ALUTGAMA -- Polisi Sri Lanka menangkap 49 orang terkait penyerangan komunitas Muslim di Alutgama, Ahad (15/6). Penyerangan dilakukan kelompok Buddha garis keras, Bodu Bala Sena (BBS).
Juru bicara polisi Sri Lanka Ajith Rohana mengatakan, mereka yang ditangkap tidak hanya dari kelompok Buddha, tapi juga Muslim. "Kami telah menangkap 49 dan 25 dari mereka dikirim ke penjara. Penangkapan lebih lanjut akan berlangsung pada hari ini," katanya kepada AFP, Rabu (18/6). Jam malam telah dicabut di Beruwala dan Alutgama yang penduduknya mayoritas Muslim. Ratusan tentara telah dikerahkan untuk membantu polisi mengatasi kekerasan.
Warga mengatakan, otoritas berwenang tidak melakukan apa pun untuk menghentikan kekerasan saat kejadian. Puluhan toko dan rumah dibakar massa yang bersenjatakan senapan, bom Molotov, dan pisau. Mayoritas korban adalah Muslim.
Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mendesak pihak berwenang menyelidiki kekerasan dan mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab. Sekretaris Jenderal OKI Iyad Madani berharap, Pemerintah Sri Lanka melakukan usaha untuk mencegah eskalasi kekerasan lebih lanjut. Madani mendesak pihak berwenang menegakkan aturan hukum, menyelidiki insiden, dan membawa para pelaku ke pengadilan.
Bentrokan terjadi di Kota Beruwala dan Aluthgama yang berjarak 60 kilometer selatan Kolombo, Ahad (16/6) waktu setempat, setelah sekelompok biksu Buddha melakukan protes. Mereka menuding pemuda Muslim bertanggung jawab atas penyerangan terhadap seorang biksu pada Kamis pekan lalu.
Kelompok Buddhis melempari batu ke arah masjid dan dibalas umat Muslim. Sedikitnya, empat Muslim tewas dan 75 terluka dalam serangan tersebut. Beruwala dan Aluthgama merupakan kota pesisir pantai selatan yang mayoritas penduduknya Muslim.
Serangan tersebut adalah yang terbaru dalam serangkaian bentrokan agama sejak kerusuhan pada Januari tahun ini dan tahun lalu. Ketika itu, massa Budha menyerang masjid di ibu kota Kolombo.
Sekitar 10 persen dari 20 juta populasi Sri Lanka adalah Muslim. Sayangnya, Muslim mengalami diskriminasi dan dituduh kaum nasionalis memiliki pengaruh yang tidak semestinya di negara berpenduduk mayoritas Buddha.
Amerika Serikat mengecam aksi kekerasan tersebut. Kedutaan besar AS di Kolombo menyarankan warga mereka yang sedang berlibur di daerah itu untuk tinggal di dalam rumah. Paman Sam mendesak Pemerintah Sri Lanka memenuhi kewajibannya melindungi agama minoritas.
Amnesti International mengatakan, itu adalah kekerasan komunal terburuk di Sri Lanka dalam beberapa tahun terakhir. Terdapat risiko kekerasan meluas. Kelompok hak asasi itu mengatakan, Pemerintah Sri Lanka harus bertindak segera untuk mengakhiri kekerasan anti-Muslim.
rep:ani nursalikah/reuters ed: teguh firmansyah