MONROVIA — Penyebaran virus Ebola di Afrika Barat sudah memasuki tahap mengkhawatirkan. Di Liberia, pemerintah setempat meliburkan seluruh sekolah di negara itu untuk menghentikan penyebaran virus Ebola. Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf mengatakan, Rabu (30/7), sejumlah komunitas juga akan ditempatkan di bawah karantina khusus.
Para pegawai yang tak masuk dalam posisi penting akan dirumahkan sementara waktu. Tentara akan diterjunkan untuk memastikan semua kebijakan berjalan lancar.
"Semua staf non-esential yang ditentukan oleh pimpinan kementerian dan badan negara akan diberikan izin cuti selama 30 hari," ujar presiden. Sirleaf menambahkan, Jumat (1/8) akan menjadi hari bebas kerja di Liberia. Hari itu akan digunakan pemerintah untuk menyemprotkan disinfektan di seluruh fasilitas publik.
Jumlah korban tewas akibat virus Ebola di Afrika Barat telah mencapai 672 orang. BBC melaporkan, semua fasilitas perawatan di ibu kota Liberia, Monrovia, kewalahan menghadapi meningkatnya jumlah pasien. Sejumlah bangsal yang digunakan untuk merawat pasien sudah penuh. Para petugas medis pun terpaksa merawat pasien yang diduga terjangkit Ebola dirawat di rumah.
Lembaga kemanusiaan AS Peace Corps mengaku telah menarik 340 sukarelawan dari Liberia, Sierra Leone, dan Guinea lantaran masifnya penyebaran virus. Aktivis Peace Corps mengatakan, dua sukarelawan diisolasi karena diduga terpapar virus dari seorang pasien yang telah tewas.
Ebola membunuh 90 persen orang yang terjangkit. Belum ada vaksin atau obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Virus menyebar melalui kontak langsung dengan korban. Umumnya, yang terkena virus memiliki daya tahan tubuh lemah.
Virus ini kembali mencuat pada Februari lalu di Guinea sebelum merambat ke Liberia dan Sierra Leone. Lembaga medis global Doctors Without Borders memperingatkan, krisis Ebola di Afrika Barat di luar perkiraan dan berada di luar kontrol.
Direktur operasi lembagai tersebut Bart Janssens mengatakan, tidak ada langkah menyeluruh untuk menghentikan penyebaran virus tersebut. "Epidemis ini hanya akan bertambah buruk karena terus menyebar di seluruh Liberia dan Sierra Leone di sejumlah titik utama," ujarnya.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional telah bertemu dengan para pejabat kesehatan untuk mencegah penyebaran virus tersebut lewat perbatasan. Maskapai pan-Afrika ASKY telah menangguhkan penerbangan dari dan menuju ibu kota Libera dan Sierra Leone. Di Nigeria, otoritas kesehatan setempat mencoba melacak 30 ribu orang yang berisiko terjangkit virus tersebut setelah seorang warga Liberia Patrick Sawyer meninggal di Lagos pada Jumat pekan lalu.
Di Asia dan Eropa, sejumlah langkah telah dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus tersebut. Otoritas Hong Kong mengatakan, mereka akan mengarantina orang-orang yang baru mengunjungi Guinea, Sierra Leone, serta Liberia dan menunjukkan gejala aneh. rep:reuters/AP ed:teguh firmansyah
Ikuti Whatsapp Channel Republika