Selasa 23 Sep 2014 13:00 WIB

Turki Tutup Perbatasan

Red:

SURUC — Turki menutup sebagian besar pintu perbatasan dengan Suriah setelah sekitar 100 ribu pengungsi Kurdi asal Suriah memasuki wilayahnya. Demikian laporan laman berita BBC, Senin (22/9). Arus pengungsi mulai mengalir sejak Jumat (19/9).

Mereka khawatir menjadi korban Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pasukan ISIS memasuki puluhan desa yang ditinggali Kurdi. Mereka juga mendekati Ayn al-Arab atau Kobani, sebuah kota yang selama ini mayoritas penduduknya Kurdi.

Pasukan Kurdi dari Turki bergegas ke Suriah untuk membantu rekan mereka di Ayn al-Arab pada Sabtu (20/9). Turki memiliki dua tujuan menutup perbatasannya. Ini bisa menghentikan masuknya pasukan Kurdi ke Suriah dan menahan laju aliran pengungsi ke wilayahnya.

Para pengungsi berada di Kota Suruc, Turki. Kini mereka menempati sejumlah fasilitas umum, seperti sekolah dan masjid. Selama 3,5 tahun perang sipil di Suriah, sampai saat ini Turki menampung 847 ribu pengungsi Suriah.

Badan PBB yang mengurusi pengungsi, UNHCR, sekarang berupaya memasok bantuan untuk para pengungsi. "Turki memberikan semua bantuan yang dibutuhkan, tetapi jumlah pengungsi begitu besar," kata juru bicara UNHCR Selin Unal.

Perwakilan UNHCR di Turki, Carol Batchelor, mengaku tak tahu berapa banyak lagi pengungsi Kurdi memasuki Turki. Bisa jadi ratusan ribu orang lainnya bergegas meninggalkan Ayn al-Arab. "Kami benar-benar membutuhkan bantuan."

Selain itu, terjadi bentrok antara pasukan keamanan Turki dengan warga Kurdi saat aksi solidaritas pada Ahad (21/9). Sejumlah pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah pasukan keamanan. Belum ada laporan jatuhnya korban dari aksi ini.

Beberapa laporan mengungkapkan, pasukan keamanan Turki berusaha menghentikan pasukan Kurdi memasuki Ayn al-Arab, Suriah. Sekarang posisi ISIS hanya berjarak 10 km menuju Ayn al-Arab. Mereka menggunakan senjata berat, termasuk tank.

"ISIS merangsek. Mereka membunuh di setiap tempat yang mereka lewati. Banyak orang hilang karena mereka culik," ujar Welat Avar, seorang dokter di Ayn al-Arab. Ia membutuhkan banyak obat dan peralatan operasi untuk menangani korban kekejian ISIS.

Menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), sekitar 150 ribu warga beretnik Kurdi kehilangan tempat tinggal. Ini terjadi sejak ISIS menyerang Ayn al-Arab pada Selasa (16/9). Lembaga kemanusiaan ini juga menyebutkan, sebanyak 39 anggota ISIS tewas.

Selain itu, 27 personel pasukan Kurdi kehilangan nyawa dalam pertempuran dengan ISIS di Ayn al-Arab. SOHR mengungkapkan, ISIS berhasil menguasai 64 desa yang mengelilingi Ayn al-Arab. Sebelas warga sipil, termasuk dua anak-anak, dieksekusi.

AS masih dalam proses persiapan serangan udara terhadap posisi ISIS di Suriah. Namun, belum jelas kapan serangan itu akan dilakukan. Dubes AS untuk PBB, Samantha Power, mengatakan, beberapa negara tertarik terlibat dalam serangan udara.

"Kami tak akan menggelar serangan udara sendirian," kata Power kepada CBS dalam acara "Face the Nation", Ahad (21/9). Selanjutnya, ia mengungkapkan, biar mereka sendiri yang mengumumkan keikutsertaannya dalam membombardir ISIS di Suriah.

Mantan perdana menteri Inggris Tony Blair menegaskan, serangan udara tak akan mampu menghentikan ISIS. Apalagi, pasukan ISIS membunuh tanpa belas kasihan. Mereka juga siap mati tanpa penyesalan apa pun. rep:ani nursalikah /c64/ap/reuters ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement