Selasa 05 Jan 2016 17:00 WIB

OJK Dorong BUMN Masuk Bursa

Red:

JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan proaktif mendorong perusahaan BUMN agar mau melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga kini, meski sudah cukup kuat, belum ada lagi BUMN yang mendaftarkan diri ke OJK untuk melakukan pencatatan saham perdana (IPO).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida, mengatakan, untuk mendorong perusahaan pelat merah masuk bursa, pihaknya akan berkomunikasi intensif dengan BUMN. Sebenarnya, tahun lalu beberapa kebijakan untuk mempermudah proses IPO sudah akan digulirkan.

Hanya saja pihaknya masih akan menyeleksi kembali apa yang sekiranya bisa dilakukan untuk memudahkan bagi perusahaan plat merah melantai di bursa. "Pada dasarnya, proses IPO BUMN sifatnya ada hal-hal tertentu yang harus dipenuhi. Jadi, 2016 ini OJK akan lebih proaktif mencoba menyamakan persepsi dengan berbagai pihak," kata dia, di gedung BEI, Jakarta, Senin (4/1).

Nurhaida mengungkapkan, beberapa keuntungan akan didapat BUMN jika proses IPO diambil. Dengan go public, tentunya akses permodalan dan kinerja perusahaan akan semakin meningkat.

Selain itu, menjadi perusahaan terbuka akan mendorong BUMN menerapkan good corporate governance (GCG) secara maksimal. Dengan melakukan itu, pada akhirnya BUMN bisa memajukan perekonomian dan memacu laju sektor-sektor yang ada di bawahnya.

Di lokasi yang sama, Direktur Umun BEI Tito Sulistio menyatakan, kalau pihaknya sedang berupaya melakukan penyederhanaan IPO. Sebab, menurut dia, proses yang saat ini mencapai 25 tahap itu terlalu panjang.

"Kami sudah berbicara, sudah presentasi kepada parlemen bahwa memang 25 tahap itu kebanyakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, itu ada 13 pasal. Saya harus katakan secara pribadi, itu membuat panjang proses privatisasi," ujar dia.

Ia pun mengusulkan proses IPO bagi BUMN bisa disederhanakan menjadi 20 pekan. Selama 20 pekan itu, proses internal di BEI dan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan tidak lebih dari 11 pekan. "Contohnya, Garuda itu empat tahun, padahal kalau swasta sekitar 3,5 bulan bisa IPO," tutur Tito.

Ia berharap dengan akan adanya Program Legislasi Nasional (Prolegnas), UU BUMN akan bisa lebih efisien. "Kami harapkan efisiensi proses BUMN bisa dipercepat dengan UU yang baru," tambahnya lagi.

Ia juga mengungkapkan, ada dua anak perusahaan BUMN yang berpotensi melantai di bursa tahun ini. Mengenai nama perusahaan, ia mengaku belum bisa memublikasikannya.

Tahun menjanjikan

Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat mengakui, tahun ini adalah waktu yang tepat untuk pencatatan saham perdana. Pihak bursa pun menargetkan 35 emiten baru melantai di bursa tahun ini.

Ia mengatakan, sektor komersial dan finansial masih menjadi sektor primadona di pasar saham. Terutama bagi emiten sektor finansial, khususnya perbankan, sejauh ini pasar modal masih dijadikan sebagai sumber untuk meningkatkan permodalan. "Direncanakan, 35 emiten untuk tahun ini, untuk BUMN kami masih akan bicarakan lagi dengan pemerintah," kata dia.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) Reza Priyambada pun optimistis target 35 emiten akan tercapai tahun ini. Namun, hal itu masih harus memperhatikan kondisi ekonomi makro domestik. "Walaupun katanya ada relaksasi, keringanan dan kemudahan pencatatan di bursa, tapi kalau dari emiten masih ada ketidakinginan melantai di bursa, bukan salah BEI atau OJK 100 persen," jelas Reza.

Ketidakinginan perusahaan untuk IPO bisa jadi disebabkan dua alasan. Pertama, Reza menjelaskan, perusahaan itu tak ingin melepas mayoritas saham ke publik. Kedua, bisa saja karena perusahaan itu memang belum ingin berekspansi.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengaku akan mengkaji kesempatan perusahaan BUMN untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain mencatatkan saham perdana (IPO) di BEI, ada beberapa BUMN yang juga akan menambah jumlah saham beredar di publik.

"Di minggu-minggu ini kami sedang me-review apakah ada BUMN yang akan kami go public-an ataukah akan kami tingkatkan jumlah saham yang akan kami tawarkan ke bursa. Jadi, itu dua hal yang kami lihat," ujar Menteri BUMN Rini Soemarno, di gedung BEI, Jakarta, Senin (4/1).

Dalam hal ini, pihaknya tengah menjajaki kemungkinan PT Inalum untuk melepas sebagian sahamnya di BEI. Hal ini mengingat perusahaan itu memiliki beberapa proyek yang akan dikembangkan ke depannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement