Selasa 17 Jun 2014 12:00 WIB

Santos Pimpin Kolombia

Red:

BOGOTA -- Presiden Kolombia Juan Manuel Santos berhasil memenangkan pemilihan presiden untuk masa jabatan kedua, Ahad (15/6). Kemenangan Santos membawa angin segar bagi kelanjutan perundingan damai antara pemerintah dan pemberontak Marxis, Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC).  

 

 

 

 

 

 

 

 

Dalam pemilihan putaran kedua, Santos memperoleh sekitar 50,9 persen. Dia mengalahkan pesaingnya dari sayap kanan Oscar Ivan Zuluaga. Pada Ahad (15/6) malam Zuluaga telah mengakui kekalahannya. "Ini merupakan pemilihan yang berbeda, bukan pada nama kandidat,  melainkan arah negara yang akan kita ambil," ujar Santos kepada para pendukungnya.

Menurut Santos, warga mendukungnya karena mereka tak ingin kehilangan momentum untuk menciptakan sejarah baru. Masyarakat menginginkan perdamaian. "Dan, saat ini adalah waktunya membangun perdamaian. Waktu untuk mengakhiri konflik panjang."

Pemerintah dan FARC terlibat pertempuran sejak 1960-an. Sejumlah negosiasi pernah dilakukan, tapi berujung pada kegagalan. Lebih dari 200 ribu orang tewas dan jutaan warga mengungsi akibat konflik tersebut.  Kemenangan Santos disambut para pendukungnya di Bogota. Mereka menari, mengibarkan bendera, dan meneriakkan kata, "Kami menginginkan perdamaian."

Sementara, di kawasan industri tua dekat dengan pusat kolonial Bogota, sejumlah pendukung Zuluaga menangis setelah melihat hasil penghitungan suara. Bagi Zuluaga, masih ada hari di masa datang untuk terus berjuang. Dia pun mengagumi demokrasi di Kolombia. "Perjuangan akan terus berlanjut, ke depan merupakan hari berbeda," ujarnya. "Pemilihan ini menegaskan Kolombia adalah negara demokrasi Amerika Latin hebat."

Dalam pidatonya, Zuluaga juga berterima kasih pada mentor politiknya, Alvaro Uribe, yang merupakan mantan presiden Kolombia. Uribe akan disumpah menjadi senator pada Agustus dan diperkirakan menjadi pemimpin oposisi pemerintah. Uribe menuduh Santos berbuat curang dengan membeli suara. 

Pandangan berbeda

Santos dan Zuluaga memang memiliki pandangan berbeda dalam menghadapi kelompok pemberontak FARC. Santos ingin mempertahankan dialog perdamaian dengan FARC, sedangkan Zuluaga sepertinya tak ingin pemerintah bertindak terlalu lembek terhadap gerakan separatis. 

Zuluaga ingin FARC menurunkan senjatanya terlebih dulu jika ingin berdialog, tuntutan yang ditolak para milisi. Para pendukungan Santos, termasuk sekutu di kalangan kiri khawatir jika Zuluaga terpilih maka perundingan damai yang dirintis saat ini akan berakhir dengan kegagalan.

Sebaliknya, suporter Zuluaga takut jika kesepakatan damai dengan separatis akan berujung ke arah bebasnya pemimpin FARC. Santos membuka dialog dengan para pemimpin pemberontak pada akhir 2012. "Saya memilih untuk perdamaian, Santos merupakan orang tepat yang menunjukkan cara lain dalam melakukan politik," ujar Wilmar Diaz (35 tahun), seorang eksekutif di bagian hubungan kemasyarakatan. 

Dialog dengan FARC memang belum sepenuhnya final. Tapi, jauh mengalami kemajuan dibandingkan perundingan sebelumnya. Setelah memenangkan pemilihan ini, Santos berada dalam tekanan untuk menuntaskan lima poin agenda negosiasi dengan FARC. Baru setengahnya berhasil dituntaskan.

Santos juga memiliki pekerjaan rumah untuk meyakinkan FARC agar tetap berkomitmen menjalankan butir-butir perdamaian. Pada 2010 Santos memenangkan pemilihan presiden dengan raihan suara signifikan mencapai 69 persen.

Namun, belakangan tingkat popularitasnya semakin menurun. Dalam pemilihan kongres pada Maret lalu, tingkat mayoritas kursi partainya pun mengalami penurunan. Sesuatu yang tentunya tak diinginkan. Karena, Santos memerlukan persetujuan kongres untuk menggapai ambisinya berdamai dengan FARC.

Bahkan, pada pilpres putaran pertama bulan lalu, Zuluaga berhasil mengungguli Santos. Beruntung, dukungan suara dari kelompok kiri serta serikat kerja mendongkrak suaranya secara signifikan. Santos akan dilantik pada Agustus dan akan memimpin kembali empat tahun ke depan.

rep:lida puspaningtyas/reuters  ed: teguh firmansyah

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement