INCHEON — Dua negara tetangga berseteru, Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel), merintis rekonsiliasi. Pada Sabtu (4/10), Korut mengirimkan delegasi seniornya ke Korsel. Resminya, mereka sebenarnya menghadiri penutupan Asian Games.
Delegasi terdiri atas Hwang Pyong-so, pejabat senior militer dan orang kepercayaan pemimpin Korut Kim Jong-un. Ia didampingi seorang penasihat Kim, pejabat senior Partai Pekerja yang merupakan partai berkuasa di Korut, dan mantan juru runding Korut.
"Hwang adalah perwakilan Kim Jong-un secara personal," ujar Michael Madden, pakar kepemimpinan Korut. Sejak 3 September 2014, Kim Jong-un absen dari publik. Situasi ini melahirkan spekulasi bahwa kesehatan Kim memburuk.
Seiring merebaknya rumor mengenai kesehatan Kim, kata Madden, jelas bahwa Hwang diberi otoritas tak hanya dalam politik dan militer, tetapi juga kebijakan serta hubungan luar negeri. Dengan demikian, Hwang mewakili pandangan Kim terkait hubungan dua negara.
Tak heran, Perdana Menteri Korsel Chung Hong-won, Menteri Unifikasi Ryoo Kihl-jae, dan Penasihat Keamanan Nasional Kim Kwan-jin secara demonstratif menyambut hangat mereka.
Pejabat Partai Pekerja Korut, Kim Yang-gon, menyinggung soal Asian Games. "Asian Games menjadi alat untuk menunjukkan kekuatan dan kehormatan bangsa kepada dunia," kata Kim dalam pertemuan.
Kim menambahkan, Asian Games adalah kebanggaan karena, baik Korut maupun Korsel, berhasil mencapai hasil memuaskan. Belum ada alasan terperinci yang terungkap dari delegasi Korut atas kunjungan selama 12 jam ke Incheon itu.
Hal yang pasti, Korut memperlihatkan sikap melunak. Ini pertemuan langka yang melibatkan pejabat tertinggi dalam lima tahun terakhir. Ada harapan bagi terwujudnya hubungan lebih baik. Secara teknis, Korut dan Korsel masih dalam keadaan perang.
Sebab, perang 1950-1953 hanya berakhir dengan sebuah gencatan senjata. Tak ada traktat perdamaian. Belum diketahui apa bahasan dalam pertemuan Sabtu itu. Diakui, terobosan baru belum terlihat mengakhiri perseteruan.
Namun, mereka sepakat menggelar putaran pembicaraan lanjutan. "Kami bertemu pada akhir Oktober dan awal November 2014," demikian pernyataan Pemerintah Korsel. Pengamat menyebutnya kesempatan emas bagi Presiden Korsel Park Geun-hye.
Menurut pakar Asia dari Yonsei University, Seoul, John Delury, sejarah menunjukkan terobosan Korut-Korsel bergantung pada pucuk pimpinan pemerintahan. Jika Park serius, sebaiknya benar-benar memanfaatkan momen hadirnya delegasi Korut ke Korsel itu.
Apalagi, Park telah menyatakan bersedia bertemu dengan pemimpin Korut. Park beberapa kali mendesak penyelenggaraan perundingan tingkat tinggi yang sudah terhenti sejak Februari.
Sekjen PBB Ban Ki-moon menyambut baik pembicaraan Korut-Korsel. "Saya mendorong pembicaraan damai lanjutan." rep:ani nursalikah/ap/reuters ed: ferry kisihandi