TEHERAN-- Butuh waktuk berbulan-bulan untuk membangun kembali fasilitas publik di Gaza, Palestina. Kepala Urusan Kemanusiaan PBB Valerie Amos mengatakan, serangan Israel pada 8 Juli menyisakan banyak kerusakan, termasuk fasilitas milik PBB.
Butuh waktu berbulan-bulan memperbaiki kerusakan pada sejumlah rumah sakit, sekolah, dan tempat penampungan pengungsi Palestina," kata Amos dalam kunjungannya ke Teheran, Iran, seperti dilansir laman berita al-Arabiya, Ahad (17/8).
Ia berada di Teheran dalam kunjungan dua hari untuk membicarakan krisis kemausiaan di Gaza, Suriah, dan Irak dengan para pejabat Iran. Ia menuturkan, fasilitas-fasilitas yang rusak itu milik badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina (UNRWA).
PBB juga tak berhenti mengirim bantuan kemanusiaan. Baik makanan, minuman, maupun kebutuhan rumah tangga lainnya. Obat-obatan dan bahan bakar juga juga dibagikan ke rumah sakit yang ada di beberapa lokasi di Gaza.
Sampai saat ini, terdapat 97 instalasi milik UNRWA di Gaza. Termasuk di dalamnya, pusat kesehatan dan distribusi makanan serta sekolah. Amos menuturkan, semua fasilitas tersebut rusak selama serangan yang dilakukan Israel terhadap Gaza.
Hampir 2.000 warga Gaza, kebanyakan sipil, tewas akibat serangan itu. Di pihak Israel, korbannya berjumlah 67 orang. Hampir semuanya adalah tentara. Ia mengecam semua pihak yang melanggar hukum internasional dan HAM hingga mengakibatkan penderitaan di Gaza.
Rumah-rumah warga Gaza juga hancur terkena bom Israel. Pusat penampungan pengungsi milik PBB di Kota Gaza saat ini menjadi rumah sementara bagi ribuan warga Gaza. Mayoritas mereka berasal dari Beit Hanoun yang berbatasan dengan Israel.
Mereka tidur di kasur yang tergelar di lantai kelas sebuah sekolah. Tali melintang di dekat jendela kelas, pakaian tergantung pada tali tersebut. Mereka yang tak tertampung di ruangan, tidur di tenda yang berada di halaman sekolah.
Ada pula mereka yang berusaha segera membersihkan puing-puing yang menutupi rumahnya. Mereka berharap, rumah itu bisa ditempati kembali. Menurut data PBB, sekitar 425 ribu pengungsi Gaza berada di tenda-tenda darurat.
Di antara mereka, ada yang tinggal sementara dengan keluarga besarnya karena rumah mereka hancur. Paling tidak, 12 ribu rumah hancur atau rusak berat karena serangan Israel. Di Beit Hanoun, saat serangan terjadi, sebanyak 91 orang tewas.
Sementara, kata Kepala Dewan Kota Beit Hanoun Muhammad Nazeq al-Kafarna, 70 persen rumah di Beit Hanoun tak lagi bisa dihuni. Ia memperkirakan, kerugian akibat hancur atau rusak beratnya bangunan di sana menembus angka 500 ribu dolar AS.
Israel menuding kelompok perlawanan di Beit Hanoun kerap menembakkan roket ke wilayahnya. Tapi, menurut Kafarna, perlawanan terhadap Israel di kotanya termasuk moderat. Sayang, Israel bereaksi secara berlebihan.
Di sisi lain, kabel-kabel listrik putus dan berserakan di jalan-jalan utama Beit Hanoun. Gedung-gedung yang masih berdiri, memiliki bekas lubang-lubang peluru. Sedangkan, bangunan lainnya, seluruhnya rata dengan tanah.
Tujuh sumur di kota ini rusak saat terjadi serangan. Sekarang, empat di antaranya bisa digunakan lagi. Lembaga-lembaga kemanusiaan membantu mereka dengan menyediakan tangki-tangki air. Dewan kota sedang menuntaskan data kerusakan.
Mereka juga bekerja membersihkan jalan dari puing, sehingga akses seluruh jalan dapat kembali digunakan. Warga yang berpenghasilan sebagai pedagang berangsur kembali ke Beit Hanoun. Ketenangan warga Beit Hanoun dan Gaza pada umumnya masih belum pasti.
Lanjutan gencatan senjata selama lima hari antara Israel dan Gaza akan berakhir pada Senin (18/8) malam. Sementara, perundingan damai antara kedua belah pihak di Kairo, Mesir, masih belum diketahui hasilnya. rep:c66/reuters ed:ferry kisihandi