JAKARTA -- Badai El Nino berdampak negatif terhadap produk hasil perkebunan, seperti kelapa sawit. Bahkan, badai musim kering ini diperkirakan membuat produksi sawit nasional turun hingga 15 persen.
"Penurunan hingga 15 persen itu bukan produk crude palm oil (CPO), melainkan TBS (tandan buah segar)-nya, yakni turun hingga dua juta ton," ujar Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Gamal Nasir pada konferensi pers Capaian Kinerja Pembangunan Perkebunan Semester I 2014 di Jakarta, Kamis (17/7).
Dia menambahkan, El Nino berdampak besar karena sawit merupakan jenis tanaman yang membutuhkan kandungan banyak air di dalam tanah. "Sawit merupakan jenis tanaman yang membutuhkan banyak air. Kalau airnya kurang, aktivitas fisiologi tanaman terganggu, sehingga produksi menurun," tuturnya.
Foto:Prayogi/Republika
Kelapa Sawit
Direktur Tanaman Tahunan Herdrajat Natawidjaja menambahkan, pada 2013 terjadi El-Nino basah. Sehingga, menolong tanaman sawit yang membutuhkan banyak air.
Namun, sekarang musim kemarau. Karena itu, ia berharap, selama tiga bulan musim kemarau akan turun hujan. Karena, jika tidak efek terhadap produktivitas tanaman berlangsung dua sampai tiga tahun ke depan. "Kadang-kadang, prediksi cuaca selama tiga bulan tidak menentu, kita harapkan ada El Nino basah tahun ini," tambah Herdrajat.
Menurutnya, seandainya terjadi El Nino basah seperti tahun lalu maka penurunan produksi tidak akan mencapai 15 persen.
Pada 2013 produksi crude palm oil (CPO) nasional mencapai 27 juta ton. TBS sawit sebesar empat kali produksi CPO.
Tanaman rempah
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementerian Pertanian Azwar Abubakar menyatakan, El Nino tak berpengaruh terhadap tanaman rempah dan penyegar. "Tanaman rempah memasuki tahap pembuahan. Sehingga, selama enam bulan ke depan tidak terpengaruh El Nino," ujarnya.
Tahun ini, diprediksi El Nino berubah dari lemah moderat ke lemah normal. Fokus pengembangan, lanjutnya, diprioritaskan pada lima komoditas unggulan.
"Kami menargetkan kenaikan produksi pada enam komoditas unggulan, yaitu kakao, kopi, teh, lada, cengkih, dan pala," terang Azwar pada konferensi pers Capaian Kinerja Pembangunan Perkebunan Semester I 2014.
Program yang dilaksanakan adalah meningkatkan produksi, peremajaan tanaman, rehabilitasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi. Selain itu, dilakukan penyediaan benih unggul dan penguatan kelembagaan petani.
Pada 2014 pemerintah menargetkan kenaikan produksi pada kelima komoditas tersebut. Produksi kopi ditargetkan sebanyak 711.513 ton, meningkat dibanding 2013 sebesar 698.885 ton. Pada 2013 nilai devisa yang dihasilkan kopi mencapai 1.174 juta dolar AS.
Senada dengan kopi, kakao ditargetkan mencapai produksi 817.323 ton. Naik dari produksi tahun lalu sebesar 777.537 ton.
Areal perkebunan kopi pada 2014 seluas 1.246.544 hektare. Sejalan dengan kopi dan kakao, lada, cengkih, teh, dan pala seluruhnya ditargetkan mengalami peningkatan produksi.
Azwar optimistis, target 2014 akan tercapai. Ia mengungkapkan, produksi kopi di Lampung selama enam bulan terakhir tidak terlalu meleset dari target produksi 2014. "Semoga, produksi tercapai, sehingga sumbangsih kita terhadap pendapatan petani dan devisa juga sesuai target," jelasnya.rep: c88 ed: irwan kelana