 WITA, JT-746 Denpasar-Makassar pukul 10.30 WITA. Penerbangan lainnya adalah JT-031 Denpasar-Jakarta seharusnya terbang pukul 09.45 WITA, tapi molor menjadi pukul 11.22 WITA.
JT-805 dari Denpasar menuju Surabaya seharusnya terbang pukul 08.45 WITA molor menjadi 11.20 WITA. Tak hanya Lion Air, pesawat Wings Air yang masih satu grup juga terlambat. Pesawat rute Denpasar-Waingapu IW-1884 seharusnya terbang pukul 09.50 WITA.
Namun, akhirnya pesawat ini baru mengudara pukul 10.47 WITA dan IW-1832 rute Denpasar-Tambolaka yang seharusnya lepas landas pukul 10.20 WITA menjadi pukul 11.20 WITA. Untuk kedatangan pesawat pun tertunda.
Penerbangan-penerbangan yang tertunda kedatangannya di Bandara Ngurah Rai adalah Wings air IW-1957 dari Lombok Praya, Lion Air JT-04 dari Surabaya, JT-927 dari Makassar, Lion Air JT-30 dari Jakarta, dan JT-741 dari Makassar.
Dua penerbangan Lion Air di Bandar Udara Adi Soemarmo, Surakarta, di Kabupaten Boyolali, juga terlambat. Penerbangan itu menempuh rute Solo-Balikpapan dengan nomor penerbangan JT-180 dan Solo-Jakarta nomor penerbangan JT-537.
Akibatnya, ratusan penumpang sempat memadati ruang tunggu keberangakatan di Bandara Adi Soemarmo. Namun, Station Manager Lion Air Adi Soemarmo Aditya Yudha berdalih keterlambatan penerbangan Solo-Balikpapan karena teknis operasional.
Menurut dia, penerbangan JT-180 Solo tujuan Balikpapan sesuai jadwal seharusnya berangkat pada pukul 07.00 WIB, tetapi baru dapat diberangkatkan pada pukul 12.05 WIB sehingga mengalami keterlambatan empat jam lebih.
Kendati demikian, pihaknya telah melakukan pelayanan lebih maksimal kepada para penumpang Lion Air di Bandara Adi Soemarmo sesuai yang diatur oleh Kementerian Perhubungan. Pada satu jam pertama, penumpang diberi air mineral, lalu makanan ringan, dan makan.
Menurut dia, para penumpang Lion Air setelah mengalami keterlambatan lebih dari empat jam diberi kompensasi masing-masing Rp 300 ribu. Penerbangan Solo-Balikpapan membawa 184 penumpang, sedangkan Solo-Jakarta 200 penumpang.
Corporate Secretary PT Angkasa Pura (AP) I Farid Indra Nugraha mengatakan, keterlambatan juga terjadi di Bandara Sam Ratulangi, Manado. Sebanyak tiga penerbangan dari Manado tak berangkat sesuai jadwal semula.
Hal yang sama terjadi di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Tujuh penerbangan dari Makassar ke sejumlah kota harus ditunda karena pesawat tak lepas landas tepat waktu. Sedangkan, di Bandara Internasional Lombok, NTB, tiga penerbangan Lion Air telat.
Sementara itu, dua penerbangan dari Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, tertunda. Farid menuturkan, AP I terus berkoordinasi dengan Lion Air menyusul aksi mogok pilot. ''Sehubungan aksi mogok pilot di beberapa bandara AP I, kami mengimbau penumpang bersabar.''
Komunikasi di bandara dengan Lion Air, jelas dia, terus dilakukan dan antisipasi pengamanan terhadap fasilitas dan pengguna jasa juga ditempuh. ''Kami memastikan pula agar hak-hak penumpang dipenuhi Lion Air,'' katanya.
Manajer Humas Lion Group Andy M Saladin membantah adanya mogok karena diduga uang transportasi yang belum dibayarkan. "Tidak ada mogok, operasional pun sudah mulai lancar," ungkapnya. Manajamen Lion Air juga memberikan penjelasan lebih lanjut soal hal itu.
Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengakui, penerbangan Lion Air dari beberapa bandara mengalami keterlambatan karena beberapa awak pesawat sakit dan mengalami permasalahan administrasi. ''Saat ini, semua dapat diselesaikan dan penerbangan berlangsung normal.''
Ke depannya, jelas dia, masih akan terjadi beberapa penerbangan yang mengalami keterlambatan. Manajemen berusaha mengurangi jumlah keterlambatan dan meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami penumpang.
Sanksi dijatuhkan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Suprasetyo menyatakan, pemerintah akan memberikan sanksi kepada Lion Air Group atas keterlambatan pesawat kemarin. ''Sanksinya, tidak diberikan izin penambahan rute baru.''
Ia menilai, persoalan belum dibayarkannya tunjangan atau gaji para pilot menjadi urusan internal pihak maskapai. Namun, dampaknya yang menyebabkan tertundanya sejumlah penerbangan menjadi kewenangan pemerintah dalam hal ini Kemenhub.
''Dampaknya delay, kita tegur. Soal tunjangan bukan urusan pemerintah," ujar Suprasetyo. Ia menuturkan, saat ini Kemenhub sedang menyiapkan surat teguran yang melarang penerbitan rute baru kepada Lion Air. Rencananya, surat tersebut diberikan pada hari ini.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2015, kata Suprasetyo, sanksi atas keterlambatan penerbangan karena para pilot mogok, maka Lion Air tidak mendapatkan rute baru selama enam bulan. Saat ini, ia menyatakan, penerbangan sudah berangsur normal.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mendesak Kementerian Perhubungan menegur keras manajamen Lion Air. Sebab, maskapai ini telah menelantarkan konsumen menyusul aksi mogok yang dilakukan pilot mereka.
''Manajemen Lion Air harus memberikan kompensasi setimpal atas kerugian konsumen,'' ujar Tulus. Jadi, Lion Air bukan sekadar memberikan makanan, melainkan pengembalian biaya tiket, biaya hotel, dan lain-lain sesuai regulasi," katanya.
Tulus mengusulkan untuk memidanakan dan mencabut izin terbang pilot yang mogok karena aksi mereka berdampak pada keselamatan penerbangan. "Mogok merupakan wujud malapraktik profesi pilot," katanya menegaskan.
Ia mendesak pemerintah tidak berlebihan memberikan izin operasional kepada Lion Air, seperti membuka rute baru, penambahan jadwal penerbangan, termasuk pesawat baru. Mesti ada audit kapasitas SDM Lion Air, terutama pilot dan kru pesawat. rep: Mutia Ramadhani, Muhammad Nursyamsi/ antara, ed: Ferry Kisihandi