Kamis 12 Jun 2014 15:30 WIB

Sudan Selatan Akhiri Perang

Red:

ADDIS ABABA -- Pemerintah dan pemberontak di Sudan Selatan sepakat mengakhiri pertempuran. Kedua belah pihak akan membentuk pemerintahan transisi dalam waktu 60 hari.

Perdana Menteri Etiopia Hailemariam Desalegn mengumumkan kesepakatan baru itu pada Selasa (10/6) setelah dialog Presiden Salva Kiir dan pemimpin pemberontak Riek Machar.

Negosiasi berlangsung di sela-sela pertemuan pemimpin negara kawasan Afrika Timur di Addis Ababa. Upaya mendamaikan kedua pihak tak mudah karena dua gencatan senjata yang sebelumnya disepakati selalu dilanggar.

Blok regional di kawasan Afrika Timur (IGAD) yang memediasi konflik di Sudan Selatan mengancam akan menjatuhkan sanksi jika keduanya kembali melanggar kesepakatan tersebut.

“Jika mereka melanggar kesepakatan, IGAD akan bertindak dan melakukan perdamaian di Sudan Selatan. Dalam hal ini, kami memiliki sejumlah opsi, termasuk penjatuhan sanksi serta tindakan lainnya,” kata Desalegn.

Ancaman dari para negara tetangga Sudan Selatan ini merupakan yang pertama. Kondisi ini menunjukkan, mereka telah frustasi terhadap para pemimpin Sudan Selatan.

Desalegn mengakui, pertikaian di Sudan Selatan ini kemungkinan masih dapat berlanjut. Ia pun mengkritisi kedua belah pihak yang melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati pada 9 Mei.

Mahboub Maalim, sekretaris eksekutif IGAD, mengatakan, baik Kiir dan Machar merupakan orang bodoh jika mereka mengira dapat menang dalam pertempuran.

“Jika kami ingin menyalahkan, kami salahkan mereka. Saya kira, terkadang mereka bodoh apabila mereka mengira dapat menang dalam pertempuran militer,” kata Maalim.

Amerika Serikat telah menjatuhkan sanksi kepada kedua belah pihak yang bertikai. Utusan AS untuk Sudan Selatan, Donald Booth, mengatakan, pembicaraan tersebut merupakan kesempatan terakhir bagi kedua belah pihak yang bertikai untuk membuktikan komitmennya mempersatukan warga.

Konflik bermula dari permasalahan politik antara Kiir dan Machar. Kiir memecat Machar dari kursi wakil presiden atas tuduhan merencanakan kudeta. Pertikaian keduanya berujung pada konfik etnis Dinka dan suku Nuer. Dinka mendukung Kiir dan suku Nuer membantu Machar. Ribuan warga Sudan Selatan pun dilaporkan tewas. rep:dessy suciati saputri/reuters ed: teguh firmansyah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement