Senin 11 Aug 2014 13:30 WIB

Turki Pilih Presiden

Red:

ISTANBUL – Warga Turki memberikan hak suara dalam pemilu presiden, Ahad (10/8). Recep Tayyip Erdogan diyakini akan memenangkan pemilu ini dan berpotensi memenuhi mimpinya mewujudkan Turki baru. Saat menjabat perdana menteri, dia membuat ekonomi Turki kuat.

Erdogan diusung oleh partai berkuasa, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP). Pesaingnya adalah Ekmeleddin Ihsanoglu yang didukung partai oposisi utama, Republican People's Party (CHP) dan Nationalist Movement Party (MHP).

Ihsanoglu menjabat sekjen Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dari 2004 hingga 2014. Pesaing lainnya, Selahattin Demirtas, didukung People’s Democratic Party (HDP). Demirtas dikenal sebagai politikus kelompok minoritas Kurdi.

Sebanyak 53 juta warga yang memiliki hak pilih, mulai memberikan suara pada pukul 08.00 waktu setempat. Pemungutan suara berakhir pada pukul 17.00 waktu setempat. Ini merupakan pemilu presiden langsung pertama bagi Turki.

Jajak pendapat menyatakan, Erdogan lebih unggul dibandingkan dua rivalnya itu. Erdogan diyakini menjabat presiden selama lima tahun mendatang. Ia diperkirakan mampu mendulang 55 hingga 56 persen suara. Mengantarnya meraih suara mayoritas.

Namun, jika tak ada pemenang bersuara mayoritas yang mencapai 50 persen, pemilu lanjutan digelar 24 Agustus. ’’Insya Allah, Turki baru akan terwujud. Turki yang kuat muncul kembali dari serpihan abu,’’ katanya dalam kampanye terakhir di Konya, Sabtu (9/8).

Erdogan meminta warga meninggalkan Turki yang tua. Perpecahan politik dan ketakutan sudah bukan masanya lagi. Ia berjanji akan memiliki kekuatan penuh saat menjadi presiden. Tak seperti presiden sebelumnya yang hanya bersifat seremonial.

Ia berencana mengubah undang-undang agar posisi presiden benar-benar memiliki wewenang sebagai pejabat eksekutif. Konstitusi sekarang, yang ditulis militer setelah kudeta 1980, memberi wewenang presiden memimpin rapat kabinet dan memilih perdana menteri.

Presiden juga berhak memilih pejabat lembaga yudikatif seperti hakim mahkamah konstitusi dan mahkamah agung. Namun, ada kekhawatiran dari pendukung oposisi, misalnya di Distrik Istanbul. Ahmet Kensoy, seorang arsitek, menegaskan tak menginginkan presiden yang otoriter.

Sosok presiden harus nonpartisan dan inklusif. Ia memandang Erdogan berpotensi untuk bersikap otoriter. Warga Turki yang tinggal di luar negeri memberikan suaranya dalam dua pekan terakhir. Mereka bisa melakukannya di bandara-bandara Turki.

Halis, warga Turki yang tinggal di Cologne, Jerman, memberikan suara di Bandara Ataturk, Istanbul, Sabtu, menyatakan pandangan positif terhadap Erdogan dan AKP. Selama ini, kata dia, pembangunan Turki terus berlanjut.

Menguatnya ekonomi dan pembangunan membuat dia tak ragu memilih Erdogan. Ia beralasan, selama pemerintahan dipegang Erdogan dan AKP, semuanya lancar. ‘’Setiap tahun saya ke Turki untuk liburan, terlihat jalan dan jembatan baru bermunculan.’’

Saat pemilu, Turki tak memiliki tradisi melakukan exit polls. Hasil pemilu tak boleh dipublikasikan melalui hitung cepat hingga Komisi Pemilu mengizinkan. Biasanya beberapa jam setelah pemungutan suara selesai dilakukan.

Komisi Pemilu dijadwalkan memberikan hasil pendahuluan pada Senin (11/8) ini. Sedangkan, hasil resmi pemilu presiden akan diumumkan pada 15 Agustus mendatang. rep:dessy suciati saputri/ap/reuters ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement