Sabtu 05 Jul 2014 15:00 WIB

Nasib Penentang Khilafah ISIS

Red: operator

Warga Irak yang mengungsi karena serangan pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayah utara, nasibnya makin tidak jelas. Hal ini karena mereka dipaksa untuk mengakui kekhilafahan ISIS yang awal pekan ini dideklarasikan. Para pengungsi yang berada di wilayah yang dikuasai pemberontak mengungkapkan, pejabat dan tentara ISIS memaksa mereka berjanji setia kepada kekhilafahan versi ISIS.

Setelah pasukan ISIS menguasai Kota Mosul, Tikrit, dan kota lainnya di wilayah utara, lebih dari satu juta warga Irak meninggalkan kampung halaman mencari tempat lebih aman. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pejabat Irak menunjukkan, sebanyak 2.461 orang tewas pada Juni 2014.

Pengungsi yang berada di Kota Sanjar, di dekat Tar Afar, mengatakan bahwa sejumlah kota dan desa yang

ditinggalkan warganya telah dimusnahkan pasukan ISIS. Mayo ritas pengungsi merupakan warga penganut Syiah, Kristen, dan etnis Kurdi.

“Bagi warga Syiah jika mereka tidak dapat ditukarkan dengan para tahanan (pemberontak ISIL), kepala mereka akan dipenggal (sebagai gantinya),” kata Hassan, warga Kurdi yang ditahan selama 16 hari hingga keluarganya me nebus dia sebesar 51.500 dolar AS, seperti dikutip BBC.

Bashar al-Khiki, pejabat provinsi yang meninggalkan Mosul, mengatakan, pasukan pemberontak ISIS mengumpulkan informasi warga dalam database agar mudah mengidentifikasi siapa yang bekerja dengan pemerintah atau pasukan keamanan Irak. “Jika mereka tidak bertobat dan berjanji setia kepada Khilafah, mereka akan dibunuh. Ke banyakan dari mereka pun telah hilang di Mosul,” ujar Bashar.

Pemberontak ISIS, seperti dilaporkan kelompok HAM, juga memeriksa setiap rumah di Mosul. Mereka menyisir mana warga yang menganut aliran Suni dan mana yang menentang.

Kementerian Luar Negeri India melaporkan, sejumlah perawat berkewarganegaraan India yang terjebak di

sebuah rumah sakit di Tikrit berhasil dievakuasi, Kamis (3/7). Mereka dilaporkan dalam keadaan aman dan tak mengalami luka. Mereka dipindahkan demi alasan keselamatan.

“Mereka telah sepakat untuk keluar dari rumah sakit dan pindah ke tempat yang lebih aman,” kata Syed

Akbaruddin, juru bicara Kemenlu India.

Sebanyak 46 perawat asal India terdampar di Tikrit, kota kelahiran Saddam Hussein, yang telah dikuasai pasukan ISIS selama beberapa pekan terakhir. Mereka  memilih bersembunyi di dalam rumah sakit karena takut mendengar ledakan bom. Media lokal India melaporkan, para perawat itu sempat dipaksa meninggalkan rumah sakit oleh ISIS. Namun, Akbaruddin menolak memberi informasi bagai mana mereka bisa keluar dari rumah sakit tersebut.

Kondisi serupa dialami 32 sopir truk berkewarganegaraan Turki yang disandera pasukan ISIS. Selama tiga

minggu disekap, 32 sopor truk akhirnya bisa kembali ke Turki, Kamis.

Mereka tiba di Bandara Sanliurfa, tenggara Turki, ditunggu keluarga dan kerabat. Mereka langsung dipeluk

ke rabat sesaat setelah keluar dari pesawat. Sopir truk itu meng aku dalam kondisi sehat dan tak dianiaya pasukan ISIS.

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, upaya pembebasan warga Turki di Irak masih terus berlanjut. Sebanyak 49 warga Turki dilaporkan masih menjadi sandera ISIS.

Warga Turki yang masih menjadi sandera, di antaranya pasukan khusus, diplomat, staf dan anak-anaknya. Mereka diculik saat ISIS mengambil alih Kota Mosul pada 11 Juni lalu. rep:dessy suciati saputri/reuters/c66 ed: nur hasan murtiaji

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement