Sabtu 02 Aug 2014 18:00 WIB

Penusuk Imam Masjid Ditembak

Red: operator

Sang imam dianggap dekat dengan Beijing.

XINJIANG -Dua tersangka pembunuh imam masjid terbesar di Xinjiang ditembak mati polisi Cina, Rabu (30/7). Satu tersangka lainnya berhasil ditahan.

Tiga tersangka penusuk imam Juma Tayir itu, menurut Peme rintah Cina, beretnis Uighur. Juma Tayir merupakan imam yang memimpin shalat di Masjid IdKah di Kota Kashgar, barat Cina, yang dulunya merupakan jalur sutra.

Masjid Id Kah berusia 600 tahun.

Menurut situs resmi pemerintah yang dikutip Reuters, Kamis (31/7), pria penyerang Tayir setelah shalat Subuh itu, dua di antaranya ditembak mati oleh polisi sedangkan pria ketiga telah ditahan. Mereka sempat melakukan perlawanan dengan pisau dan kapak ketika hendak ditangkap.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:ISMAR PATRIZKI/ANTARAFOTO

Keluarga etnis muslim Kazakh memanjatkan doa syukur setelah selesai perjamuan makan merayakan Idul Fitri di kawasan Tacheng, Daerah Otonomi Uygur Xinjiang, RRC, Kamis (8/8)

 

"Ketiga tersangka terpengaruh oleh ajaran ekstremis,"demikian penjelasan pemerintah yang dikutip Reuters. Kantor berita Xinhuamelaporkan, para tersangka merencanakan sesuatu yang besar untuk meningkatkan pengaruh mereka.

Pembunuhan Tayir terjadi dua hari setelah puluhan orang dilaporkan tewas dan terluka dalam bentrokan dengan polisi di Yarkant. Namun, konfirmasi langsung sulit dilakukan di Xinjiang karena akses yang dibatasi dan informasi yang dikontrol ketat.Tayir merupakan tokoh kontroversial di Uighur. Pada 2009, Tayir mendukung pe me rintahan Komunis setelah ke rusuhan yang menewaskan 200 orang di Urumqi, ibu kota Xin jiang.

Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, komunitas Uighur di luar Cina, mengatakan, Tayir dikenal sebagai tokoh lokal yang bekerja sama dengan Pemerintahan Beijing. Dia juga membantu pemerintah untuk mengawasi aktivitas keagamaan etnis Uighur.

"Warga lokal Uighur mencurigai Tayir menjalin relasi khusus dengan Kementerian Keamanan Publik," kata Dilxat dalam keterangannya melalui e-mailkepada Reuters, Jumat.

Pembunuhan di Kashgar terjadi setelah serangkaian serangan di Xinjiang beberapa tahun terakhir. Media pemerintah melaporkan pada Rabu, kelompok bersenjata pisau dan kapal menyerang pos polisi dan kantor pemerintahan pada Senin di Kota Elixku, Negara Bagian Shache.

Pemerintah menyatakan, puluhan penyerang bersenjatakan pisau itu kemudian berhasil ditem bak mati di Shache, tapi tak ada keterangan apa yang sesungguhnya terjadi di wilayah yang berjarak 200 kilometer dari Kashgar tersebut. Kepolisian meningkatkan kesiagaan pada Rabu dengan menutup akses jalan ke Kash gar.

Pemerintah Cina telah menunjuk tokoh Uighur lainnya, Prof Ilham Tohti, sebagai pengganti Tayir. Ilham dianggap sosok yang tepat untuk menjadi imam masjid terbesar di Xinjiang itu.

Xinjiang merupakan rumah bagi Muslim Uighur yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa Turki. Wilayah ini bertahuntahun dilanda kerusuhan dan pemerintah selalu mengarahkan tudingan kepada militan Islam atau separatis sebagai dalangnya.Mereka dituduh pemerintahan di Beijing ingin memerdekakan diri dengan mendirikan negara Turkistan Timur.

Kelompok Uighur di pengasingan dan aktivis hak asasi manusia mengatakan, pemerintahan di Beijing bertindak represif terhadap Muslim Xinjiang. Termasuk, kontrol ketat terhadap aktivitas keagamaan, memprovokasi terjadinya kerusuhan, tuduhan yang dibantah Beijing.

Ketegangan di Xinjiang meningkat setelah pejabat pemerintahan di sana memerintahkan Muslim agar tak menjalankan puasa Ramadhan. Hal yang dianggap kelompok hak asasi manusia sebagai cara represif menekan Muslim Uighur.

Xinjiang merupakan wilayah yang kaya sumber daya alam. Di daerah tersebut banyak terkandung batu bara, cadangan minyak dan gas, serta terletak di lokasi yang strategis di wilayah Asia Tengah, Afghanistan, Pakistan, dan India. rep:c92, ed:nur hasan murtiaji

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement