Sabtu 27 Sep 2014 15:13 WIB

Korban Kerusuhan Xinjiang Capai 50 Orang

Red: operator

XINJIANG -Media-media Cina melaporkan sebanyak 50 orang tewas akibat kerusuhan disertai kekerasan yang terjadi di Kabupaten Luntai, Provinsi Xinjiang, Cina, beberapa waktu lalu.

Media resmi Pemerintah Cina menuliskan, semula, kerusuhan di Luntai dilaporkan hanya menyebabkan dua orang tewas. Namun, pada Kamis (25/9), jumlah korban dalam peristiwa yang disebut aparat kepolisian sebagai serangan serius kelompok teroris tersebut bertambah menjadi 50 orang.

"Korban meninggal adalah 40 pemberontak, enam orang sipil, dan empat petugas kepolisian," tulis media resmi Pemerintah Cina di Xinjiang, Tianshan, Kamis (25/9). Portal Tianshan tidak memberikan keterangan atau alasan keterlambatan penyampaian laporan faktual kerusuhan Xinjiang.

Dalam laporannya, Tianshan menyebutkan, ledakan terjadi di luar kantor polisi dan di depan pintu masuk pasar atau pertokoan sekitar pukul 17.00 waktu setempat.

Serangan bom yang terjadi pada hari Ahad (21/9) itu kemudian disusul dengan aksi bunuh diri dari para pelaku. Laporan lain menyebutkan, pelaku serangan bom tewas ditembak polisi.

Seperti dilansir dari BBC, Tianshan menuliskan, pelaku utama adalah Mamat Tursun. Ia disebut-sebut telah tergabung dalam tindakan ekstrem sejak 2003.

Untuk melakukan konfirmasi laporan ini sangatlah sulit. Pasalnya, pemerintah memberikan akses yang sangat terbatas. Pemerintah Cina menyebut pelaku peledakan insiden ini terinspirasi oleh ekstremis Uighur dan didukung oleh kelompok teroris di luar negeri.

Para aktivis Uighur mengatakan, aturan Cina yang sangat menekan menuai banyak kecaman dan kemarahan serta kekerasan sering terjadi di dalam komunitas lokal. Serangan terhadap warga sipil di Kunming dan Urumqi pun juga dilaporkan terorganisasi dan menyebabkan puluhan warga tewas.

Insiden lainnya dilaporkan juga terjadi. Pada Juli, kekerasan mengakibatkan 96 warga tewas di Xinjiang.Me nurut media pemerintah setempat, insiden itu merupakan serangan teroris. Namun, sejumlah aktivis menyebutkan polisi telah menembaki warga yang melakukan aksi protes terhadap tindakan keras yang dilakukan kepada Muslim.

Juru Bicara Kongres Uighur Dilxat Raxit mengatakan, kerusuhan terjadi ketika Muslim Xinjiang bangkit dan melawan kebijakan ekstrem Cina dan harus berhadapan dengan tindakan represif.

Wilayah Xinjiang yang merupakan wilayah terbesar di Cina berada di dela pan perbatasan negara, yakni Mongolia, Rusia, Kazakhstan, Kirgis tan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, dan India. Di wilayah ini, mayoritas penduduknya merupakan warga Uighur yang juga merupakan warga Muslim.

Mereka juga dikenal berkomunikasi menggunakan bahasa Turki dan mengganggap keturunan dari negaranegara Asia Tengah, para pendu duknya dikenal hidup dengan berdagang dan bercocok tanam.

Seiring perkembangan waktu, penduduk baru pun memadati wilayah tersebut. Berdasarkan data sensus pada 2000, komunitas Cina Han memiliki populasi sebanyak 40 persen di wilayah itu.Pada 1949, negara Turkistan Timur telah merdeka. Namun, kemerdekaannya tak berlangsung lama. rep:Dessy Suciati Saputri ed: eh ismail

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement