KAIRO — Pemimpin senior Ikhwanul Muslimin (IM) di Inggris mengecam pemerintahan di London lantaran mengucapkan selamat ke Presiden Mesir terpilih Abdul Fatah al-Sisi. Menurut Ibrahim Munir, ucapan selamat yang disampaikan Menteri Luar Negeri Inggris Wiliam Hague sama saja mendukung kudeta.
“Hasil pemilihan kemarin tak benar dan Pemerintah Inggris tahu itu. Pemberian selamat hanya mengurangi kredibilitas diplomatik Inggris dengan mendukung kudeta setelah ribuan orang tak berdosa tewas,” ujarnya, seperti dikutip the Guardian, Ahad (8/6).
Hubungan IM di Inggris dengan pemerintahan David Cameron memang terasa canggung. Khususnya, setelah Cameron membentuk komite khusus untuk mempelajari paham IM. Apakah benar IM masuk kategori gerakan teroris, seperti dituduhkan pemerintahan Mesir dan sejumlah negara Teluk? Sejumlah pihak menuding Cameron telah tunduk atas tekanan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir yang anti terhadap IM.
Selama ini, IM tak mengakui pemerintahan militer yang mengudeta presiden sipil terpilih Muhammad Mursi, Juli tahun lalu. Sisi merupakan salah satu aktor di balik kudeta tersebut. IM juga memboikot pemilihan presiden belum lama ini. Sisi dilantik pada Ahad (8/6).
Terkait perintah penyelidikan yang dilakukan Cameron pada April, Munir menegaskan bahwa IM selalu bekerja sama dengan Pemerintah Inggris. “Tidak ada kaitannya antara kudeta di Mesir dan pengkajian ini. Sangat mengejutkan karena Pemerintah Inggris telah mengetahui banyak tentang IM. Dan, mereka tahu kita mematuhi hukum.”
Munir rencananya akan bertemu Sir John Jenkins, Duta Besar Inggris untuk Arab Saudi yang memimpin komite penyelidikan pekan ini. Jenkins baru saja bertemu dengan para pemimpin IM di Arab. Ia juga menegaskan, pandangan Inggris terhadap IM tak akan terpengaruh oleh sikap Arab Saudi.
Secara terpisah, Pemerintah Qatar dilaporkan juga telah memberikan selamat ke Sisi. Pemerintah Mesir di bawah militer sebelumnya menuding Qatar sebagai penyokong utama gerakan IM di Mesir.
Dalam pidatonya setelah pelantikan, Abdul Fatah al-Sisi berjanji akan memerintah Mesir secara inklusif. Ia menyerukan kebebasan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Saat pelantikan, banyak sekutu dari negara-negara Barat yang tidak tampak menghadiri acara pelantikan itu. Seperti dilaporkan Reuters, negara-negara Barat sepertinya khawatir terpilihnya Sisi sebagai Presiden Mesir.
Mereka khawatir mantan kepala Angkatan Bersenjata itu tidak dapat bersikap bijak dalam menghadapi perbedaan pendapat. Seperti, pendekatan keras yang dilakukan Sisi terhadap IM.
rep:c66 ed: teguh firmansyah