Senin 01 Sep 2014 18:00 WIB

Rusia-Ukraina Tukar Tahanan

Red:

MOSKOW – Ukraina dan Rusia saling tukar tentara yang memasuki wilayah secara ilegal. Pertukaran berlangsung sepanjang Sabtu (30/8) malam di perbatasan dua negara. Sebuah langkah untuk mengendurkan ketegangan di antara mereka.

Seorang komandan pasukan penerjun Rusia mengungkapkan, sejumlah tentara Rusia ditukar dengan 63 tentara Ukraina. Ia tak menyebutkan jumlah pasti tentara Rusia yang dipertukarkan itu. Sepekan lalu, ada sepuluh tentara Rusia yang ditangkap di wilayah timur Ukraina.

Namun sumber di militer Ukraina menyatakan, sebanyak 15 tentara Rusia dijadikan alat pertukaran itu. Meski demikian, Kiev dan Moskow tetap bersikeras dengan sikapnya tentang bagaimana para tentara itu memasuki wilayah masing-masing.

Petinggi militer Rusia, Mayor Jenderal Alexei Ragozin para tentara itu telah kembali melalui negosiasi yang sangat sulit. ‘’Saya pikir, tak bisa diterima jika tentara kami ditahan oleh Ukraina  dalam beberapa hari,’’ ujarnya.

Selanjutnya, mereka akan memperoleh bantuan psikologi dan bantuan lainnya pascapembebasan. Sebagai imbalan pembebasan itu, ungkap Ragozin, Rusia memulangkah ratusan tentara Ukraina. Mereka menerabas perbatasan.

Sebelumnya, Kiev selalu menyatakan beberapa tentaranya memasuki wilayah Rusia untuk menghindari pertempuran di perbatasan dua negara. Berbeda dengan Rusia, tentara mereka masuk ke Ukraina untuk berperang membela seperatis di Ukraina timur.

Bahkan Kiev, para sekutunya di Eropa, dan AS serangan separatis baru-baru ini didukung 1.000 tentara Rusia. Mereka berperang secara terbuka berhadapan dengan pasukan Pemerintah Ukraina. Oposisi bersenjata Ukraina juga mengakui ribuan tentara Rusia membantunya.

Namun, berulang kali pula Moskow menepis tudingan itu. Mereka menegaskan, tentaranya menlintasi perbatasan Ukraina secara tak sengaja. Pada Ahad (31/8), pasukan Ukraina dan warga Mariupol, bersama-sama memperkuat kota pelabuhan itu.

Kota ini diincar pemberontak setelah mereka menguasai wilayah Laut Azov. Sebagian warga Mariupol turun ke jalan menunjukkan dukungan kepada pemerintah. Sebagian lainnya memilih mengungsi guna mengantisipasi pertempuran sengit. Kota ini dihuni 500 ribu orang.

‘’Kami bangga menjadi bagian kota ini dan kami siap mempertahankannya,’’ kata seorang warga, Alexandra. Warga lainnya, Ihor dan istrinya, Lena mengepak barang dan meninggalkan kota menggunakan kendaraan bersama anaknya yang berusia lima tahun.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan, penghentian petempuran di Ukraina timur tergantung pada Kiev. Ia juga menuding Barat menentang nilai demokrasi dengan mendukung operasi militer terhadap separatis Ukraina.

Uni Eropa (UE) memberi waktu satu pekan bagi Rusia untuk memperbaiki keadaan di Ukraina. Jika tidak UE mengancam menjatuhkan sanksi ekonomi baru. UE dan AS telah menjatuhkan sanksi pembekuan aset dan larangan bepergian bagi pejabat senior Rusia.

Sanksi Barat juga membatasi pinjaman bagi bank pemerintah Rusia, memblokade ekspor teknologi pertahanan dan sejumlah industri minyak ke Rusia. ‘’Kami sedang melakukan pembahasan soal sanksi ini,’’ jelas Presiden EU Herman Van Rompuy.

Menurut dia, UE siap mengambil langkah besar dengan melihat situasi di lapangan. Dia tak menjelaskan jenis sanksi baru apa yang bakal dijatuhkan pada Rusia. Proposal sanksi akan siap dan dibahas dalam satu pekan mendatang.

Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan UE tidak boleh membuang waktu. Sementara, AS menyambut baik sikap UE.’’Kami mengapresiasi dukungan kuat bagi kedaulatan Ukraina,’’ demikian pernyataan Gedung Putih. rep:ani nursalikah/ap/reuters ed: ferry kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement