Jumat 15 Aug 2014 19:00 WIB

AS Didesak Perluas Serangan

Red: operator

Negara-negara Arab terlibat pembahasan pengiriman senjata untuk pasukan Kurdi.

IRBIL -Kurdi mendesak Amerika Serikat (AS) memperluas serangan udara ke target-target Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ini akan membantu pasukan Kurdi yang bernama Peshmerga mengatasi perlawanan ISIS.

Sejak Jumat (8/8), AS memulai serangan udara. Sehari kemudian, bombardir berlangsung di Kota Makhmur, Gwer, dan Sinjar yang berdekatan dengan perbatasan Suriah. Bahkan, Kurdi berhasil merebut kembali Gwer dan Makhmur yang dekat dengan kota utama Kurdi, Irbil.

"Serangan udara benar-benar membuahkan hasil. Mereka perlu me lanjutkannya dalam waktu lebih lama," kata Wakil Ketua Komite Peshmerga di Parlemen Kurdi Mustafa Hassan seperti dilansir Aljazirah, Rabu (13/8).

Menurut Hassan, untuk mengubah situasi dan melemahkan ISIS, AS mestinya tak lagi melakukan serangan udara secara terbatas.

Mereka diharapkan memberikan bantuan senjata dan melatih pasukan Kurdi. Jadi, pada masa mendatang, Kurdi mampu mempertahankan diri sendiri.

Meski demikian, ia ragu perlindungan yang sama dirasakan Kurdi di wilayah Irak lainnya. "Apakah ini hanya upaya menyelamatkan Irbil atau misi untuk mengalahkan ISIS di wilayah lainnya juga?" tanya Hassan. Ia mendesak AS menyelamatkan Provinsi Kirkuk dan Diyala.

Ghazi Qadir, ketua Partai Demo kratik Kurdi di Gwer, menegaskan, bom-bom pesawat AS berdampak positif. Bahkan, ia mengharapkan dukungan pasukan darat AS. "Ini sangat penting agar berangsur-angsur kami mengalahkan pasukan ISIS."

Dukungan AS melalui udara membuat para pemimpin Kurdi memandang AS sebagai sekutu.

"Operasi mereka berdampak pada aspek kemanusiaan," kata Salam Abdulqadir, pengajar di Uni versity of Human Development, Sulaimaniya.

Langkah AS pun mencegah ter jadinya genosida. Ini merujuk pada ribuan penganut sekte Yazidi yang tinggal di pegunungan Sinjar.Dengan dukungan serangan udara, pasukan Kurdi menyelamatkan 5.000 penganut Yazidi.

Abdulqadir menyatakan pula ada pesan politik dari Kurdi. Kelak, mereka tak ditinggal sendirian jika diserang kembali. Namun, aksi AS juga memicu penolakan di Baghdad. Anggota parlemen Irak, Zainbad al-Sahlani, sepakat misi ke manusiaan mereka di Sinjar.

Tapi, ia menolak bantuan kepada pasukan Kurdi, termasuk pasokan senjata dalam memerangi ISIS. Sebab, berdasarkan kesepaatan dua negara pada 2008, AS seharusnya memberikan bantuan militer kepada tentara Irak untuk memerangi kelompok teroris.

Rozh Ahmed, jurnalis Kurdi, juga bersikap hati-hati atas campur tangan AS itu. Intervensi Barat justru bakal meningkatkan serangan ISIS terhadap warga sipil Kurdi. "Mereka mempunyai alasan memerangi warga Kurdi."

Kurdi akan terseret medan pertempuran dan membayarnya dengan harga mahal, berjatuhannya korban sipil. Sementara, AS memandang operasi kemanusiaan dan serangan udara sebagai upaya mencegah meluasnya pengaruh ISIS.

Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Ben Rhodes menyatakan, ISIS merupakan ancaman bagi AS. "Kami fokus mengatasi ancaman itu di Irak agar mereka tak merangsek lebih jauh ke Irbil, kota utama Kurdi di Irak,"

katanya.

Seorang pejabat AS mengungkapkan sedang ada pembicaraan dengan negara-negara Arab untuk memasok senjata ke Kurdi. Prancis berencana pula menempuh jalan yang sama. Menteri-menteri luar negeri Eropa akan bertemu pada Jumat (15/8) untuk membahas soal ini.

Pekan ini, Jerman mengirimkan peralatan militer ke pasukan Kurdi. Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier mengaku, Berlin siap mengubah kebijakan ketatnya terkait ekspor senjata. Mereka memutuskan mengirimkan senjata ke Kurdi.  rep:gita amanda/ap/reuters, ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement