Rabu 01 Oct 2014 18:30 WIB

Perbanyak Pelestari Warisan Budaya Batik

Red: operator

Batik telah menjadi warisan budaya Indonesia yang patut dibanggakan. Pengakuan UNESCO yang menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia nonbenda membuat batik tersohor. Warisan yang menjadi identitas bangsa itu pun ingin dilestarikan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dengan memperbanyak penyuluh khusus batik.

Kemenperin akan menambah jumlah tenaga penyuluh khusus batik hingga 30 orang tahun ini. Sebelumnya, sudah ada tenaga penyuluh yang jumlahnya mencapai 400 orang. Namun, mereka bukan khusus penyuluh batik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Prayogi

Seorang pedagang melayani pembeli pada Pameran Batik Warisan Budaya di Plaza Industri gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (30/9).

Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, selain upaya melestarikan, pemerintah juga telah memproteksi batik. Salah satunya, dengan dikeluarkannya regulasi UU 19/2002 tentang Hak Cipta. Regulasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penggunaan atau pemanfaatan budaya tradisional Indonesia oleh pihak asing.

Dengan kondisi tersebut, tahun ini tenaga penyuluh khusus batik diperbanyak. Selain memberikan penyuluhan, mereka juga mengedukasi para perajin batik dan pengusahanya.

“Supaya, batik Indonesia tidak diakui oleh pihak asing,” ujarnya saat membuka pameran batik warisan budaya ke VII di Jakarta, Selasa (30/9).

Hingga kini, batik terus berkembang. Kehadiran batik sudah mendapat penghormatan dari seluruh dunia. Hal itu terlihat pada catatan ekspor batik yang naik dari 32 juta dolar AS pada 2008 menjadi 300 juta dolar AS pada akhir 2013. Adapun negara tujuan ekpor batik terbesar, yakni Amerika Serikat, Jerman, dan Korea Selatan.

“Karena pasar ekspor ini sangat besar maka sudah selayaknya Indonesia terus meningkatkan kualitas. Salah satunya, dengan menambah penyuluh khusus tersebut,” kata Panggah.

Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia (YBI) Jultin Ginanjar Kartasasmita mengatakan, pameran batik sudah berlangsung selama tujuh tahun. Pameran tersebut diikuti oleh 54 perajin batik (IKM). Mereka berasal dari Solo, Yogyakarta, Bandung, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, Surakarta, Banjarnegara, Madura, dan DKI Jakarta. “Untuk pameran tahun ini, kami sengaja mengusung tema ‘Batik Sogan’,” katanya.

Batik sogan merupakan batik klasik. Diprediksi, batik ini merupakan yang pertama kali tercipta di Tanah Air. Awalnya, batik sogan lahir di lingkungan keraton, yakni di Yogyakarta dan Surakarta (Solo).

Saat ini, batik tersebut sudah terkenal ke seantero nusantara, bahkan dunia. Tak hanya menjadi baju, batik ini sudah merambah ke kerajinan lainnya, seperti kulit dan kayu.

Selain itu, Kepala Balai Kerajinan Batik Indonesia Zulmalizar mengatakan, batik sangat rawan dicaplok pihak asing. Sebab, saat ini masih minim perajin yang menempelkan label asli Indonesia di produknya.

“Perajin yang sudah menempelkan label tersebut, sekitar 115-121 orang. Jumlah tersebut, masih sangat minim,” ujarnya.

Label untuk batik terbagi tiga. Untuk batik tulis, labelnya berwarna emas. Sedangkan, batik cap berwarna putih. Adapun batik kombinasi tulis dan cap, labelnya berwarna perak.

Padahal, dengan labelisasi tersebut bisa memproteksi produk batik Indonesia. Namun sayang, para perajin dinilai malas memasang label itu. Dengan alasan, tidak ditanyakan oleh pembeli.  rep:ita nina winarsih ed: nur aini

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement