Rabu 21 Oct 2015 13:00 WIB

Pendaki Diminta Taati Peraturan

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Pendaki Diminta Taati Peraturan

Seorang korban kebakaran hutan Gunung Lawu masih kritis.

JAKARTA - Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rafles B Panjaitan meminta pendaki dan segenap pengunjung menaati peraturan. Utamanya dalam bekerja bersama mencegah kebakaran hutan di gunung pada musim kering.  

"Sudah ditetapkan peraturan, soal pendaki gunung seharusnya tidak mendaki di musim kemarau," kata Rafles, Selasa (20/10). 

Larangan tersebut diterapkan karena suhu udara di gunung pada malam hari lebih dingin. Pendaki gunung dan siapa pun yang berkemah akan membutuhkan api untuk menghangatkan tubuh dan sumber cahaya. Padahal, ketika musim kering seperti sekarang ini, segala sumber api harus dicegah karena akan menyulut kebakaran.

Ketidaktertiban orang-orang yang mendaki gunung, menurut Rafles, menjadi penyebab utama kebakaran hutan yang kemudian memakan korban, apalagi jika mendaki dengan cara ilegal, lantas membawa rokok dan sumber api lainnya. "Itu dilarang dan membahayakan hutan serta dirinya sendiri," lanjutnya.

Relawan komunitas Anak Gunung Lawu (AGL) membenarkan penyebab kebakaran hutan di Gunung Lawu akibat para pendaki yang tidak mematuhi imbauan relawan di Posko Cemoro Kandang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. "Tujuh pendaki tewas dan dua orang yang luka-luka akibat terjebak kebakaran hutan di Gunung Lawu. Mereka mengabaikan imbauan relawan di Posko Cemoro Kandang," kata Budi Santoso, relawan komunitas AGL, Selasa (20/10).

Relawan komunitas AGL bertugas di Posko Cemoro Kandang saat pendaki naik puncak Gunung Lawu. Para pendaki diingatkan agar nantinya saat turun gunung jangan melewati jalur Cemoro Sewu karena di sana sedang terjadi kebakaran hutan. Ada dugaan kuat rombongan pendaki nekat turun gunung lewat jalur Cemoro Sewu. 

Hingga Selasa (20/10), sejumlah relawan masih menyisir Gunung Lawu untuk memastikan tidak ada pendaki yang tercecer. Seluruh pendaki diminta turun sehingga kawasan gunung steril dari aktivitas pendakian.

Kapolsek Tawangmangu AKP M Riyanto menambahkan, jalur Cemoro Sewu antara pos 2 dan pos 3 terdapat jalan berundak. Medan ini menyulitkan untuk melarikan diri jika terjadi kebakaran hutan. Dugaannya, pendaki yang meninggal kemungkinan terjebak di tangga berundak tersebut. 

Tim gabungan dari BPBD, Perhutani, Koramil 0804/02 Plaosan, Polri, relawan AGL, dan masyarakat hingga kemarin terus melakukan kegiatan pemadaman, pendinginan, dan penyisiran di lereng Gunung Lawu. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menerangkan, hingga saat ini jalur pendakian pos pendakian Cemoro Sewu masih ditutup sejak 16 Oktober 2015. 

Penutupan jalur pendakian Pos Cemoro Sewu dilakukan karena kondisi cuaca makin kering. Daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah lebih dari dua bulan tidak mendapat hujan sehingga semak belukar menjadi kering dan mudah terbakar. "Untuk itu diimbau agar para pendaki gunung mematikan api unggun atau sumber api dimatikan dengan sempurna," kata dia. 

Seorang pendaki yang menjadi korban kebakaran di Gunung Lawu, Eko Nurhadi, masih kritis di ruang intensive care unit RSUD dr Soetomo, Surabaya. Kondisi Eko masih kritis setelah menjalani operasi pembersihan luka bakar atau debridement pada wajah dan kedua tangannya. "Untuk saat ini kondisinya masih belum pulih dan pernapasan korban juga sering sesak karena kerja paru-parunya belum stabil," ujar Kepala IRD RSU dr Soetomo, Urip Murtedjo, Selasa (20/10).

Jumlah pendaki yang tewas akibat kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu, jalur pendakian Cemoro Sewu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dilaporkan sebanyak tujuh orang. Semua korban tewas sejak Senin (19/10) dini hari telah dievakuasi ke RSUD dr Sayidiman, Magetan, untuk proses identifikasi. Enam korban tewas telah berhasil diketahui identitasnya sementara satu lainnya belum dapat teridentifikasi karena kondisi jasad yang hangus. n antara ed: andri saubani

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement