BAGHDAD – Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan untuk berbicara dengan musuh bebuyutannya Iran dalam menyelesaikan persoalan Irak. Saat ini, Irak menghadapi serangan negara Islam Irak dan Mediterania Timur (ISIL).
Pekan lalu, kelompok garis keras Suni ini menguasai sejumlah kota, di antaranya, Tikrit dan Mosul. Jika aksi bersama AS dan Iran terwujud mengatasi gerakan ISIL, ini merupakan sebuah terobosan baru pascarevolusi 1979.
Sejak saat itu, kedua negara bermusuhan. Kini, mereka dituntut melindungi sekutunya, Perdana Menteri Nuri al-Maliki.
"Washington mempertimbangkan menjalin kontak dengan Teheran untuk menemukan cara membantu Irak," ungkap seorang pejabat senior AS, Ahad. Dalam pernyataan publik, Gedung Putih menyatakan belum ada kontak.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama menolak mengirimkan kembali pasukan ke Irak. Meski demikian, ia mungkin memilih opsi serangan udara. Kapal USS George HW Bush sedang menuju teluk membawa pesawat-pesawat tempur.
Dua kapal perang mengawal kapal induk tersebut. Tapi, Washington menyatakan, tak akan mengerahkan pasukan ke medan pertempuran. Sekarang, militer yang ada di lapangan hanyalah pasukan keamanan di Kedubes AS di Baghdad.
Pada Ahad, AS bahkan mengevakuasi beberapa staf diplomatiknya. Mereka juga mengirimkan 100 marinir untuk menjaga kedubes. Iran menyalahkan AS dan negara-negara Arab terkait munculnya ISIL.
Sebab, selama ini mereka membiarkan ISIL bergerak bebas di Suriah memerangi pasukan Presiden Bashar al-Assad. Meski demikian, pada Sabtu (14/6) Presiden Iran Hassan Rouhani menyatakan tak keberatan bermitra dengan AS.
"Kami akan melihat dulu apakah AS mulai menentang ISIL," kata Rouhani. Menurut dia, sejak awal, Iran mengingatkan mengenai keberadaan ISIL. Termasuk, siapa saja yang mendanai kelompok tersebut.
"Kami sudah mengingatkan, termasuk kepada Barat bahayanya mendukung mereka," kata Rouhani. Setelah melewati pertempuran sengit pada Ahad (15/6) malam, pasukan ISIL berhasil merebut Tal Afar yang berada di barat laut Irak.
Mayoritas penduduk Tal Afar adalah etnis Turkmenistan. "Kota tersebut diambil alih militan. Pertempuran sengit terjadi dan banyak orang terbunuh,’’ ungkap seorang pejabat Tal Afar. Keluarga Syiah melarikan diri ke arah barat, Suni ke timur.
Warga menuturkan, polisi dan pasukan Syiah meluncurkan roket ke sejumlah wilayah Suni sebelum pasukan ISIL bergerak ke Tal Afar. Pasukan pemerintah juga menyerang ISIL di luar kota dengan helikopter. Tapi, ISIL akhirnya merebut kota ini.
Menurut pejabat lokal, situasinya sangat berbahaya karena pertempuran sengit itu. Kebanyakan warga terperangkap di dalam rumah. Mereka tak bisa meninggalkan kota. "Jika pertempuran berlanjut, korban jiwa semakin banyak."
Serangkaian foto diunggah di akun Twitter ISIL. Foto menunjukkan pasukan ISIL menembak mati puluhan orang tak bersenjata dan dalam keadaan menelungkup. Bendera ISIL yang berwarna hitam juga terlihat berkibar.
"Ini nasib mereka yang dikirim Nuri al-Maliki untuk melawan kami," demikian pernyataan yang tertera di salah satu foto yang diunggah ISIL. AS mengecam tindakan ISIL membantau tentara-tentara Irak.
Militer Irak menyatakan, foto-foto tersebut terlihat nyata. Tapi, keasliannya tak dapat dikonfirmasi. BBC menyatakan, jika memang asli, itu akan menjadi pembantaian terbesar sejak invasi Irak oleh AS dan sekutunya pada 2003. rep:c66 ed: ferry kisihandi