BAGHDAD — Krisis keamanan yang terus memburuk di Irak membuat posisi Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki goyah. Nuri al-Maliki yang berasal dari kelompok Syiah justru dipandang gagal oleh pemuka agama Syiah di Irak. Nuri al-Maliki dianggap tidak mampu membawa keamanan dan mengendalikan perlawanan dari kelompok Negara Islam Irak dan Levant (ISIL).
Pemuka agama Syiah yang berpengaruh di Irak, Ayatollah Ali Sistani, Jumat (27/6), menuntut al-Maliki mundur dan diadakan pemilihan perdana menteri baru dalam empat hari. Dia mengatakan blok-blok politik harus menetapkan perdana menteri, anggota parlemen, dan presiden baru sebelum anggota legislatif Irak bertemu, Selasa depan. Intervensi yang dilakukan Sistani menyulitkan posisi Nuri al-Maliki sebagai pemimpin negara.
Desakan dari internal Syiah sendiri mengharuskan al-Maliki membangunkoalisi baru jika ingin mempertahankan jabatannya. Tak hanya dari Syiah, Amerika Serikat (AS) dan negara lain juga mendorong dibentuknya pemerintahanbaru untuk menghentikan serangan militan ISIL.
Maliki menuduh, berbagai desakan tersebut dilancarkan musuh politiknya untuk semakin mengacaukan stabilitas pemerintahan. Ia juga melihat ada upaya beberapa kelompok untuk menggagalkan pertemuan parlemen pekan depan.
“Mereka berusaha menunda pemilu, dan sekarang berusaha menunda sesi pertama pertemuan dewan perwakilan.
Jika mereka gagal, mereka akan menghasut agar terjadi insiden keamanan di Baghdad,” ujar Maliki melalui televisi pemerintah, Jumat (27/6).
Melemahnya dukungan terhadap Maliki dimanfaatkan etnis Kurdi. Pemimpin wilayah Kurdi di Irak Utara, Massoud Barzani, menegaskan pihaknya menolak kembali pada aturan otonomi Kurdi di Kota Kirkuk.
Barzani menyebut, Baghdad selama 10 tahun terakhir gagal mengayomi etnis Kurdi. Padahal, ujar Barzani, etnik Kurdi sudah melakukan apa pun demi stabilitas negara. Saat ini, pasukan Kurdi justru berada di garda depan melawan militan ISIL setelah pasukan Pemerintah Irak ditarik mundur.
“Sekarang pasukan kami masuk dan posisi kami menguat,” papar Barzani dalam konferensi bersama dengan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague. Posisi militer Kurdi yang ikut campur dalam konflik pemerintah-ISIL ini akan menaikkan daya tawar Kurdi di hadapan pemerintah.
Setelah kejatuhan Saddam Hussein, sesuai kesepakatan, posisi perdana menteri diisi oleh perwakilan Syiah, presiden seorang Kurdi, dan ketua parlemen dari Suni. Dalam seruan Sistani, Irak membutuhkan pemimpin baru dari masing-masing tiga kelompok utama untuk berkomitmen menyelesaikan masalah politik yang paling mendesak.
“Apa yang diperlukan dari blok politik adalah menyepakati tiga pos dalam beberapa hari ke depan hingga Selasa,” kata wakil Sistani dalam khutbah Jumat.
Kelompok Suni menuduh Maliki meminggirkan mereka dari kekuasaan dan menindas kelompok mereka. Presiden wilayah Kurdistan juga mengatakan Maliki harus mundur.
Tikrit membara
Di tengah gejolak politik, pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok ISIL terus membara di Kota Tikrit. Pasukan pemerintah melakukan serangan besar untuk merebut kembali Tikrit. Namun, kedua belah pihak saling mengklaim telah berhasil memukul mundur lawannya.
Tentara Irak mengatakan, mereka berhasil menghancurkan 20 kendaraan konvoi militan ISIL di antara Samarra dan Tikrit. Kendaraan lapis baja juga terli hat memasuki Tikrit.
Sedangkan, akun media sosial yang terkait dengan ISIL mengatakan mereka berhasil menghancurkan setidaknya 10 kendaraan lapis baja, 6 tank, dan 1 helikopter dalam sebuah serangan. rep:ani nursalikah/reuters ed: hafidz muftisany