Sabtu 04 Oct 2014 16:26 WIB

Palestina Ancam Gabung ICC

Red: operator

NEW YORK -Palestina merancang sejumlah alternatif untuk mengamankan tujuannya. Negara ini berancang-ancang bergabung dengan Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC) jika Dewan Keamanan (DK) PBB menolak draf resolusi mengakhiri pendudukan Israel.

Draf berisi tenggat hingga November 2016 bagi Israel untuk meninggalkan seluruh wilayah Palestina. Cakupan wilayahnya sesuai peta 1967 yang di dalamnya termasuk Yerusalem timur. Pada Selasa (30/9), draf telah beredar di antara diplomat negara Arab.

Namun, Palestina belum menyerahkan secara resmi kepada DK PBB.AS bisa menjadi ganjalan lolosnya draf menjadi resolusi. Situasi inilah yang diantisipasi Palestina. Mereka bakal masuk ke ICC dan berkesempatan membawa kasus kejahatan perang Israel ke pengadilan itu.

Dubes Palestina untuk PBB Riyad Mansour menyatakan, saat ini perundingan damai buntu dan Israel terus memperluas permukiman ilegalnya. Maka, jelas dia, Palestina meminta bantuan DK PBB untuk memaksa Israel beriktikad baik dalam perundingan.

Hal lebih penting, Israel mengakhiri pendudukan dalam kerangka waktu tertentu. Mansour berharap DK meloloskan draf resolusi yang mendesak Israel menarik diri dari Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem timur. Nantinya, Palestina berdampingan damai dengan Israel.

"Tapi, jika pintu perdamaian ini juga tertutup, kami tak hanya akan bergabung dengan ICC, tetapi juga badan internasional lainnya," kata Mansour, Kamis (2/10). Melalui serangkaian tindakan ini, Palestina ingin menegaskan keberadaannya.

Menurut Mansour, Palestina ada meski sampai saat ini tanahnya berada di bawah pendudukan Israel.

Perundingan damai yang dimediasi AS mandek pada awal tahun ini.Karena itu, Palestina tak mau kembali ke model perundingan lama yang hanya membuahkan kegagalan.

Satu-satunya harapan adalah DK PBB meloloskan resolusi agar Israel menyudahi pendudukannya.Presiden Mahmoud Abbas menyatakan, veto di DK PBB kelak membawa Palestina menuju ICC. Ia mengakui, kejahatan perang bisa saja diarahkan juga ke Palestina.

"Namun, Palestina siap bertanggung jawab di hadapan pengadilan itu jika melakukan perbuatan yang salah," kata Abbas. Tapi, sebetulnya pihak yang paling takut dengan ICC adalah Israel.

Riyad Mansour juga mengkritik AS yang tak menggunakan kekuasaannya untuk menekan Israel. Para pendahulu Presiden Barack Obama jauh lebih tegas. rep:c73/ap, ed: ferry kisihandi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement