Antara/Prasetyo Utomo
KUNHSAN -- Ambisi Indonesia untuk mengakhiri puasa gelar Piala Thomas selama 14 tahun kembali harus menemui jalan buntu. Tim putra yang diisi pemain-pemain muda itu tumbang pada partai final setelah dikalahkan tim Denmark dengan skor 3-2 pada Ahad (22/5).
Tommy Sugiarto yang berlaga pada pertadingan pertama gagal mengantarkan Indonesia meraih angka karena kalah 21-17 dan 21-18. Pertandingan tersebut berjalan sengit hingga hampir mencapai durasi satu jam. "Saat memimpin di gim kedua, saya tidak bisa mengontrol keadaan di lapangan yang licin sekali," kata Tommy selepas pertandingan.
Lebih lanjut, anak pebulu tangkis Icuk Sugiarto itu mengungkapkan bahwa wasit membuyarkan konsentrasinya. "Saya izin wasit supaya lapangan saya dilap, tetapi tidak diizinkan, sampai saya harus mengelap sendiri. Saat itulah, konsentrasi saya buyar," lanjut pria berusia 27 tahun itu.
Dalam pertandingan kedua, giliran Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang diturunkan untuk melawan Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding. Ganda putra peringkat dua dunia itu bermain tanpa cacat sehingga bisa menang mudah 21-18 dan 21-13.
Kekalahan Tommy pada pertandingan pertama tidak membuat Hendra/Ahsan merasa gentar. Pada set pertama, dua pebulu tangkis Indonesia itu mengandalkan pukulan-pukulan dropshot dan smes tajam untuk membobol pertahanan duo Mads.
Pada set kedua, Hendra/Ahsan tidak banyak melakukan perubahan pola permainan. Mereka jarang sekali memberikan bola atas karena tak mau memberi kesempatan kepada Kolding/Petersen melakukan serangan. Set kedua pun ditutup dengan kemenangan mudah 21-13.
Dalam laga tersebut, Hendra/Ahsan mengatakan, kunci kemenangannya adalah ketenangan. "Kami sudah mempersiapkan strategi melawan Kolding/Petersen dan kami bisa menjalankan strategi tersebut. Kuncinya adalah tenang dan berkonsentrasi penuh," kata Hendra.
Sayangnya, Indonesia kembali tertinggal setelah Anthony Ginting menyerah dua set langsung dengan 21-17 dan 21-12. Wakil Merah Putih tidak bisa berbuat banyak dalam pertandingan yang berdurasi 44 menit tersebut.
Set pertama pertandingan berjalan dengan tempo cepat. Jorgensen sempat memegang kendali pertandingan. Namun, Anthony beberapa kali mencari cara untuk keluar dari tekanan lawannya itu. Wakil Denmark itu memimpin dengan selisih poin jauh 14-6 saat interval. Meski begitu, semangat Anthony tak pernah surut dengan beberapa kali mencoba melakukan forehand hingga mampu memperkecil ketertinggalannya. Sayangnya, Jorgensen mengunci kemenangan set pertama dengan 21-17.
Jorgensen kembali lebih dominan pada set kedua. Saat interval, wakil Denmark sudah unggul jauh 11-6. Setelah interval, dia semakin jemawa dan berhasil mengakhiri laga dengan poin 21-12.
Nomor ganda memang menjadi andalan Indonesia untuk meraih angka. Kali ini, giliran Angga Pratama/Ricky Suwardi yang mengalahkan Kim Astrup/Anders Rasmussen dengan 21-16 dan 21-14. Pada set pertama, Anggra/Ricky telat panas sehingga sempat tertinggal 7-1 dari lawannya. Lantas, memasuki interval, keduanya mampu bangkit dengan meraih tujuh point strike.
Pasangan muda tersebut terus tampil meyakinkan dan kompak dengan menepis serangan dari duo Denmark. Hasilnya, mereka mengunci kemenangan set pertama dengan 21-16.
Masuk pada set kedua, Kim/Anders mencoba bangkit dari kekalahan dengan melakukan permainan cepat. Beruntung, Angga/Ricky mampu bermain tenang hingga pada interval kedua, mereka unggul 11-6. Akhirnya, wakil Merah Putih sukses mengunci kemenangan dengan 21-14.
Laga penentuan harus dijalani Ihsan Maulana Mustofa yang melawan Hans-Kristian Vittinghus. Di atas kertas, Ihsan memang jauh lebih inferior sehingga harus bertekuk lutut di hadapan Vittinghus dengan 21-15 dan 21-7. Dengan begitu, gelar ini menjadi yang pertama bagi Denmark di Piala Thomas.
Meskipun memiliki selisih peringkat yang cukup jauh dari lawannya, Ihsan yang kini menempati peringkat ke-31 dunia sempat melakukan perlawanan yang sengit. Beberapa kali ia berhasil mengejar perolehan angka yang diperoleh Hans.
Akan tetapi, wakil Denmark juga bermain cukup apik dan sangat jarang melakukan kesalahan dan pada akhirnya berhasil menyelesaikan set pertama dengan perolehan 21-15. Denmark unggul satu set atas Indonesia.
Tertinggal satu set tampaknya membuat Ihsan menjadi gugup. Beberapa kali ia terlihat dibuat kewalahan untuk mengembalikan pukulan keras Hans. Tidak hanya itu, Ihsan juga sempat terlihat dibuat jatuh bangun untuk mengembalikan smes keras wakil Denmark tersebut.
Hasilnya pun bisa ditebak, Hans kembali berhasil menyelesaikan set kedua dengan kemenangan telak. Hans mampu mengempaskan Ihsan dengan skor 21-7.
Kegagalan Ihsan untuk meraih kemenangan dalam laga ini secara otomatis mengubur harapan Indonesia untuk membawa pulang Piala Thomas yang sudah tidak pernah diraih selama 14 tahun. Sementara bagi Denmark, keberhasilan ini merupakan hari yang bersejarah bagi mereka karena merupakan gelar Piala Thomas pertama yang mereka raih.
Sebelumnya, Denmark telah delapan kali maju ke babak final, tapi kandas dan harus puas menjadi runner-up. Denmark melaju ke babak final pada gelaran Piala Thomas 1949, 1955, 1964, 1973, 1979, 1996, 2004, dan 2006. Pada final yang kesembilan kalinya, Denmark akhirnya berhasil membawa pulang Piala Thomas ke negaranya. rep: Anggoro Pramudya/antara, ed: Fitriyan Zamzami