Rabu 13 Jan 2016 15:00 WIB

Bantuan Pertama Tiba di Madaya

Red:

MADAYA -- Konvoi pertama yang mengangkut pasokan bantuan untuk Kota Madaya, Kerfaya, dan Foua telah tiba di bawah kesepakatan antara pemerintah dan pemberontak. Bantuan tiba di tengah semakin banyaknya warga yang meninggal karena kelaparan di kota-kota Suriah tersebut.

Dilansir laman Aljazirah, Selasa (12/1), konvoi bantuan yang diatur oleh organisasi lokal dan internasional telah mencapai tiga kota yang terkepung di Suriah. Truk pertama tiba di kota yang dikuasai pemberontak di Madaya yang berada di sebelah barat Damaskus dekat perbatasan Lebanon. Konvoi bantuan kemudian mencapai dua kota yang dikepung lainnya di Provinsi Idlib, Foua, dan Kefraya.

Program pangan dunia (WFP) mengatakan, bantuan akan memenuhi kebutuhan 40 ribu orang di Madaya. Salah seorang aktivis media lokal Abou Ammar mengatakan, organisasinya telah menunggu bantuan tersebut sejak pagi.

"Kami menunggu dengan sabar sejak pukul 05.00 (waktu setempat). Situasi di sini semakin buruk dan sudah saatnya operasi ini berhasil," ujarnya kepada Aljazirah melalui telepon.

Badan Pengungsi PBB UNHCR mengatakan, truk pertama telah tiba dari sekitar 49 kendaraan yang akan datang. Dalam pernyataannya, UNHCR mengatakan, empat truk pertama telah membawa pasokan penting, seperti selimut dan paket makanan berupa beras, minyak, dan kacang-kacangan. Relawan kemudian membongkarnya dalam gelap disaksikan banyak orang kelaparan, termasuk anak-anak.

Juru bicara delegasi Palang Merah di Suriah, Marriane Gasser, mengatakan, operasi  mendistribusikan bantuan ini tampaknya akan berlangsung beberapa hari. Ini, menurutnya, merupakan perkembangan yang sangat positif.

"Tapi, ini harusnya bukan hanya distribusi sekali jalan. Untuk meringankan penderitaan puluhan ribu orang, harus ada akses rutin (bantuan) ke daerah-daerah itu," ujar Gasser.

PBB mengatakan, setidaknya ada 400 ribu orang hidup dalam pengepungan di 15 lokasi di seluruh Suriah. Sekitar 42 ribu orang terjebak di Madaya. Menurut Kepala Komite Lokal di Madaya, Mousa al-Maleh, jumlah bantuan yang disampaikan masih kurang dari yang dibutuhkan. Menurutnya, jumlah barang yang tiba masih terlalu sedikit dan tak akan bertahan lama.

"Ini lelucon. Saya menyerukan kepada masyarakat internasional untuk membantu mengakhiri pengepungan ini dan membantu rakyat Madaya," ujar al-Maleh.

Aktivis media di Idlib, Anas Maarawi, mengatakan, empat truk bantuan juga tiba di kota-kota Foua dan Kefraya pada Senin (11/1). Sisa bantuan, menurutnya, masih dalam perjalanan dan diperkirakan ada sekitar 16 truk lain.

Ancaman kematian

Pengepungan di kota-kota Suriah, seperti Madaya tak sedikit menyebabkan kelaparan yang berujung kematian. Dokter Lintas Batas (MSF) mengatakan, setidaknya ada 28 orang, termasuk enam bayi di bawah satu tahun yang meninggal karena kelaparan di Madaya.

MSF juga telah mengidentifikasi 250 orang menderita malanutrisi akut yang parah. Sekitar 10 orang di antaranya bahkan harus menjalani rawat inap untuk menyelamatkan nyawa mereka.

Koordinator PBB untuk Penduduk dan Kemanusiaan Yacoub El Hillo mengatakan, sedang mengawasi operasi pendistribusian bantuan ke lebih dari 40 ribu orang di Madaya. Ia juga menerima laporan yang belum dapat dikonfirmasi bahwa setidaknya 40 orang meninggal karena kelaparan.

"Kami telah melihat dengan mata kami sendiri anak-anak yang menderita gizi buruk. Saya yakin, ada juga orang tua yang kekurangan gizi dan memang benar mereka kekurangan gizi, sehingga kelaparan," kata El Hillo kepada Reuters melalui telepon.

Ia mengatakan, pekerja bantuan juga telah melihat kasus kelaparan di Foua dan Kefraya. Keduanya merupakan dua desa yang masyoritas warganya Syiah dan dikepung pemberontak dengan jumlah penduduk sekitar 20 ribu orang.

Wakil dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) Elizabeth Hoff mengatakan, WHO ikut  mengunjungi Madaya pada Senin bersama rombongan pembawa bantuan. Menurut  Hoff, seorang dokter mengatakan ada 300 sampai 400 warga membutuhkan "perawatan khusus".

"Saya sangat terkejut.... Ia langsung mengirim permintaan kepada pihak-pihak berwenang untuk mengirim lebih banyak pasokan. Kami juga meminta klinik berjalan dan tim medis untuk diturunkan," ujar Hoff.

Selain bantuan bahan makanan pokok yang telah dikirim pada Senin, EL Hillo mengatakan, operasi skala besar lain akan mengirimkan gandum, tepung, obat-obatan, dan barang-barang selain makanan ke kota-kota itu. Rencananya, pengiriman akan selesai pada Kamis (14/1).

Puluhan orang dilaporkan telah meninggal karena kelaparan atau kurangnya perawatan medis di kota yang dikuasai pemberontak di Madaya. Aktivis mengatakan, warga bahkan memakan daun-daunan untuk bertahan.

Laman the Independent pada 2 Januari bahkan memberitakan warga Madaya terpaksa memakan rumput liar, serangga, hingga kucing.

Dalam beberapa pekan terakhir, foto-foto bak tengkorak hidup dari Madaya mulai beredar. Salah satunya adalah foto Jamil Allouch, seorang petani tua yang meninggal menjelang akhir Desember lalu.

The Independent menyebutkan, sebuah foto menggambarkan tubuh Allouch tergeletak di tandu darurat. Matanya cekung tenggelam di wajahnya. Sementara, tulang dadanya menonjol di bagian depan tubuh yang tinggal kulit. Garis-garis tulang iganya terlihat jelas dengan cekungan dalam di setiap sela tulang.

Sementara itu, Presiden Bashar al-Assad membantah telah memblokade kota. Ia juga menuduh pemberontak menimbun makanan dan menyalahkan mereka atas penderitaan warga sipil. n reuters ed: yeyen rostiyani

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement