Hamas mendesak kepemimpinan Palestina segera menandatangani Statuta Roma.
GAZA -Pasukan Angkatan Laut (AL) Israel menembaki nelayan Palestina di Gaza, Jumat (12/9) pagi. Insiden tersebut merupakan insiden ketiga di lepas Pantai Gaza pekan ini, seperti yang dilaporkan Ma'an News Agency.
Kapal militer AL Israel melepaskan tembakan terhadap nelayan Gaza di lepas Pantai Beit Lahiya di Gaza utara. Namun, insiden tersebut tidak menyebabkan jatuhnya korban cedera maupun meninggal dunia. Sesaat tembakan dilepas, para nelayan yang tengah berlayar segera melarikan diri.
Juru bicara militer Israel mengklaim, beberapa kapal nelayan warga Gaza telah menyimpang dari zona perikanan yang diizinkan Israel. "Para nelayan baru kembali (ke zona perikanan) setelah pasukan Israel menem bakkan tembakan per ingat an,"katanya.
Pada Rabu (10/9) lalu, serdadu Israel melepaskan tembakan ke sebuah kapal nelayan dengan alasan yang sama. Para nelayan diduga telah melam paui zona perikanan yang diizinkan Israel sesuai kesepakatan gencatan senjata. Sehari sebelumnya, kapal perang Israel mencegat kapal nelayan Pales tina di dekat Beit Lahiya dan me nahan empat pencari ikan.
Pada 26 Agustus lalu, Israel menandatangani kesepakatan gencatan senjata permanen dengan Palestina.Dalam perjanjian tersebut, terdapat poin yang memungkinkan nelayan Gaza berlayar sejauh enam mil laut dari pantai. Bahkan, Israel sepakat akan memperluas zona perikan an bagi warga Palestina secara bertahap.
Pembatasan yang diberlakukan Israel selama ini telah melumpuhkan industri perikanan Gaza dan keluarga kurang mampu lainnya.Pemimpin senior Hamas menga takan, kelompoknya bersedia berbicara langsung dengan Israel dan membalikkan kondisi sebelumnya saat Ha mas menolak berdialog dengan Israel.
Dalam wawancara dengan TV Alquds yang disiarkan Kamis (11/9), pemimpin nomor dua Hamas Musa Abu Mar zouk menyatakan, Hamas bersedia berbicara langsung dengan Israel ter kait sejumlah isu, termasuk ma salah penyeberangan perbatasan Gaza.
"Sama seperti Anda bernegosiasi de ngan senjata, Anda juga bisa bernegosiasi dengan dialog," katanya dalam wawancara yang diperoleh the Associated Press. "Sampai sekarang, kebijakan kami adalah tak mau bernego siasi, tapi yang lain harus menya dari ini bukan sesuatu yang tabu (untuk dievaluasi)," sambung Marzouk.
Komentar Marzouk muncul dua pekan setelah berakhirnya perang berdarah di Jalur Gaza. Hamas mendapat kritik dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas lantaran sikapnya yang menolak negosiasi.
Juru bicara Pemerintah Israel Mark Regev mengatakan, Israel tak akan berkomentar sampai pernyataan Abu Marzouk tersebut disebarluaskan.Israel juga secara konsisten me nolak berdialog langsung dengan Hamas kecuali kelompok yang menguasai Jalur Gaza mengakui keberadaan Israel dan meninggalkan kekerasan.
Pejabat senior Hamas Ismail Haniyah mendesak kepemimpinan Palestina untuk segera menandatangani Statuta Roma. Dengan penandatanganan Statuta Roma, kata dia, Palestina bisa membawa Israel ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC) lantaran bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan di Gaza.
Menurut laporan Ma'an News Agency, Jumat (12/9), Haniyah mengatakan, langkah menandata ngani Statuta Roma adalah hak bagi setiap korban perang. Karena itu, upaya mengulur-ulur penandata nganan statuta tersebut sama halnya dengan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina. "Tentunya, hal tersebut merupakan satu pelanggaran untuk citra Palestina," kata Haniyah.
Menurut Haniyah, para pemimpin Palestina tidak seharusnya mengabaikan hak-hak para korban serangan serdadu Israel di Gaza. Sebelumnya, Haniyah telah menandatangani usulan Palestina untuk mengajukan permohonan bergabung dengan Mahkamah Pidana Internasional pada Agus tus lalu. rep:Gita Amanda/c64/c91, ed: eh ismail