oleh:Dessy Suciati Saputri/ap/reuters -- KIEV — Ukraina meluncurkan serangan udara, Senin (26/5), terhadap kelompok bersenjata pro-Rusia yang menduduki bandara internasional Donetsk. Serangan ini dilakukan menyusul sikap pemimpin baru Ukraina yang menolak berdialog dengan para pemberontak.
Petro Poroshenko meraih suara mayoritas 54 persen suara dalam pemilihan presiden Ukraina, Ahad (25/5). Politikus yang juga pemilik pabrik cokelat ini mengalahkan pesaingnya, Yulia Tymoshenko. Tymoshenko hanya meraih 13 persen.
Petro Poroshenko mengatakan, militer Ukraina harus mampu mengalahkan para separatis dalam beberapa jam. "Operasi antiteroris ini seharusnya tidak berlangsung selama dua hingga tiga bulan. Operasi ini seharusnya berlangsung hanya selama beberapa jam," kata dia.
Wali Kota Donetsk Alesandera mengatakan, setidaknya 40 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan Ukraina dan pembelot pro-Rusia. Dua di antaranya adalah warga sipil.
Dima Gau, pemberontak pro-Rusia, mengakui jumlah korban tewas di pihak mereka antara 29 dan 30 orang. “Namun, ini bukan hasil akhir,” ujar dia.
Pertempuran ini merupakan kegagalan negosiasi antara Rusia dan Ukraina. Sebelumnya, Moskow menyatakan, siap berdialog dengan Poroshenko dengan syarat militer Ukraina harus ditarik dari Ukraina timur.
Tembakan dan ledakan pun dapat terdengar dari pesawat perang yang terbang di atas langit Bandara Internasional Sergei Prokofiev di Donetsk, kota kelahiran presiden Ukraina terguling, Victor Yanukovcyh.
Suara ini terdengar beberapa jam setelah sejumlah truk pemberontak bersenjata tiba dan mengambil alih terminal bandara. Asap hitam tebal pun terlihat membumbung tinggi ke langit.
Pemerintah mengatakan, pesawat jet memberondong dengan tembakan peringatan dan kemudian menggempur lokasi para pemberontak berada.
Delapan jam setelah pertempuran dilakukan, baku tembak pun masih terus terjadi hingga malam tiba dan menyebar hingga rumah-rumah warga di sekitarnya. Hingga Selasa, pertempuran dilaporkan masih terus terjadi.
"Pertempuran masih berlanjut di bandara dengan menggunakan pesawat dan helikopter," kata pemimpin separatis Denis Pushilin. "Ini benar-benar kebuntuan militer."
Kementerian Luar Negeri Rusia mendesak Kiev untuk menghentikan operasi militer melawan rakyat mereka. Selain itu, Rusia juga menginginkan Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Uni Eropa (OSCE) menyelidiki bentrokan yang terjadi di Donetsk.
Sementara, Poroshenko meminta Moskow mendukung upaya untuk mengatasi krisis di timur Ukraina pascajatuhnya presiden Victor Yanukovych. ed: teguh firmansyah