ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, seorang pengebom bunuh diri asal Suriah meledakkan bom di lokasi bersejarah sekitar 25 meter dari Masjid Biru dan Hagia Sophia di Istanbul, Turki, Selasa (12/1). Ledakan menewaskan 10 orang dan mencederai 15 orang lain.
"Saya mengecam keras insiden teror yang terjadi di Istanbul, di Lapangan Sultanahmet, yang setelah diselidiki ternyata dilakukan seorang pengebom bunuh diri berdarah Suriah," ujar Erdogan yang disiarkan televisi.
"Insiden ini kembali menunjukkan bahwa sebagai sebuah bangsa kita harus bertindak satu hati dan satu badan dalam perang melawan teror. Sikap Turki yang tegas dan berprinsip dalam perang ini akan berlanjut hingga akhir."
Beberapa tubuh korban tergeletak di tanah, beberapa saat setelah ledakan di lokasi kejadian. Ledakan terdengar hingga ke beberapa blok di sekitar lokasi. Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, langsung menggelar pertemuan keamanan darurat dengan beberapa pejabat pascainsiden.
Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus mengatakan, pengebom adalah pria berusia 28 tahun berkebangsaan Suriah. Sebagian besar para korban adalah warga asing.
Hingga berita ini ditulis, masih belum jelas apakah pengebom termasuk di antara 10 orang yang tewas.
Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu) Indonesia menyatakan, belum ada informasi yang menyebutkan warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam ledakan ini. Hal ini diungkap juru bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir, Selasa.
Kantor berita Dogan melaporkan, sekurangnya enam warga Jerman, seorang warga Norwegia, dan seorang waga Peru termasuk di antara korban yang cedera. Sumber di Kementerian Korea Selatan (Korsel) mengatakan, seorang warga Korsel mengalami cedera tangan. Sedangkan, sumber di Kementerian Luar Negeri Norwegia mengatakan kepada kantor berita NTB bahwa warga mereka cedera ringan.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab sebagai pelaku. Muncul kecurigaan bahwa Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah dalang insiden ini. Sementara, militan Kurdi dan kelompok sayap kiri di Turki juga dinilai cukup aktif.
Tahun lalu, Turki setuju untuk berperan lebih aktif dalam perang melawan ISIS. Turki pun melancarkan sejumlah kecil serangan ke lokasi yang diyakini dikuasai ISIS.
Serangan kali ini terjadi pada saat meningkatnya ketegangan antara pasukan Pemerintah Turki dan militan yang terkait Partai Pekerja Kurdi (PKK).
Larang siaran media
Pascaledakan di Sultanahmet Square, Pemerintah Turki menerapkan larangan siaran media, Selasa (12/1). Sejumlah reporter mengatakan, larangan diterapkan untuk seluruh media.
Seorang jurnalis Euronews, Mustafa Bag, mengatakan, pemerintah melarang media untuk meliput di Sultanahmet. Editor Buzzfeed News, Anup Kaphle, juga mengatakan hal yang sama dalam akun Twitter-nya.
"Media Turki mengutip pemerintah melaporkan bahwa ledakan Istanbul adalah serangan teror. Sekarang, pemerintah menerapkan larangan siaran," kata dia.
n reuters/ap ed: yeyen rostiyani