Rabu 28 May 2014 12:20 WIB
Pameran Produksi Indonesia 2014

Saatnya Industri Lokal Meminimalisasi Pasokan Impor

Sekjen Kemenperin Ansari Bukhari memegang sepatu dari bahan baku serat bambu di Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2014, Bandung, Jawa Barat, Ahad (25/5).
Sekjen Kemenperin Ansari Bukhari memegang sepatu dari bahan baku serat bambu di Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2014, Bandung, Jawa Barat, Ahad (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Zaky Al Hamzah

Miris. Inilah potret umum industri nasional. Faktanya, sebanyak 64 persen industri di dalam negeri masih tergantung pada bahan baku dan penolong, serta barang modal dari impor untuk mendukung proses produksi.

Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebutkan sekitar 64 persen industri itu mendominasi nilai produksi industri nasional sebesar 80 persen serta menyumbang 65 persen penyerapan tenaga kerja. Industri yang banyak diimpor, yakni bahan baku, penolong, dan barang modal yang terdapat pada sembilan kelompok. Sembilan kelompok itu, yakni industri permesinan dan logam, otomotif, elektronika, kimia dasar, makanan dan minuman, pakan ternak, tekstil dan produk tekstil (TPT), barang kimia lain, serta pulp dan kertas.

Lebih tragis lagi, neraca keuangan enam dari sembilan industri itu ternyata defisit karena impor lebih besar dibandingkan ekspor. Total impor bahan baku dan bahan penolong dari 64 persen industri nasional itu mencapai sekitar 67,9 persen, impor barang modalnya mencapai 24,6 persen, dan impor barang konsumsinya (7,5 persen).

Maka itu, Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Anshari Bukhari menegaskan bahwa pihaknya ingin segera bisa menanggulanginya karena menjadi prioritas kementerian ini.

Salah satu caranya mempercepat program hilirisasi agar ketergantungan bahan baku semakin kecil. “Di samping menyelesaikan (turunan) peraturan perundangan terkait Undang-Undang Perindustrian,” katanya saat ditemui di sela-sela meninjau stan Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2014 di Harris Conventions Festifal Citylink, Bandung, Jawa Barat, Ahad (25/5). PPI ke-2 ini dihelat 22-25 Mei 2014.

Selama ini, Anshari mencontohkan, banyak sumber daya alam Indonesia baik di bidang agro maupun mineral diekspor dalam keadaan mentah, kemudian diolah di negara lain menjadi barang semijadi, dan diimpor ke Indonesia sebagai bahan baku atau bahan penolong. Maka itu, pemerintah mengamanatkan agar bahan mentah wajib diolah di dalam negeri agar industri hilirnya tumbuh dengan struktur yang kuat. Maka itu, ia berharap PPI 2014 tersebut mampu menjadi ajang unjuk kemampuan industri nasional.

Selain itu, ribuan pengunjung terus mendatangi PPI 2014. Selain dari Kota/Kabupaten Bandung, para pengunjung berasal dari berbagai daerah. Mereka yang datang tidak hanya dari Kota Bandung, tetapi kota-kota besar, seperti Jakarta, Yogyakarta, Lampung, dan Bali. Bahkan, ada yang berasal dari negara Malaysia, Singapura, Australia, dan Jepang.

Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenperin Hartono, sejak Kamis (22/5) hingga Ahad (25/5) malam, total jumlah pengunjung PPI mencapai 17 ribu orang. “Antusiasme pengunjung tersebut berkat informasi yang disebarluaskan melalui media massa dan media sosial, di mana mereka memang sedang berburu barang-barang berkualitas dari Indonesia,” ujarnya.

Kegiatan ini diikuti sebanyak 130 peserta dengan menampilkan berbagai produk unggulan, di antaranya mobil buatan dalam negeri, furnitur, alat kesehatan dan alat industri pertahanan, elektronika dan peralatan rumah tangga, alat musik dan olahraga, herbal dan kosmetik, makanan dan minuman, batik dan tenun, serta perhiasan dan kerajinan. n

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement