Selasa 08 Nov 2016 13:00 WIB

Konsumsi Pemerintah Minus, Ekonomi Terkoreksi

Red:

JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2016 sebesar 5,02 persen. Raihan ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat 5,18 persen.

Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III 2016 telah mencapai 5,04 persen. "Memperhatikan kondisi ekonomi global yang melambat, angka ini sudah lumayan bagus," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (7/11).

Pertumbuhan ekonomi kuartal III ditopang oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh 3,48 persen dibandingkan tiga bulan sebelumnya. Sementara, apabila dibandingkan dengan periode serupa tahun lalu, pertumbuhannya lebih baik, yaitu 5,01 persen. Menurut Suhariyanto, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan pengeluaran pada berbagai sektor, antara lain, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta konsumsi makanan dan minuman.

"Selain itu, penjualan ritel naik. Indikator kedua, penjualan mobil penumpang tumbuh 17,49 persen dan impor barang konsumsi tumbuh 11,19 persen. Volume transkasi kartu kredit tumbuh 2,75 persen dan inflasi di 3,07 persen. Inflasi rendah tidak akan berimbas pada kemampuan daya beli," ujar Suhariyanto menjelaskan.

BPS juga mencatat komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga tumbuh 4,06 persen (dibandingkan kuartal III 2015) dan 2,53 persen (dibandingkan kuartal II 2016). Sementara, penurunan persentase pertumbuhan tercatat pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 6,00 persen (dibandingkan kuartal III 2015) dan 3,69 persen (dibandingkan kuartal II 2016) serta konsumsi pemerintah 2,97 persen (dibandingkan kuartal III 2015) dan 0,20 persen (dibandingkan kuartal II 2016).

Mengapa konsumsi pemerintah melemah, Suhariyanto menyebut, penyebabnya berkaitan dengan realisasi belanja pemerintah. "Dilihat dari APBN, bisa dilihat realisasi belanja pemerintah di kuartal ketiga menurun dibanding tahun lalu," ujar dia. Berdasarkan data, realisasi belanja pemerintah pada kuartal III sebesar Rp 439,73 triliun. Nilai ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 484,78 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui menurunnya pertumbuhan konsumsi pemerintah tak lepas dari pemangkasaan anggaran kementerian/lembaga. "Baik di pusat atau daerah. Dampaknya kelihatan di kuartal ketiga ini kontribusi pemerintah negatif. Karena, banyak kementerian dan lembaga melakukan penundaan atau penyesuaian dari sisi belanjanya," ujar dia.

Meskipun demikian, Sri menyebut proyeksi pemerintah terkait adanya shortfall penerimaan pajak sebesar Rp 218 triliun tahun ini membuat keputusan pemangkasan anggaran sebesar Rp 165 triliun dinilai tepat. Selain itu, program pengampunan pajak juga disebut menyedot dana di masyarakat untuk pembayaran uang tebusan.

Sri berdalih, justru anjloknya komponen ekspor dan impor harus lebih diwaspadai dibanding penurunan konstribusi konsumsi pemerintah. Alasannya, penurunan kinerja ekspor dan impor akan berimbas pada penurunan penerimaan perpajakan, termasuk PPN dan PPh.

Di sisi lain, pemerintah masih akan mengandalkan mesin pertumbuhan, yakni investasi yang masih menunjukkan pertumbuhan positif pada kuartal ini. "Itu adalah kegiatan investasi yang berasal dari investasi pemerintah, investasi swasta, baik dari perbankan, capital market, PMA, PMDN, BUMN. Namun, ini masih lemah karena dari OJK juga kami dengar kredit perbankan hanya tumbuh 5,0 persen. Saya hanya ingin katakan bahwa ini confirm bahwa ekonomi kita denyutnya memang melemah," kata Sri menjelaskan.

Sinyal lain yang menunjukkan pelemahan ekonomi juga terlihat dari sumber pertumbuhan ekonomi berdasarkan sektor. Sektor manufaktur, konstruksi, perdagangan, dan infokom justru melemah selepas triwulan II. Sektor perdagangan mengalami pelemahan terbesar 0,6 persen dari posisi triwulan II 2016.

Cukup puas

Presiden Joko Widodo mengaku cukup puas dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2016. Sebab, meskipun persentasenya lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya, raihan 5,02 persen masih lebih tinggi di atas proyeksi pemerintah.

"Perkiraan kita di bawah lima sedikit. Ternyata, alhamdulillah bisa di atas lima sedikit," ujar Presiden. Untuk kuartal IV 2016, ia meyakini pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi karena ditopang anggaran belanja pemerintah.

Dengan adanya pemakaian anggaran dalam jumlah besar, Presiden meyakini hal tersebut akan berkontribusi pada peningkatan angka pertumbuhan ekonomi. Namun, dia tidak memungkiri adanya perlambatan ekonomi global sedikit banyak memengaruhi kondisi ekonomi Tanah Air.

 

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menilai, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal III 2016 yang tercatat 5,02 persen merupakan capaian yang dapat diterima. Sebab, masih banyak tantangan bagi pemerintah dalam mendongkrak ekonomi untuk tumbuh.

"Kita melihatnya kalau mencapai lima persen saja pada kuartal III sudah bagus," kata Rosan. Menurut dia, dari sejumlah prediksi analis dan pengamat ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun pun tidak akan jauh dari kisaran lima persen.

Meski ada peningkatan perputaran uang pada akhir tahun nanti, jumlahnya belum bisa meningkatkan ekonomi untuk tumbuh lebih tinggi pada kuartal IV. rep: Sapto Andika Candra, Halimatus Sa'diyah antara/Debbie Sutrisno ed: Muhammad Iqbal

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement