Senin 23 Jun 2014 16:37 WIB

Korsel Buru Penembak Tentara

Red:

SEOUL - Pasukan khusus Korea Selatan (Korsel), Ahad (22/6), melancarkan operasi gabungan untuk memburu seorang tentara yang membunuh lima rekannya dalam serangan granat dan senjata pada malam sebelumnya. Serangan terjadi di sebuah pangkalan militer dekat perbatasan dengan Korea Utara (Korut) di Goseong , Provinsi Gangwon.

Saat fajar, helikopter militer mulai menyusuri hutan bukit. Tentara berpangkat sersan itu diidentifikasi dengan satu nama, yakni Lim. Ia menembak mati lima rekan timnya dan melukai tujuh lainnya, Sabtu (21/6) malam.

Setelah melakukan aksinya, menurut pernyataan militer, Lim kemudian melarikan diri dengan membawa senjata api, amunisi, dan granat. Belum diketahui motif di balik penembakan itu.

"Sersan Lim akan diberhentikan tiga bulan mendatang pada 16 September. Dalam kejadian itu, dua awalnya melempar granat lalu menembak. Dia baru saja menyelesaikan kewajiban berpatroli," demikian pernyataan militer Korsel seperti dilansir kantor berita Yonhap.

Lim berasal dari divisi infanteri ke-22. Seorang pejabat mengatakan, Sersan Lim termasuk dalam daftar tentara yang membutuhkan perhatian khusus karena kesulitan menyesuaikan diri dengan kehidupan militer.

Jumlah personel militer yang terlibat dalam operasi pencarian itu setara dengan sembilan batalion. Operasi  besar-besaran ini dilakukan bersama dengan pasukan penjaga di zona demiliterisasi. Zona demiliterisasi merupakan kawasan seluas empat kilometer persegi yang berfungsi sebagai kawasan penyangga antara dua Korea. Zona itu berlakukan sejak Perang Korea 1950-1953.

BBC melaporkan, menjaga zona demiliterisasi yang membagi dua Korea merupakan salah satu tugas berat bagi para wajib militer. Sebanyak puluhan ribu tentara dari Korsel dan Korut ditempatkan di sepanjang perbatasan. Militer mengatakan, pasukan pencari itu akan memburu pelaku ke tempat-tempat terpencil. Pelaku diyakini belum lari jauh.

"Kami telah melakukan pengepungan untuk mencegah dia memasuki wilayah di mana warga sipil tinggal. Kami telah memberitahu kepala desa untuk memastikan warga tidak berkeliaran dan melapor jika melihat penembak itu," ujar pejabat tersebut.

Peristiwa penembakan tersebut terjadi ketika Korsel sedang berada dalam masa sensitif. Rakyat Korea masih berduka atas tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol yang menewaskan 300 orang, April lalu.

Kementerian Pertahanan Korsel langsung bereaksi atas peristiwa penembakan ini dengan menyatakan permohonan maaf. Selama ini, militer Korsel kerap dikritik atas terjadinya insiden serupa pada masa lalu.

"Saya dengan tulus memohon maaf kepada rakyat Korea karena telah membuat khawatir. Kami telah membentuk tim beranggotakan 48 orang untuk menyelidiki kejadian ini. Keluarga korban diizinkan mendatangi lokasi kejadian," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kim Min-seok.

Sebelumnya, militer dikritik akibat kurangnya disiplin di sejumlah unit dan gagal mengantisipasi kasus ini sehingga seorang prajurit yang memiliki masalah pribadi menembak rekannya. Seluruh pria Korsel wajib menjalani wajib militer selama dua tahun. Muncul kekhawatiran, mereka yang mengikuti wajib militer tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan militer.

Militer Korsel mempunyai lebih dari 600 ribu tentara yang bertujuan menghalangi agresi Korut. Hingga saat ini, dua Korea secara teknis masih berada dalam situasi perang setelah Perang Korea berakhir hanya dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Insiden mematikan semacam ini pernah terjadi pada 2011. Saat itu, terjadi penembakan di markas Angkatan Laut Korsel dekat perbatasan Korut. Sebanyak empat tentara tewas. Pelaku akhirnya meledakkan diri dengan granat. rep:ani nursalikah/reuters ed:wachidah handasah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement