Perbedaan Abbas-Hamas kembali muncul.
GAZA-Setelah lima pekan konflik tanpa henti di Jalur Gaza, gencatan sen jata Israel-Palestina akhirnya ditandatangani pada 26 Agustus lalu. Gencatan senjata selama satu bulan melegakan warga Gaza meski masih meninggalkan sejumlah isu penting.
The Economistmelaporkan, tercapainya kesepakatan gencatan senjata membawa harapan dan menawarkan sejumlah bantuan bagi sekitar 1,8 juta warga Palestina. Sedikitnya, konflik telah merenggut 2.100 jiwa, yang sebagian besar merupakan warga sipil.
Kelompok Hamas juga berjanji menghentikan penembakan roketnya ke Israel. Imbalannya, Israel berjanji akan menghentikan pengeboman. Serta yang paling krusial, Israel berjanji menghapus blokade tujuh tahun mereka secara bertahap.
Namun, sejumlah isu rumit masih harus diselesaikan. Salah satunya adalah tuntutan Israel untuk demilitarisasi Hamas. Selain itu, juga tentang negosiasi untuk membuka kembali rute penyeberangan internasional antara Mesir dan Gaza di Rafah.
Israel sejauh ini belum menyetujui permintaan Gaza untuk memiliki pela buhan dan bandara sendiri. Israel juga belum menyetujui permintaan untuk membebaskan ratusan anggota Hamas dari tahanan.
"Perjanjian yang ada saat ini masih belum jelas dan berumur lebih pendek dari perjanjian 2012," kata seorang pejabat Israel.
Isu lain yang tak kalah krusial adalah perbedaan pandangan Presiden Palestina Mahmud Abbas dengan Hamas.
Hamas menilai, pemerintahan rekonsiliasi akan menjadi tonggak baru Palestina. Sedangkan, Abbas menyalah kan sikap keras Hamas yang menyebabkan banyak jatuh korban sipil.
Anggota biro politik Hamas, Khalil al-Haya, menyebut pemerintah persatuan Palestina yang berbasis di Ramallah akan mengawasi rekonstruksi Jalur Gaza.
"Kami bersatu di bawah pendirian yang kokoh dan akan membangun kem bali Gaza," ujar Khalil dalam khutbah Jumat yang dilakukan di atas reruntuhan Masjid Al-Murobitin di Shujaya, Kota Gaza, Jumat (29/8).
Khalil menegaskan, dukungan Hamas untuk pemerintah persatuan dalam tugasnya mengelola masuknya bahan bangunan ke Gaza serta membangun kembali daerah kantong pantai yang sudah hancur.
Ia menambahkan, Palestina berhasil merebut hak-hak mereka melalui perundingan tidak langsung dengan Israel setelah gencatan senjata tercapai. "Palestina masih memiliki jalan panjang di depan unrtuk menyembuhkan luka dan membangun kembali apa yang telah dihancurkan oleh Israel," lanjut alHaya.
Abbas melihat Hamas yang memperpanjang pertempuran di Gaza membuat keberlangsungan pemerintah persatuan Palestina diragukan. Abbas menilai, seharusnya jatuhnya korban sipil bisa dihindarkan jika kedua belah pihak menahan diri.
"Sebenarnya mungkin bagi kami menghindari semua (perang) itu, 2.000 martir, 10 ribu terluka, 50 ribu rumah (hancur)," kata Abbas. Ia mengatakan, Hamas berkeras membahas tuntutannya sebelum mengakhiri perang.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, akhir perang bisa ditandai dengan dimulainya kem bali pembicaraan damai dengan Abbas.
"Saya sangat berharap kami dapat bekerja sama dengan dia (Abbas) dalam proses politik," katanya.Sementara itu, para nelayan Gaza kembali ke kehidupan normal setelah gencatan senjata.
Ma'an News Agencymelaporkan, para nelayan Palestina telah melihat dan merasakan langsung manfaat dari perpanjangan zona perikanan laut lepas di perairan Jalur Gaza.
"Kita tidak sabar menunggu untuk diizinkan berlayar hingga 9 atau 12 mil dari pantai. Karena, saat hanya tiga mil saja, kami bahkan tidak bisa melihat jenis ikan," lanjutnya. rep:ap/Gita Amanda/c64 ed:hafidz muftisany