WASHINGTON — Keinginan Presiden AS Barack Obama melatih dan mempersenjatai oposisi Suriah mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (17/9).
Sebanyak 273 suara mendukung, sedangkan 156 suara menentang rencana Obama.
AS berharap oposisi bersenjata membantu menghadapi pasukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ketua DPR AS John Boehner senang dengan dukungan terhadap rencana Obama itu. Baginya ini langkah krusial dalam menindak ISIS di Irak dan Suriah.
Anggota DPR dari Partai Demokrat dan Republik terbelah. Sebagian menyetujui keinginan Obama dan lainnya tidak. Beberapa anggota Partai Demokrat menyatakan, persetujuan tersebut membuka pintu bagi intervensi militer AS di Timur Tengah.
Sikap DPR juga menunjukkan ujian dukungan bagi Obama dalam menghancurkan ISIS. Namun, dana penyediaan senjata dan pelatihan oposisi Suriah akan dibahas secara terpisah. Adapun dana yang dibutuhkan sebesar 500 juta dolar AS.
Kini, Obama tinggal menunggu keputusan Senat. Paling cepat, Senat memberikan persetujuan pada Kamis waktu setempat. "Kami berterima kasih atas lolosnya rancangan dalam menangani organisasi teroris yang mengerikan," kata Obama, Rabu (17/9) malam.
Dalam rapat dengan Menlu AS John Kerry, Senat meminta jaminan dari pemerintah.
Mereka menghendaki dukungan persenjataan untuk oposisi Suriah dilaksanakan dengan hati-hati. Dengan demikian, masa mendatang senjata AS tak jatuh ke tangan yang salah.
Koalisi Nasional Suriah (SNC), badan politik oposisi Suriah yang didukung Barat, menyambut gembira perkembangan di AS. Penasihat senior SNC Oubai Shahbandar menyatakan bahwa sikap DPR memperkuat hubungan Washington dan oposisi Suriah.
Oposisi, kata Shahbandar, bekerja keras agar sayap militernya, Free Syrian Army (FSA), menjadi solusi mengatasi ISIS. Pekan lalu, Presiden Barack Obama menyatakan FSA perlu diperkuat. Selain bertujuan melawan ISIS, kuatnya FSA mencegah pengerahan pasukan tempur AS.
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan, ISIS merupakan fenomena berbahaya. Namun, ia tak yakin mereka hancur hanya dengan mengandalkan serangan udara. William Fallon, mantan komandan Pusat Komando AS, menyatakan hal sama.
Selain itu, Obama membutuhkan bantuan negara lain. "Meski telah mendapatkan dukungan dari puluhan negara, saat ini hanya ada dua negara lain yang pesawatnya berada di langit Irak," kata Fallon, seperti dikutip Aljazirah. Prancis telah mengirim pesawat pengintainya ke Irak.
Menurut Kepala Staf Angkatan Bersenjata AS Ray Odierno, serangan udara memang tak cukup memadai. Sebanyak 174 serangan udara menahan laju ISIS di Irak. Namun, itu tak akan menjadi solusi tunggal dalam mengatasi ISIS.
Tentara Irak juga mesti mendapatkan pelatihan. Dengan demikian, pasukan darat Irak dapat diandalkan untuk memberantas ISIS. Ia menyarankan agar AS tak berhenti mengawasi semua yang terjadi di Irak. Di sisi lain, tak lama lagi AS melancarkan serangan udara ke Suriah.
Secara terpisah, Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) James Comey mengungkapkan, serangan udara ke Irak justru meningkatkan dukungan ke ISIS. Kelompok militan ini juga kemungkinan menyandera lebih banyak orang untuk memperoleh kompensasi.
ISIS menyebarkan ketakutan dan piawai membujuk orang untuk masuk menjadi anggota. Mereka, Comey mengungkapkan, pintar mengundang perhatian publik. Ini terbukti melalui video eksekusi terhadap jurnalis AS, James Foley dan Steven Sotloff.
Comey meyakini, ISIS mempertahankan cara-cara seperti ini. Mereka tak berhenti menyandera warga AS. Kemudian, mereka menggunakannya sebagai alat tawar-menawar. rep:dessy suciati saputri/ap/reuters ed: ferry kisihandi