Senin 08 Sep 2014 12:00 WIB

Pasukan Ukraina Diserang Artileri

Red:

KIEV — Pasukan Ukraina mendapat serangan artileri dari oposisi pada Sabtu (6/9) malam di Mariupol Timur. Ini merupakan kekerasan bersenjata pertama setelah kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata pada Jumat (5/9) di Minsk, Belarusia.

Rusia dan Ukraina sebelumnya bersepakat gencatan senjata berlaku di Ukraina timur. Selama ini, pemerintah memerangi oposisi bersenjata yang mendapatkan bantuan Rusia. Tembakan artileri pada Sabtu malam itu berlangsung lama. Pertempuran terjadi sepanjang malam.

Truk-truk yang mengangkut milisi propemerintah bergerak ke arah Mariupol. Tank dan kendaraan lapis baja mengarah ke tujuan yang sama. Sebuah pos pemeriksaan yang dioperasikan pasukan Ukraina terbakar.

"Ada serangan artileri. Belum ada informasi soal jatuhnya korban," ungkap pejabat Ukraina. Sebenarnya, sejak gencatan senjata berlaku pada Jumat malam lalu, suasana relatif tenang. Namun, warga dan pasukan bersenjata di Mariupol ragu gencatan senjata dapat bertahan.

Hal sama dirasakan warga Donetsk, wilayah lain yang dikuasai oposisi. Mereka mengeluhkan masih adanya tembakan senjata dan pertempuran sporadis. Terutama, dekat bandara Donetsk yang dikuasai pemerintah. Pada Ahad, terjadi ledakan di dekat bandara tersebut.

Montana, komandan pasukan oposisi di Donetsk, menyatakan, gencatan senjata hanya terlihat bagus di permukaan. Pada kenyataannya, Ukraina memanfaatkannya untuk mengirimkan tambahan pasukan dan amunisi. "Mereka menghantam kami dengan kekuatan baru," ujarnya.

Pemimpin Kristen Ortodoks di Ukraina pun angkat bicara. Mereka menyatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin berada di bawah kendali iblis. Putin bertanggung jawab penuh atas pertumpahan darah di Ukraina timur. Sebanyak 2.600 orang sudah tewas akibat konflik ini.

Juru Bicara Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Andriy Lysenko menyatakan, Kiev juga menginginkan pertukaran tahanan. Ia berharap dapat dilakukan secepatnya. Sekitar 200 tentara Ukraina saat ini menjadi tahanan separatis yang didukung Rusia.

Sementara, Uni Eropa kembali menjatuhkan sanksi ekonomi atas Rusia karena dukungannya kepada oposisi Ukraina. Mereka menyatakan sanksi bisa ditangguhkan jika Rusia menarik pasukannya dari Ukraina. Rusia juga didesak menjaga gencatan senjata tetap berlangsung.

Kementerian Luar Negeri Rusia bereaksi keras. Mereka berjanji bersikap tegas jika sanksi benar-benar diberlakukan. Rusia melarang impor makanan dari negara Barat untuk membalas sanksi ekonomi yang sebelumnya ditetapkan Uni Eropa. rep:gita amanda/ap/reuters ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement