Selasa 15 Jul 2014 12:00 WIB

Negosiasi Nuklir Iran di Ujung Tanduk

Red:

Sepekan menjelang tenggat akhir, pembicaraan nuklir Iran dengan enam negara-negara berpengaruh (P5+1) belum juga menemui kata sepakat. Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, masih ada perbedaan signifikan antara Iran dan enam negara berpengaruh yang terdiri atas AS, Inggris, Prancis, Jerman, Cina, dan Rusia. 

"Jelas kami masih memiliki perbedaan yang signifikan, jadi kami masih menunggu apakah akan ada kemajuan," ujar Kerry di Wina, Ahad (13/7), sebelum bertemu dengan para menteri luar negeri. Perwakilan Cina dan Rusia tak menghadiri pertemuan itu.

Kerry bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Javad Sharif selama dua jam pada Ahad.  Pembicaraan kembali dilanjutkan pada Senin (14/7) untuk melihat sejauh mana kemungkinan kesepakatan.

Tenggat waktu negosiasi akan berakhir pada 20 Juli. Perundingan ini merupakan bagian dari kesepakatan awal yang dicapai pada November tahun lalu. 

Negara berpengaruh ingin terus mengurangi kapasitas pembuatan bahan bakar nuklir milik Iran.  Sebagai gantinya, sanksi internasional Iran akan dicabut secara bertahap. Pada November tahun lalu disepakati, Iran hanya boleh mengayakan uraniumnya sampai batas lima persen.  

Iran menekankan pengayaan uranium yang dilakukannya hanya untuk tujuan damai. Teheran pun meminta agar Barat mencabut sanksi mereka. Komunitas internasional, khususnya AS, belum sepenuhnya memercayai Iran. Iran dianggap tidak terbuka saat pengawas PBB memeriksa program nuklirnya.

Pejabat Barat mengatakan, isu batas pengayaan uranium Iran masih menjadi duri antara Teheran dan negara-negara berpengaruh.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengakui perbedaan itu. "Masih ada perbedaan pendapat mengenai isu besar dan penting. Kami belum mampu memperkecil perbedaan itu dan belum jelas apakah kami bisa melakukannya," ujar dia kepada televisi Iran al-Alam.

Kerry mengatakan, sangat penting untuk memastikan Iran tidak akan mengembangkan senjata nuklir. Dia pun ingin meminta ketegasan dari Iran terkait progam nuklir mereka hanya ditujukan untuk tujuan damai.

Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan kepada wartawan, dia dan negara lain telah mencoba membujuk Iran mengenai urgensi kesepakatan itu.

Menurutnya, pembicaraan tersebut adalah kesempatan terakhir untuk menyelesaikan perselisihan mengenai program nuklir Iran. "Sekarang terserah Iran apakah ingin bekerja sama dengan komunitas internasional atau tetap terisolasi. Bolanya ada di Iran," kata dia.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan, Iran harus lebih realistis untuk mencapai kesepakatan nuklir.

Araqchi mengatakan, dia tidak pesimis, tapi juga tidak terlalu optimis kesepakatan bisa tercapai. Dia menambahkan, jika pembicaraan tidak juga menemui kata sepakat, Iran akan melanjutkan pengayaan tingkat tinggi yang sebelumnya ditunda pada 20 Januari.

Araqchi mengatakan, ada kemungkinan pembicaraan akan diperpanjang selama beberapa hari atau beberapa pekan jika ada kemajuan. Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius juga menyatakan hal yang sama.

Kegagalan mencapai kata sepakat berarti pencabutan sanksi terbatas bagi Iran akan berakhir. Iran juga kemungkinan akan menghadap sanksi lebih berat, terutama dari AS.

Sebelumnya, Iran menyatakan, pengayaan uranium tingkat tinggi atau tingkat kemurnian 20 persen dipakai sebagai bahan bakar reaktor riset medis. Sementara, untuk membuat senjata nuklir diperlukan pengayaan uranium hingga 90 persen. rep:ani nursalikah/reuters ed: teguh firmansyah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement