PARIS -- Presiden Prancis Francois Hollande meminta PBB mengorganisasi dukungan khusus pada Libya. Kebijakan tersebut akan membantu memulihkan keamanan. Jika tak ada bantuan sama sekali, ia khawatir Libya jatuh dalam kekacauan.
‘’Perhatian utama saya sekarang adalah Libya. Jika tak ada aksi internasional, terorisme akan menyebar luas,’’ kata Hollande di Paris, Kamis (28/8). Menurut dia, sangat penting bagi parlemen yang terpilih Juni lalu membentuk pemerintahan yang inklusif.
Dengan demikian, lahir rekonsiliasi nasional. Selanjutnya, mereka akan mampu melucuti senjata para milisi. ‘’Jika tidak kekacauanlah sebagai gantinya,’’ ujar Hollande. Kekhawatiran Hollande juga diakui oleh diplomat Libya.
Dubes Libya untuk PBB Ibrahim Dabbashi mengatakan, kalau kekacauan dan perpecahan dibiarkan, Libya akan sepenuhnya terjerumus dalam perang sipil. Kini Libya memiliki parlemen dan pemerintahan ganda. Akarnya adalah pertentangan antarkelompok di Libya.
Sementara, Dubes Inggris untuk PBB Mark Lyall Grant menegaskan, situasi di Libya sangat mengkhawatirkan. Ia juga meminta semua negara tak ikut dalam kontak senjata atau memberikan dukungan pada salah satu milisi di Libya.
Grant merujuk pada kabar serangan udara yang digalang Uni Emirat Arab dan Mesir pekan lalu. Pesawat tempur yang mereka kerahkan menggempur bandara internasional Tripoli. Bandara itu jatuh ke tangan milisi Misrata yang didukung kelompok Islam bersenjata.
Perwakilan Khusus Sekjen PBB untuk Libya Tarek Mitri mengaku tak bisa mengonfirmasi serangan itu. Meski demikian, ia menyatakan tak ada penyangkalan yang jelas terhadap kabar itu. Jika benar, tindakan semacam itu tak membantu Libya lebih aman.
Solusi militer malah akan memperburuk perpecahan yang sudah lama terjadi di Libya. Rakyat negara ini akan mengalami disintegrasi kalau perbedaan tak segera teratasi. Sebuah keadaan yang muncul setelah tumbangnya pemimpin Libya Muammar Qadafi tiga tahun lalu. rep:gita amanda/ap/reuters ed: ferry kisihandi