oleh:Alicia Saqina/ap/reuters -- BANGKOK - Militer Thailand menerjunkan ribuan tentara dan polisi ke pusat Kota Bangkok, Ahad (1/6). Ribuan pasukan diturunkan untuk menghentikan upaya-upaya protes massa yang menentang keras kudeta militer di Thailand. Sejumlah pusat perbelanjaan dan stasiun kereta api di ibu kota pun ditutup untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
Wakil Kepala Kepolisian Thailand Somyot Poompanmoung mengatakan, pihaknya mengerahkan 5.700 personel polisi dan tentara ke pusat kota. Ribuan pasukan itu pun disebar guna mengantisipasi aksi protes yang mungkin timbul di titik lainnya.
“Karena ini merupakan pusat bisnis dan kami perlu memproteksinya untuk menghindari segala kerusakan, jika pihak berwenang harus melakukannya (menghentikan berkumpulnya massa),” jelas Somyot.
Militer mengambil alih pemerintahan pendukung mantan perdana menteri Yingluck Shinawatra pada 22 Mei. Militer telah memberlakukan keadaan darurat dengan membatasi pers serta melarang pertemuan-pertemuan bernuansa politik yang dilakukan lima orang atau lebih.
Meski demikian, seperti dilaporkan Associated Press, ratusan pengunjuk rasa tetap melangsungkan aksi di dekat sebuah pusat perbelanjaan utama di Bangkok. Meski tak sebesar dari yang dibayangkan, mereka beramai-ramai berteriak “merdeka” dan “demokrasi”.
Demontran berunjuk rasa di titik-titik yang minim penjagaan. Di pusat perbelanjaan Terminal 21, para pengunjuk rasa berkumpul dan berjalan sambil menyanyikan lirik protes dan mengusung tulisan “Tidak Ada Kudeta”.
“Saya di sini, karena saya tidak menginginkan kudeta. Saya ingin ada pemilu dan demokrasi,” kata seorang pengunjuk rasa wanita berumur 66 tahun, yang kemudian hanya menyebutkan namanya Ratchana, karena takut ditahan tentara.
“Ini sudah abad ke 21,” tuturnya. “Seharusnya tidak lagi boleh ada kudeta, namun ini masih terjadi karena orang-orang Thailand yang takut untuk bicara,” ungkapnya. Pengunjuk rasa dalam jumlah kecil juga berkumpul di jembatan pejalan kaki dekat Pusat Kebudayaan dan Seni Kota Bangkok.
Sementara pusat perbelanjaan Central World tetap baru buka pada pukul 14.00, empat jam dari waktu normal. Sampai dengan tengah hari hanya segelintir orang yang berbelanja. Mal ini menjadi saksi kekerasan militer yang membubarkan pengunjuk rasa pro mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra 2010 lalu.
Sebelumnya, Sabtu (30/5), pihak berwenang Thailand secara efektif menutup jalan-jalan utama di Bangkok, seperti di sekitar Monumen Kemerdekaan yang menjadi pusat berkumpulnya massa oposisi. Area-area rawan tersebut terpaksa dibanjiri oleh polisi dan tentara guna meminimalisasi terjadinya bentrokan.
ed: teguh firmansyah