ASHDOD - Angkatan Laut Israel menahan perahu layar Zaytouna-Oliva yang berisikan 13 aktivis kemanusiaan Palestina di Pelabuhan Ashdod, Israel, Rabu (5/10). Mereka ditahan di perairan internasional, 65 kilometer dari Jalur Gaza, karena mencoba menembus blokade Israel terhadap wilayah tersebut.
Ke-13 aktivis kemudian mengirim pesan SOS via kanal Youtube resmi Women's Boat To Gaza. Salah seorang aktivis yang juga peraih Nobel Perdamaian 1976, Maired Maguire, mengatakan, saat ini mereka sedang ditahan oleh AL Israel.
Maguire pun mengecam keras tindakan Israel. "Kami diculik secara ilegal di perairan internasional. Ini benar-benar ilegal," ujar dia, Kamis malam. Maguire juga berharap siapa pun yang menyaksikan videonya berinisiatif menolong mereka.
"Ini bukan tentang kami, melainkan pencabutan blokade terhadap Gaza untuk kebebasan masyarakat Palestina. Ini bukan mimpi karena kita bisa mewujudkannya bersama-sama," kata dia lagi.
Rangkaian pesan identik juga disampaikan ke-12 aktivis selain Maguire. Mereka memohon pertolongan kepada orang-orang yang menyaksikan video tersebut untuk mendesak pemerintahnya masing-masing mendorong agar dunia internasional bertindak.
Kapten kapal Zaytouna-Oliva berkebangsaan Amerika Serikat, Ann Wright, mendesak Presiden Barack Obama dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry memprotes aksi tentara Israel dalam menangkap aktivis perempuan. Sebab, Israel telah menculik warga dari berbagai belahan dunia di perairan internasional.
"Tidak ada alasan bagi Israel menangkap kami. Mereka harus membiarkan kami ke Gaza," kata aktivis asal Selandia Baru, Marama Davidson. Aktivis lainnya adalah Fauziah Hasan dari Malaysia. Fauziah yang juga seorang dokter memastikan dia dalam kondisi baik-baik saja. Namun, Fauziah meminta masyarakat Malaysia dan Pemerintah Malaysia menekan Israel untuk membebaskan mereka.
Perahu layar Zaytouna-Oliva berangkat dari Barcelona menuju Gaza untuk menjalankan misi kemanusiaan membantu rakyat Palestina dan terutama perempuan Gaza. Sejatinya, mereka ingin menuju Gaza melalui Ashdod seperti yang dilakukan kapal Lady Leyla dari Turki tahun lalu.
Namun, pasukan AL Israel yang sedang melakukan latihan protokol guna menjaga keamanan di wilayah perairannya menahan Zaytoun-Oliva. Pihak Israel mengklaim tidak ada tindak kekerasan saat operasi tersebut. Pasukan Israel juga melakukan pemeriksaan terhadap muatan kapal dan ternyata tidak ada barang-barang mencurigakan yang ditemukan.
Meski berasal dari latar belakang berbeda-beda, All Women Flotilla memiliki tujuan yang sama, yakni memperjuangkan keadilan, perdamaian, dan kemerdekaan bagi rakyat Gaza yang ditindas Israel.
Para aktivis juga selalu memikirkan nasib para perempuan di Gaza. Menurut mereka, perempuan Gaza telah bekerja keras bersusah payah untuk membantu menghidupi keluarganya.
Para wanita di Gaza hidup bagaikan di penjara sebab gerak-geriknya selalu dibatasi oleh tentara Israel. Gaza, menurut mereka, merupakan penjara tanpa atap terbesar di dunia.
Tuai kecaman
Sejumlah kelompok mengecam keras aksi Israel. Juru bicara Global Campaign to Break the Israeli Siege on Gaza, Motasem A Dalloul, menggambarkan aksi tersebut sebagai pembajakan.
"Pembajakan Israel atas kapal yang damai, yang legal berlayar dari Barcelona, yang di dalamnya ada pihak berwenang," kata Dalloul. Ia menambahkan, tindakan Israel telah melanggar hukum internasional.
Meski demikian, menurut dia, misi kapal itu sudah tersampaikan. Misi utama kapal tersebut adalah untuk menarik perhatian internasional atas tindakan keras Israel dalam mengepung Gaza.
The Global Campaign for Breaking the Israeli Siege on Gaza juga meminta otoritas Israel memastikan keamanan dan keselamatan para aktivis. Kelompok ini memperingatkan mereka akan terus memantau aksi Israel itu.
Mereka juga menyeru agar komunitas internasional segera bertindak menanggapi hal ini. Bagi publik internasional, langkah Israel mengadang kapal kemanusiaan bukan hal baru.
Masih terekam jelas dalam ingatan serangan Israel atas kapal Mavi Marmara pada 30 Mei 2010. Saat itu, terdapat 12 WNI yang termasuk ke dalam tim Freedom Flotilla. Setahun kemudian, tepatnya 19 Juli 2011, giliran kapal Dignity dari Prancis yang dicegat. Tujuan kapal tersebut pun sama, yaitu membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
Seiring mencairnya hubungan diplomatik antara Turki dan Israel, Juli silam, kapal Lady Leyla dari salah satu kota di Turki, Mersin, berlayar menuju pelabuhan Israel, Ashdod. Berbeda dari sebelumnya, tidak ada pencegatan dari militer Israel.
Bantuan seberat 10 ribu ton kemudian dibawa ke Jalur Gaza melalui Israel. Menurut otoritas Turki, bantuan berisi makanan, mainan, pakaian, dan lain-lain ditujukan bagi masyarakat Gaza menyambut Idul Fitri. rep: Wahyu Suryana, Puti Almas, Dyah Ratna Meta Novia, Lida Puspaningtyas, ed: Muhammad Iqbal