EDINBURGH — Nasib Skotlandia belum terlihat jelas beberapa hari menjelang referendum 18 September 2014. Jajak pendapat menggambarkan peta yang berbeda. Satu jajak pendapat menyatakan kelompok integrasi unggul.
Namun, jajak pendapat lainnya mengungkapkan kelompok yang menginginkan Skotlandia lepas dari Inggris memimpin. Rilis jajak pendapat ini menyusul kampanye terakhir kedua kubu. Puluhan ribu orang turun ke jalan.
Tak hanya di Ibu Kota Skotlandia, Edinburg, tetapi juga kota terbesar Glasgow. Kubu masing-masing meyakinkan mereka yang belum menentukan pilihan agar masuk ke barisannya. Hingga September 2013, jajak pendapat mengunggulkan kubu integrasi.
Empat jajak pendapat yang dirilis Ahad (14/9), tiga di antaranya menyatakan kubu yang tetap ingin bergabung dengan Inggris meraih suara lebih banyak. Keunggulan mereka antara dua dan delapan persen.
Selain itu, jajak pendapat ICM yang dilakukan melalui internet menyatakan kelompok prokemerdekaan menang. Mereka meraih 54 persen suara. Sedangkan mereka yang mendukung Skotlandia tetap bersama Inggris, mendulang 46 persen suara.
Ini merupakan jajak pendapat kedua ICM tahun 2014. Mereka memotret pendukung kemerdekaan lebih banyak. Meski demikian, sampel jajak pendapat hanya 705 orang dengan margin error lebih besar dibandingkan jajak pendapat lainnya.
Kepala Eksekutif Prokemerdekaan Blair Jenkins menyatakan, jika pihaknya bekerja keras dalam beberapa hari terakhir ini, mereka yang memilih merdeka akan lebih banyak. "Kami harus yakin memperoleh setiap suara dukungan," katanya, seperti dikutip BBC.
Menteri Pertama Skotlandia Alex Salmond yang mendukung pemisahan Skotlandia dari Inggris berusaha memenangkan suara. Ia menenangkan para pendukungnya terkait ketakutan akan munculnya reaksi dari kelompok yang menentang kemerdekaan. "Satu hari setelah pemilihan tidak ada kampanye No dan Yes lagi, yang ada hanya Tim Skotlandia. Kita mendekati kemenangan," ujarnya.
Jaringan ritel besar mengingatkan akan terjadi kenaikan harga tinggi jika Skotlandia merdeka.Berdasarkan pengalaman, mereka mengungkapkan, penjualan lintas negara selalu mengalami kenaikan pada biaya birokrasi dan ongkos produksi. rep:ani nursalikah/reuters ed: ferry kisihandi