NGANJUK — Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksi akan terjadi penurunan angka produksi padi pada 2014. Angka ramalan I (ARAM I) produksi padi akan mencapai 69,87 juta ton gabah kering giling atau menurun 1,98 persen dibanding tahun lalu.
Menjawab hal tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menyatakan akan melakukan evaluasi terkait penurunan. Menurutnya, ada beberapa faktor kemungkinan terjadi. Seperti, katanya, penurunan akibat konversi lahan, kemudian mundurnya waktu penanaman padi atau karena bencana alam.
"Kami akan evaluasi sebagai sebelumnya kami memanfaatkan ARAM I sebagai persiapan dan pada akhirnya angka tetapnya (ATAP) lebih besar," katanya dalam kunjungan ke Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (6/3). Berdasarkan data BPS, luas lahan panen ikut mengalami penurunan sebesar 1,92 persen atau berkurang 265,31 ribu hektare (ha).
Namun, Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) mengaku tak khawatir dengan penurunan tersebut. Menurut Kepala Dinas Pertanian Jatim Wibowo Eko Putro, pihaknya tidak khawatir dengan kemungkinan penurunan karena Jatim merupakan salah satu sentra produksi beras.
Berdasarkan ARAM I, produksi gabah kering giling Jatim sampai di angka 6,2 juta ton. Jika dikonversi menjadi beras, masih bisa memenuhi konsumsi 38 juta penduduk.
Bahkan dengan perhitungan konsumsi per kapita per tahun sebesar 91,2 kilogram, Jatim masih surplus. Total surplusnya sampai di angka 610 ribu ton setara beras. Salah satu kuncinya, ujar Wibowo, yakni Jatim harus mengejar panen pada musim hujan. Karena, wilayah Jatim bisa dibilang langka air.
Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) TNI Budiman menyatakan salah satu sektor yang bisa menganggu ketahanan nasional, yaitu masalah pangan. Tak heran, kini Kementerian Pertanian (Kementan) dan TNI melakukan dalam hal peningkatan produktivitas pertanian. "Kerja sama ini sudah berlangsung selama dua tahun dan meningkat dari Angkatan Darat (AD) menjadi TNI secara keseluruhan," ujarnya.
Selain untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, menurutnya, TNI juga memiliki sumber daya manusia yang mampu untuk membantu petani. Khususnya, setelah mendapat pelatihan dari penyuluh yang ada di tiap provinsi, bahkan kabupaten/kota.
Selain itu, Kementan menganjurkan kepada petani segera menanam palawija di lahan sawahnya. Pasalnya, Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia berpotensi mengalami El Nino periode Juli-September 2014.
Suswono mengatakan bahwa saat ini beberapa daerah telah melalui panen padi. Ia meminta petani segera memanen tanpa jeda dan langsung ditanam palawija, salah satunya kedelai. Sebab, tanaman padi membutuhkan air yang cukup banyak. Bila El Nino hadir meski masih dalam taraf moderat, sejumlah lahan sawah di daerah mengalami kekeringan.
Bagi wilayah yang memiliki irigasi dan sumber air yang banyak mungkin tidak masalah. Hanya saja bagi wilayah yang kurang, bahkan wilayah tadah hujan maka disaranakan untuk menanam palawija.
"Kita mengantisipasi daripada kecolongan maka akan lebih baik menanam palawija yang bisa memberikan hasil maksimal daripada petani harus menanam padi kembali," kata politisi PKS ini. Alasan lainnya, Mentan mengungkapkan, menanam kedelai akan sangat bermanfaat karena selama ini Indonesia diketahui sering kali mengimpor dalam jumlah besar. Apalagi, saat ini harga kedelai sedang meningkat.rep:ichsan emrald alamsyah ed: zaky al hamzah