SURABAYA -- Karut-marut administrasi pelayaran KM Wihan Sejahtera terus didalami. Keberadaan para penumpang di luar manifes dalam kapal yang tenggelam di perairan Teluk Lamong, Surabaya, Senin (16/11), menimbulkan tanda tanya.
Hasil pendataan terakhir, Kepala Syahbandar Utama Pelabuhan Tanjung Perak Kapten Rudiana menyampaikan, penumpang dan awak kapal berjumlah 212 orang. Angka tersebut diakuinya berbeda dengan yang tertera pada formulir data penumpang atau manifes.
Dalam formulir data penumpang yang didapatkan wartawan, jumlah penumpang resmi kapal tersebut adalah 27 orang, sementara awak kapal berjumlah 25 orang. Setelah itu, pihak Syahbandar kembali merevisi jumlah penumpang menjadi 173 orang. "Kami masih mengumpulkan data-data dan bukti-bukti soal ini," ujar Rudi kepada wartawan di kantor Syahbandar Utama, Tanjung Perak, Selasa (17/11).
Total jumlah korban yang sudah dievakuasi sebanyak 140 orang. Meski demikian, Kepala Humas Pelabuhan Teluk Lamong Reka Yusmara Mardiputra mengaku tidak paham apakah semua korban tercatat dalam manifes atau tidak.
Anang, staf Bagian Penjagaan Patroli dan Penyidikan (P3) Syahbandar Utama, Tanjung Perak, mengakui lemahnya administrasi angkutan kapal. Menurut dia, perusahaan pemilik kapal jenis roll-on/roll-off atau ro-ro, yang muatan utamanya adalah kendaraan-kendaraan angkutan, kerap tidak mencatat penumpang mereka.
"Mereka itu berlomba kasih servis. Kadang sopir, kernet itu digratiskan. Sayangnya, mereka tidak didata. Kalau sudah begini kan repot," ujar Anang kepada Republika di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, kemarin.
Selain faktor perusahaan, para sopir kadang sengaja membawa penumpang. Mereka kemudian mengaku sebagai kernet atau saudara agar bisa mendapatkan pelayanan gratis. Tidak menutup kemungkinan, Anang menjelaskan, ongkos para penumpang itu masuk ke kantong para sopir sendiri.
Selain membawa "penumpang gelap", para sopir juga sering membawa muatan tambahan di luar muatan yang tercatat resmi di perusahaan ekspedisi tempat mereka bekerja. Akibatnya, volume muatan sering kali melebihi ukuran yang ditentukan.
"Alasannya mereka cari uang makan. Kalau ditegur, mereka protes. Kendaraannya bisa ditinggalkan di jalan untuk menghalangi yang lain. Terus terang, kami menghindari konflik," ujar Anang.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih menyelidiki penyebab tenggelamnya KM Wihan Sejahtera. Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Pelayaran KNKT Kapten Aldrin Dalimunte menjelaskan, tim sedang mencari log book.
Log book merupakan catatan operasional kapal yang mencakup tentang sistem navigasi dan manajemen kapal. Aldrin menyampaikan, pihaknya tidak bisa berspekulasi mengenai penyebab kecelakaan tanpa adanya data. Meski begitu, ia menggambarkan, sejumlah kecelakaan sejenis menunjukkan dua penyebab, yakni kelebihan muatan dan kesalahan menata muatan.
"Ada kasus penempatan muatan kurang tepat, misalnya muatan tidak diikat sehingga bergeser," ujar Aldrin. Fransiskus Nuhan (46), salah seorang penumpang, menceritakan,sebelum kapal miring ke kanan akibat kebocoran, sempat terasa guncangan hebat.
Pengakuan Fransiskus dan para penumpang lainnya memunculkan dugaan bahwa kapal menabrak bangkai kapal KM Tanto Hari. Kapal ini tenggelam di kawasan tersebut beberapa waktu sebelumnya.
Saat ini, lokasi tenggelamnya kapal KM Wihan Sejahtera diberi tanda oleh pihak Syahbandar untuk mengamankan alur pelayaran. Petugas Syahbandar pun terus berjaga di titik tersebut. Aldrin mengungkapkan, pihaknya belum bisa menyimpulkan kondisi keamanan alur pelayaran di kawasan itu.
Otoritas Pelabuhan Teluk Lamong sempat memberi sinyal agar kapal segera merapat ke dermaga. Hanya, kapal yang karam pukul 09.30 WIB itu memutuskan berbalik arah untuk kembali ke Tanjung Perak.
"Kita sempat beri kode kapten kapal agar merapat, tapi sepertinya dia punya keputusan lain sehingga berbalik arah ke Perak. Setelah itu, kapal miring dan tenggelam," kata Kepala Bagian Humas Teluk Lamong Reka Yusmara, kemarin.
n ed: a syalaby ichsan