Sabtu 26 Jul 2014 15:30 WIB

Perlawanan Anti-Israel Meluas

Red: operator

Sekjen PBB mengecam serangan ke lokasi pengungsi Palestina.

GAZA -Serangan membabi buta Israel di Jalur Gaza memicu kemarahan warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat.

Unjuk rasa besarbe saran di gelar di Ramallah, Nablus, Beth lehem, dan sejumlah permukiman Yerusalem pada Kamis (24/7)

hingga Jumat (25/7).

Di utara Yerusalem, kericuhan pun tak terelakkan sehingga menyebabkan dua pengunjuk rasa tewas. Maan Newsmelaporkan lebih dari 20 ribu warga Palestina bergerak ke pos pemeriksaan Qalandia, dekat Ramallah, Jumat dini hari.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Edi Yusuf

Solidaritas Gaza

Mereka meluapkan kemarahannya kepada personel Israel yang berjaga. Pengunjuk rasa melemparkan batu serta gulungan ban yang dibakar. Pasukan Israel menembakkan peluru karet, peluru tajam, dan gas air mata ke arah demonstran. Kalangan aktivis dan radio Israel menyebut aksi protes ini merupakan yang terbesar sejak gerakan Intifadah 2000-2005.

Aksi solidaritas ini menunjukkan warga Gaza tak sendiri dalam menentang Israel. Meluasnya pertempuran tentu akan sangat merugikan Israel yang kini telah kehilangan setidaknya 33 personel mereka.

Pada Jumat, warga Tepi Barat mendeklarasikan "Hari Kemarahan". Jumat ini merupakan yang terakhir pada bulan Ramadhan. AFPmelaporkan, polisi bersiaga penuh untuk menghadapi unjuk rasa.

Kericuhan pecah di Yerusalem Timur ketika polisi Israel melarang pria Palestina di bawah 50 tahun masuk ke Masjid Al-Aqsa untuk shalat Jumat.

Konfrontasi terjadi di Gerbang Hatta dan Dewan yang merupakan pintu masuk Al-Aqsa. Puluh an ribu warga Iran yang meng gelar unjuk rasa kemarin meminta rakyat Palestina bersatu melawan Israel.

Israel terus melancarkan serangan membabi butanya pada Jumat. Sejak Jumat dini hari, setidaknya 24 orang telah tewas.

Salah satu serangan mematikan Israel menyasar rumah keluarga Salah Ahmad Abu Hasanin. Salah bersama tiga putranya yang berusia 15 tahun, 12 tahun, dan 9 tahun tewas.

Sehari sebelumnya, Kamis (24/7), Israel melakukan serangan kejinya dengan menggempur se kolah tempat pengungsian warga Palestina yang dijaga PBB. Serangan itu menyebabkan 15 orang tewas dan melukai 200 orang.

Hamas menganggap se rangan itu mengerikan karena Israel tidak peduli lagi dengan lembaga-lembaga internasional, sekalipun hal itu untuk misi kemanusiaan. Sekjen PBB Ban Kimoon mengecam serangan ke lokasi pengungsian tersebut. "Banyak yang terbunuh, wanita dan anak-anak, termasuk staf PBB,"ujarnya.

Israel mengaku telah menginformasikan kepada para pengungsi perihal serangan tersebut.Laila Al-Shinbari, seorang wanita yang berada di lokasi kejadian, mengatakan kepada Reuters, warga telah berkumpul di lapang an untuk dievakusi. "Semua duduk di satu tempat, hingga tiba-tiba empat misil Israel mendarat. Korban berjatuhan. Kondisi mencekam dan darah di mana-mana. Putra saya te was dan keluarga saya yang lain terluka," ujarnya dengan ber cucuran air mata.

Jumlah korban tewas warga Pa lestina kini telah menyentuh 825 orang. Sementara, 5.240 lain nya terluka. Agresi Israel yang telah memasuki hari ke-18 sepertinya belum akan berhenti dalam waktu dekat. Upaya gencatan senjata yang diupayakan Menteri Luar Negeri AS John Kerry belum berhasil. Kerry meng usulkan gencatan kemanusiaan selama satu pekan.

Berdasarkan pejabat Barat dan Palestina, jika gencatan kemanusiaan ini disepakati, delegasi Israel dan Hamas akan bertemu di Kairo untuk berdialog.

Kerry telah meminta bantuan ke pada Qatar dan Turki agar mau membujuk Hamas.Pemimpin Hamas di pengasingan, Khaled Meshaal, menga takan gencatan senjata akan tercapai seandainya Israel mengakhiri blokade delapan tahun di Gaza. Awal pekan depan me masuki perayaan Idul Fitri. Banyak pihak berharap gencatan senjata sudah bisa dicapai se belum perayaan besar umat Islam itu.

Presiden Palestina Mahmud Abbas berkeras gencatan senjata adalah upaya yang terbaik untuk dilakukan saat ini. Banyak warga sipil Palestina yang telah menderita akibat kon flik berkepanjangan Israel dan Hamas. rep:c66/c64/c83/reuters, ed:teguh firmansyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement