Senin 01 Sep 2014 18:00 WIB

Pekerja Karantina Ebola Mogok

Red:

FREETOWN – Pekerja kesehatan di pusat perawatan pasien ebola di Sierra Leone melakukan mogok kerja. Mereka mengeluhkan gaji dan kondisi kerja yang tak memadai. Pemogokan ini terjadi di tengah langkah Sierra Leone mengatasi semakin cepatnya penularan ebola.

"Mereka memutuskan berhenti bekerja karena belum dibayar dan kami kekurangan peralatan,’’ Ishmael Mehemoh, kepala pengawas pusat perawatan pasien ebola di Kota Kenema, Sabtu (30/8). Kenema berada di bagian timur Sierra Leone.

Pakaian untuk melindungi para pekerja kesehatan tak mencukupi. Padahal, baju ini bisa menghindari mereka dari infeksi ebola saat merawat pasien. Hanya ada satu tandu rusak yang digunakan untuk membawa pasien maupun jenazah.

Perawat dan tim yang bertugas menguburkan jenazah di Kenema mengatakan, pemerintah berhenti membayar upah mereka sebesar 50 dolar AS per pekan. Akibat kurangnya fasilitas memadai untuk merawat pasien ebola, para pekerja kesehatan juga ikut terjangkit.

Lebih dari 26 pekerja kesehatan meninggal di pusat perawatan ebola Kenema. Para pekerja itu terinfeksi ebola dari pasien yang coba mereka selamatkan. Menurut Menkes Sierra LeoneAbubakarr Fofana, Sabtu (30/8), satu dokter meninggal di fasilitas pemerintah tersebut.

Ini merupakan dokter ketiga yang meninggal akibat ebola. Jumlah korban ebola yang meninggal di Sierra Leone telah mencapai lebih 400 orang. "Kami kehilangan salah satu dokter terbaik dalam menjalankan tugas memerangi ebola,’’ katanya.

Secara terpisah, warga West Point, Monrovia, Liberia, bergembira setelah lepas dari karantina, Sabtu. Mereka bernyanyi dan menari.  Pada pertengahan Agustus, pemerintah mengarantina mereka untuk mencegah penyebaran ebola.

Tindakan itu ditempuh setelah terjadi penyerangan dan penjarahan terhadap pusat karantina ebola. Barang-barang yang terkena cairan tubuh pasien dijarah. Pemerintah Liberia menerapkan jam malam dan mengisolasi warga West Point dengan barikade.

Namun, pada Sabtu pagi warga bangun dan tak melihat lagi barikade dan tentara yang menjaga West Point. "Saya berterima kasih kepada Tuhan, kepada semuanya,’’ kata Koffa, seorang warga. Tetangga lainnya berteriak, ’’Kami bebas.’’

Di Senegal, warga mengatakan, petugas Kementerian Kesehatan menyemprotkan disinfektan di sebuah toko kelontong dan rumah mahasiswa asal Guinea yang terkena ebola. Ini merupakan kasus pertama infeksi ebola di Senegal.

Sumber di Kementerian Kesehatan Guinea mengungkapkan, kakak perempuan dan ibu mahasiswa itu meninggal karena ebola.  reuters ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement